Sunday, September 25, 2011

Kasur, Kangenkah Kepadaku?

Guru saya dalam suatu ceramah psikiatri pernah bilang, "Tidurlah 8 jam sehari, maka Anda akan memiliki badan yang cukup sehat untuk beraktivitas optimal."

Saya mencatat itu baik-baik, karena itu dulu saya selalu rajin tidur siang. Bahkan kalau suatu hari saya nggak sempat tidur siang pun, misalnya lantaran saya pulang setelah jam tiga sore, saya selalu menyempatkan diri tidur. Eh, itu namanya bukan tidur siang ya, tapi tidur sore. Tapi nggak pa-pa, yang penting kuantitas delapan jam tidurnya terpenuhi.

Ketika semester yang baru di sekolah saya mulai Juli lalu, saya pun harus rela pulang dari sekolah sore-sore, karena memang tugas saya yang seabrek nggak bisa diselesaikan siang-siang. Kadang-kadang saya baru pulang jam tujuh malam sampek apartemen, suatu hal yang ironis mengingat sebetulnya letak sekolah saya persis di depan apartemen saya. Praktis tidur siang pun jadi barang mahal buat saya. Jadi kalau seumur-umur gini orang ditanyain, apa barang mahal yang kamu inginkan, mungkin orang akan jawab mobil, cicilan rumah, atau liburan ke Sinx, jawaban saya mungkin beda sendiri: Bobok siang!

Atau lebih tepatnya, saya sungguh kangen tidur delapan jam sehari.

Karena program kuliah saya beda jauh antara semester sekarang dan semester sebelumnya, teman-teman kuliah saya pun ikutan ganti. Dalam 2-3 minggu ini, kalau saya lagi tugas jalan ke departemen lain selain departemen obgyn, saya banyak ketemu teman-teman yang kuliah bareng saya di semester lain. Terus, saban kali mereka liat saya, mereka selalu bilang, "Vicky, kok kamu jadi kurus??"

Memang berat saya susut tiga kilo sih. Tapi mosok sih sampek keliatan kurus? Mungkin rona muka saya nampak capek ya. Muka kan nggak bisa bohong, kelelahan itu keliatan dari pancaran muka, dan lain-lain..

Saya sampek janji, kalau ada waktu buat tidur, saya akan tidur. Pada hari Sabtu dan Minggu, kalau ada yang berani nelfon saya pagi-pagi, saya bisa ngamuk lantaran jam segitu saya masih meluk guling dan dipeluk selimut. Lha hari-hari kerja kan saya harus bangun pagi-pagi, coz posisi saya menyebabkan saya kudu dateng ke kantor lebih duluan daripada senior. Jadi Sabtu-Minggu kan libur, maka giliran saya menikmati bangun siang dong? ;)

Tapi belakangan, rencana saya buat bayar utang tidur di waktu weekend itu, terpaksa kudu direvisi lagi. Bukan, nggak ada appointment yang saya bikin di hari weekend. Tapi penyebabnya, lebih karena badan saya yang memilih bangun sendiri.
Saya nggak bisa merem lagi setelah sholat subuh. Biarpun saya udah milih berbaring diam di atas kasur, tetep aja saya nggak bisa tidur. Mungkin karena badan ini sudah biasa disuruh kerja mulai subuh, jadi kalau jam segini disuruh bobok, dia malah kebingungan sendiri..

Saya berharap kasur saya mengerti. Memang sedikit demi sedikit saya berubah. Tapi saya tetap mencintainya, sama seperti dia mencintai saya. Percayalah, ke manapun saya pergi, saya akan selalu kembali ke pelukannya.. *sambil nyium kasur dan mulai merapikan sprei*
http://laurentina.wordpress.com
www.georgetterox.blogspot.com

Saturday, September 10, 2011

Tips Ngelobi Orang

Suatu hari saya dan my hunk lagi dugem di food court sebuah mal, dan kami dengar di meja sebelah kami seseorang lagi ngoceh kepada teman makannya tentang sebuah produk. Kalau dari caranya ngomong, feeling saya sih dia lagi presentasi MLM.

Saya melirik si tetangga dan berpikir, produk dia nggak akan laku kalau presentasinya kayak gitu. Atau pun kalau laku, tidak akan laris dalam secepat periode yang dia inginkan. Penyebabnya multipel: food court itu terlalu berisik, ada anak kecilnya, dan presentasi dilakukan sambil makan mie hot plate.

Saya bukan sales girl, tapi sebagai seorang buyer yang over kritis, tentu saja saya punya tips buat orang-orang yang demen ngelobi untuk menaikkan kurva penjualan barangnya. Kuncinya satu: Perhatikan bahwa dari seluruh presentasi yang Anda berikan pada seseorang, maka yang nyantol di kepala orang tersebut cuman 30%. Sisanya? Menguap entah ke mana. Jadi, upayakan lingkungan supaya isi presentasi Anda bisa betul-betul nyantol di kepala penontonnya.

1. Jangan pernah presentasi produk di food court. Food court itu berisik. Anda mau lawan bicara Anda dengar semua presentasi Anda kan? Ajak lawan bicara Anda untuk makan-makan di sebuah kafe yang tenang dengan keberisikan di bawah 60 db.

2, Kalau bisa, jangan sampek lawan bicara Anda itu bawa anak kecil. Dengan adanya anak yang kemungkinn rewel, dia akan terpecah konsentrasinya antara mendengarkan Anda dan meladeni anaknya yang masih belum bisa dikendalikan kesabarannya. Kecuali kalau Anda memang presentasi tentang produk yang berguna buat anak rewel.

3. Menu makanan sangat berpengaruh buat presentasi Anda. Baik Anda maupun lawan bicara Anda, sebaiknya jangan pesan makan yang panas-panas apalagi pedas! Anda kan nggak mau presentasi dengan hidung meler lantaran kepedesan, mosok Anda mau mengharapkan lawan bicara Anda mendengarkan Anda sementara dia sendiri kepanasan karena disuguhi mie di atas hot plate?

Frappucino chocochip, roti panggang kaya spesial, teh susu ginseng, roti goreng  telur kornet keju.
Lokasi: Phoenam Cafe, Surabaya.
4. Sekiranya Anda nggak terlalu bermodal, nggak perlu memberatkan diri dengan mentraktir calon pembeli di restoran mahal, tapi juga jangan di tempat yang terlalu murah. Kadang-kadang calon pembeli tidak tahu dia mau ditraktir apa, maka sebaiknya Anda memberi contoh dengan memesankan menu yang cukup classy tapi tidak terlalu mengenyangkan. Kesan classy untuk menunjukkan kelas Anda. Kenapa jangan sampek terlalu kenyang? Soalnya kalau terlalu kenyang, orang nggak bisa konsentrasi mendengarkan dan malah jadi cenderung ngantuk. Pilihlah menu-menu ringan, misalnya pasta ukuran medium atau roti kaya dengan kopi atau teh.

* Dear Vicky, sebenarnya posting ini tentang tips melobi buat para sales, atau cuman mau pamer menu makan malammu? :p *

Wednesday, September 7, 2011

I Love Him!

Foto ini diambil oleh Angki ketika kami hang out ke gurun pasir di Bromo weekend lalu. Sudah lama saya dan my hunk kepingin punya foto kami berdua lagi jumpalitan, tapi kendalanya ternyata banyak:
1. Perlu orang ketiga buat nekan tombol shutter-nya. Pakai self-timer susah, tau..
2. Action gini nggak bisa dilakukan di sembarang tempat. Coba kalau kami beginian aja di jalan raya, bisa-bisa jadi tontonan rakyat gratis dan dikira orang gila..

You and me, kita meloncat bersama ;)


Tuesday, September 6, 2011

Sehat atau Takut Benjol?

Ketika orang berbondong-bondong ingin daftar jadi Pegawai Negeri, saya yakin tidak satu pun dari mereka yang berencana ikut senam pagi di kantornya setiap jumat.

Lalu saya bertanya-tanya, sebetulnya ikut senam pagi saban jumat itu hukumnya wajib atau sunnah? Kalau wajib, kalau pegawainya nggak ikut senam, ada pemotongan gaji, nggak? Sebaliknya kalau sunnah, kalau pegawainya ikut senam, dapet renumerasi nggak?

Instansi pemerintah seharusnya belajar memoles peraturannya supaya nampak menarik dan supaya pegawai menyadari manfaatnya, bukan sekedar maksa pegawai senam cuman gegara takut benjol oleh atasan.
http://laurentina.wordpress.com
www.georgetterox.blogspot.com

Monday, September 5, 2011

Bromo! Bromo! Bromo!

Yaiyy..saya jalan-jalan lagi! Kali ini saya dan beberapa blogger nyoba kopi darat jenis lain dengan hiking ke Bromo. Sebenarnya sudah berkali-kali sih saya ke Bromo, tapi kali ini istimewa lantaran nggak cuman ini pertama kalinya saya jadi event organizer langsung buat tour ke Bromo (lha biasanya saya kan pergi bareng bonyok, dan sebagai anak saya selalu manut sama susunan acara bikinan bokap saya). Tetapi juga lantaran Bromo sekarang udah nggak kayak dulu lagi semenjak Bromo meletus akhir tahun lalu. Banyak banget landscape Bromo yang berubah total, sebagian bikin nggak nyaman, tapi justru sebagian lagi malah jadi lahan wisata baru yang nambah tempat itu jadi semakin menarik.

Narsis di atas Bukit Mentigen pas matahari terbit.
Jam 4 kurang, saat semua orang masih tertidur lelap dan bahkan ayam pun belum ada yang nekat berkokok, kita-kita udah cabut dari hotel dan nyewa jip. Tujuannya ya standar-standar aja deh: ngejar matahari terbit buat foto-fotoan, haha!
Semula saya sempat heran soalnya rute yang dilewatin supir jipnya bukan rute yang biasa saya lewatin pas saya terakhir kali ke Bromo tujuh tahun lalu. Dulu tuh kalau saya nemenin bokap ngejar foto matahari terbit, kami biasanya pergi ke Bukit Pananjakan, coz dari situ bisa dapet foto matahari terbit dengan berlatar pegunungan Bromo-nya. Kali ini supir jipnya bilang bahwa akibat Bromo erupsi tahun lalu, jalan ke Pananjakan jadi rusak berat dan nggak bisa dilewatin. Akibatnya turis-turis terpaksa digiring ke bukit lain yang sekiranya bisa dapet pemandangan matahari terbit yang sama bagusnya. Maka jadilah subuh tadi kami pergi ke Bukit Mentigen.
Bukit Mentigen ini masih berpasir, jadi nggak ada tempat yang jelas buat memijak.
Di sebelah kanan saya itu ufuk timur, sedangkan di sebelah kiri saya
 sebetulnya bukan Angki, melainkan Gunung Batok, hehehe..

Dengan adanya rombongan yang semuanya sesama pecinta kamera (sebagian lagi seneng banget moto dan sebagian lagi seneng banget difoto!), maka klop deh itu pemandangan matahari terbit dilalap habis sama kita. Berkali-kali kita nyoba macem-macem pose dengan macem-macem latar belakang, mulai dari yang mataharinya masih malu-malu sampek malu-maluin alias silau banget, hihihi.. Sekalian juga saya sukses siaran langsung dari Bromo via HP. Begitu matahari mulai nongol dikit di ufuk timur, langsung saya narsis pakai kamera HP dan buruan saya upload fotonya ke Facebook, biar nggak hoax kalau ada isu bahwa saya lagi di Bromo dong aah..

Ternyata, untuk berfoto di gurun pasir nggak perlu harus ke Arab!
Lokasi: Pasir Berbisik, Kabupaten Probolinggo,

Selanjutnya, supir jipnya pun bawa kita ke Pasir Berbisik. Eits..apaan nih nama tempat kok mirip judul pelemnya Dian Sastro? Ternyata, ini gurun pasir lho, dan suka dipakai syuting film-film FTV gitu deh (ini sih kata supir jipnya, lha saya nggak ngerti soalnya saya kan nggak pernah nonton tivi..). Begitu tiba di venue, kita langsung bersorak kegirangan, soalnya akhirnya kita berhasil membantah tahayul yang bilang bahwa kalau orang Indonesia kepingin foto di gurun pasir harus ke Arab! Cihuuy..Indonesia punya gurun pasir!

Duduk manis di atas padang pasir.
Yang moto ini Eddy Fahmi.


Ehh..apaan nih kok ada foto saya berani duduk di atas pasir padahal saya orangnya takut banget sama yang kotor? Lhaa..pasirnya bersih dan berkilauan, Sodara-sodara! Tempat ini juga asik banget coz biarpun waktu kami dateng ke sini sudah jam 7 pagi, tapi tempat ini masih sepi dan belum banyak pengunjung yang dateng. Alhasil kita sukses foto-fotoan tanpa ada figur orang lain di dalam background, hihihi..

Pura ini berposisi sekitar 1 km jalan kaki dari
pangkalan jip kawah Bromo, dan 2 km dari anak tangga Bromo. 

Kelar dari Pasir Berbisik, akhirnya jadi juga kita ke kaldera Bromo yang super luas itu. Di sinilah saya ngeliat perbedaan Bromo tahun ini dengan Bromo sebelum erupsi. Akibat dari meletusnya Bromo, kawah Bromo yang tadinya cuman beralaskan batu-batu dan nyaman buat dipakai hiking, kini jadi full pasir dan bikin medan hiking jadi berat banget. Jarak dari parkiran jip ke bawah anak tangga sekitar 2 km, dan sepanjang itu jalurnya tertimbun pasir setinggi sekitar dua meter. Saya baru jalan 500 meter langsung terengah-engah lantaran nggak kuat mendaki tanah pasir Bromo yang curam dan berpasir, dan akhirnya nyerah dan melambaikan tangan pada joki kuda. Jadilah my hunk motretin saya naik kuda, sementara dia sendiri berdiri dari atas, hehee.. Agak nyesel juga sih saya, kenapa tadi nggak pakai gaun aja ya, kan asyik kalau saya foto-fotoan naik kuda di Bromo sambil pakai gaun panjang gitu..

Difoto Eddy Fahmi dari jauh.
Tadinya saya kepingin naik kuda sambil pakai gaun gitu,
tapi takut dikira artis n dimintain tanda tangan..

Anak tangga menuju puncak Bromonya ternyata juga nggak kalah parahnya. Cita-cita saya mau ngitung jumlah pasti anak tangganya pun terpaksa bablas gara-gara anak tangganya ketutupan pasir!

Perhatikan anak tangganya yang penuh pasir. Kalau cuman turun sih gampang, tapi naiknya itu yang berat, bo'.
Beberapa pengunjung malah nggak mau turun pakai tangga;
mereka milih ngesot di area sebelah tangga yang memang penuh pasir.
Foto dijepret oleh Angki.

Naik tangganya bikin stress lantaran saya kebingungan nggak tau memijak ke yang mana, ditambah faktor kecuraman anak tangga yang berbanding terbalik dengan stamina saya yang nggak selangsing tujuh tahun lalu. Saya terpaksa berhenti sebentar-sebentar, dan itu ternyata cukup mengganggu lalu-lintas karena anak tangga yang sempit bikin orang di belakang kita nggak bisa naik kalau orang di depannya berhenti. Saya sampek denger seorang pengunjung berseloroh, “Dooh..nggak di Surabaya, nggak di Bromo, sama aja macetnya!”

Dan akhirnya kita sampek juga di puncak Bromo, yaiyyy!
Siaran langsung dari puncak Bromo! Latar belakang: Gunung Batok.
Alhamdulillah yaah..akhirnya sampek juga. "Sesuatu" banget yaahh..

Langsung saya upload foto saya ke Facebook dong buat siaran langsung, hihihi.. Hey..ternyata sinyalnya si merah juara lho!

Para blogger berbuat narsis dengan berpose membentuk inisial nama masing-masing.
Lokasi: Kawah Bromo. Dari kiri ke kanan:
V untuk Vicky Laurentina, F untuk Eddy Fahmi, R untuk Risdania Syafdini, A untuk Angki.

Tips jalan-jalan ke Bromo:
1.       Sebaiknya pakai jip kalau mau ke kawah pasirnya. Jangan naik motor matic, gila! (Sambil inget tadi pagi kami lihat ada orang susah-payah bawa Mio ke kawah Bromo, ck..ck..ck)
2.       Kalau memang niat nonton matahari terbit, datenglah sebelum jam 4.30 untuk nge-tag tempat, soalnya setelah itu susah banget lantaran gerombolan orang makin lama makin banyak yang kepingin nongkrong di Mentigen demi berbuat narsis.
3.       Sebagian jalur harus didaki dengan jalan kaki. Siyalnya kemiringan jalurnya curam banget. Lebih repot lagi lantaran jalurnya berpasir, jadi sering muka kita belepotan pasir dari depan kita. Mendingan pakai masker deh buat yang nggak tahan debu.
4.       Sewa jip bisa digepok sampek Rp 500k/mobil, bisa dimuatin 8 orang kalo kurus-kurus. Lebih baik kordinasi sama hotel tempat kita nginep supaya bisa dapet harga murah. Harga Rp 275-375k cukup reasonable kok.
5.       Kalau mau bawa tas, nggak usah isi tasnya dengan barang banyak-banyak! Nggak usah bawa laptop, mentang-mentang mau ke puncak Bromo terus mau check in di Foursquare gitu? Nggak usah bawa payung juga cuman gara-gara Anda takut kulit Anda jadi ber-glitter bak Edward Cullen kalau kena panas. Cukup isi tas dengan dompet, yang cukup buat bayar tip untuk supir jip dan jajan di bawah anak tangga Bromo. Sarapan dengan mie instant kemasan gelas dan kopi di sana cukup memadai lho.