Tuesday, December 25, 2012

Dilarang Pasang Gambar di Tembok

Saya pernah mengalami fase di mana hasil karya saya ditempel oleh pak guru di tembok kelas. Waktu itu saya nulis cerpen horor di selembar kertas, terus biar secara visual menarik, saya nulis pakai spidol warna-warni. Pak guru saya menempelin cerpen itu di tembok, barengan cerpen horor karya teman-teman saya yang lain.

Sebenarnya menurut saya nempelin cerpen itu nggak menarik ya, kan untuk menikmati cerpen itu ya harus dibaca dengan cermat, bukan memaksa pembacanya melototin tembok. Tapi saya melihat ulah pak guru saya itu dari sudut lain, dia seperti mau bilang, "Ini lho saya menghargai kerja keras kalian."

***

Sekitar dua tahun lalu, waktu saya main ke rumah kakak saya, saya lihat gambar-gambar hasil coret-coret keponakan saya ditempel di dinding. Sebetulnya menurut saya gambar itu nggak bisa dimengerti maknanya, biasalah imajinasi anak-anak, tapi saya selalu bilang, "Wuaah..bagus gambarmu, Nak. Lho, kok cumak yang ini yang ditempel? Gambarmu yang lain ada di mana?"

Monday, December 24, 2012

Ayam Pusing

"Petoook! Petok, petok, petok! Ini dunia kok rada miring gini seeh?"

"He, kamu kalo berdiri jangan miring-miring, napa? Aku jadi pusing ini kedempet!"

"Siapa yang berdiri miring-miring? Ini memang kandangnya miring kayak Pisa, Petoook!"

"Hwadoooh..ini kok nggak nyampek-nyampek seeeh? Aku pusing ini berdiri miring-miring!"

"Sudahlah, nggak usah ngomel berdiri! Salah sendiri kok pesennya kelas festival, makanya disuruh berdiri! Coba kalo bayar kelas VIP, mesti kamu dapet yang duduk!"

Sunday, December 23, 2012

Request untuk Sinterklas

Cuman mau nanya yah, karena saya tau jemaah-jemaah blog saya banyak yang ke gereja, Anda selama ini minta request apa sih sama Sinterklas buat kado Natal?
Terus, pernah nggak kado itu terkabul? (Iya, meskipun mungkin yang mengabulkannya bukan Sinterklas, tapi ya orang tua Anda)

*And tolong jangan jawab "Aku nggak pernah minta kado Natal ke Sinterklas soalnya aku bukan Kristen", coz niscaya langsung gw delete karena dianggap komentar nggak produktif.*

Friday, December 21, 2012

Kok Takut Hujan?

Di Surabaya hampir nggak pernah hujan. Bahkan di musim hujan di Desember ini. Karena, konon, di Surabaya itu mataharinya ada dua. Makanya Surabaya itu panas banget.

Saya sendiri nggak percaya kalau di Surabaya itu mataharinya ada dua. Sepanjang saya tinggal di Surabaya, minimal saya sudah lihat matahari sampek tiga. Eh, nggak percaya? Sungguhan lho, matahari di sini ada di Tunjungan Plaza, Delta Plaza, di Pakuwon Trade Center.. *dikeplak jemaah*

Ngomongin soal hujan, saya kadang-kadang risih liat orang dateng telat ngantor gegara alasan hujan. Wah, mungkin ini sebabnya hujan jarang banget turun di Surabaya, soalnya mungkin Tuhan mikir ntar kalau dikasih hujan, penduduknya jadi ogah ngantor tepat waktu.
Sebetulnya kalau hujan kenapa sih? Takut pas nyampek kantornya jadi kebasahan gitu?

Thursday, December 20, 2012

Si Kepo Sok Perhatian

Mungkin karena saya kepo, jadi saya suka curious kalau liat orang-orang nulis status di Facebook yang sedih-sedih.

"Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi.."

Atau,

"Ku harus pergi meninggalkan kamu yang telah hancurkan aku. Sakitnya.."

Lebih parah lagi,

"Tapi..kamu kok selingkuh?"

Wednesday, December 19, 2012

"Saya Belum Baca"

Suatu hari di Bandung saya dateng ke sebuah seminar yang digelar oleh dosen saya, seorang profesor ahli asma. Dos-q mengoceh sepanjang 20 menit tentang bagaimana asma itu timbul, bagaimana reaksi hipersensitifitas bisa bikin seseorang sesak tiada akhir, bagaimana mengenali gejala asma, dan bahwa obat terbaik asma adalah menghindari faktor pencetus serangan sesak dan menyedot steroid secara teratur.

Lalu salah satu penonton di belakang bangku saya, seorang dokter entah dari Puskesmas manaa gitu, mengacungkan jarinya. "Prof, pertanyaan pertama saya, bagaimana membedakan asma dengan pneumonia? Lalu, yang kedua, saya pernah dengar bahwa daun katuk bisa digunakan untuk mengobati asma. Bagaimana caranya, Prof?"

Profesor menjawab pertanyaan pertama dengan jawaban panjang kali lebar sepanjang tiga menit (saya kok iseng banget ngitung ya waktu itu).
Lalu pertanyaan kedua dijawab singkat, "Maaf, saya belum baca itu."

Sewaktu itu saya terhenyak dengan sikap Profesor yang dengan gamblang berkata, "Saya belum baca."

Saturday, December 15, 2012

Memulai Selalu Susah

Seminggu ini saya nemu dua orang kerabat saya yang ternyata baru memulai blog. Yang pertama adalah kakak ipar saya yang baru merilis post pertama di blognya. Isinya adalah semacam prolog gitu deh. Sebenarnya saya nggak ngerti apa tujuan dia ngeblog, mengingat setahu saya dia nggak tukang menulis kecuali menulis laporan pekerjaan di kantornya. Tapi mungkin saja sebenarnya dia senang menulis, tapi nggak pernah publikasi. Alasan orang nggak publikasi itu kan macem-macem, bisa karena malu kalau isi kepalanya dibaca orang, bisa juga karena minder membaca tulisan orang yang dikiranya lebih bagus, bisa juga karena gaptek alias nggak tahu caranya ngeblog.

Orang kedua adalah kolega saya sendiri. Yang ini, saya terlambat tahunya, soalnya ternyata blognya sudah jalan beberapa bulan. Saya tercengang bukan karena dia ngeblog, saya lebih tercengang lagi karena dia kali ini konsisten. Soalnya selama beberapa tahun sebelumnya dia bolak-balik ngeblog tapi blognya beda-beda dan ujung-ujungnya blognya yang lama dianggurin karena dia milih membuat blog yang baru.

Sekarang saya penasaran, kira-kira dua orang ini mau konsisten ngeblog (di blog yang sama) sampek berapa lama?

Monday, December 10, 2012

(Jangan) Nyanyi Apa di Pernikahan?


Dapet PR dari asistennya Mom yang tugasnya ngurusin pernikahan saya (iya, bisa-bisanya asisten saya kasih saya PR, padahal yang mau nikah kan saya, bukan dos-q). PR-nya tidak lain dan tidak bukan adalah..bikin daftar lagu yang mau dinyanyiin pas pernikahan saya nanti. Whoaa..saya ketawa ngakak. Ya gampang itulah, cukup ingat-ingat aja kira-kira lagu apa yang jadi “independence love song”-nya saya dan my hunk. 

Persoalan jadi rada rumit ketika bikin daftar yang semestinya mudah itu jadi sulit lantaran nyokap saya mengajukan syarat ke saya, “Pokoknya jangan lagu yang jembreng-jembreng lho yaa..”

*saya langsung mengkeret*
*mencoret lagu-lagu Linkin’ Park dari daftar saya*
*dan lagu-lagu Aerosmith*
*dan Bon Jovi*

Sunday, December 9, 2012

Tusukan Pertama Selalu Sakit

Service pada tempat bersalin ternyata nggak cuman urusan meladeni ibu hamil yang melahirkan. Begitu si jabang bayi lahir dan ketahuan kalau dia nggak punya penis, besoknya susternya dapet order tambahan: menindik kuping si bayi.

Sudah umum dianggap bahwa untuk membuat anak perempuan nampak feminin, orang tua memakaikan anaknya itu anting-anting. Persoalan ini jadi susah kalau anting itu ditancepin pertama kali, namanya juga jarum ditusukin, rasanya pasti sakit nggak karuan.

Orang tua kadang-kadang ambil jalan pintas, daripada kasihan lihat anak perempuannya jerit-jerit pas ditindik, mending sekalian aja ditindiknya pas masih bayi. Toh nangisnya sama kencengnya, tapi setidaknya menahan bayi perempuan yang meronta-ronta nggak sesusah menahan anak perempuan yang kalau nangis bisa bangunin penghuni kuburan.

Rumah sakit tempat saya sekolah juga melayani jasa menindik bayi yang baru lahir. Asal yang penting

Saturday, December 8, 2012

Pola Pelaku Nikah Siri

Pada dasarnya semua ibu itu bisa melahirkan dengan tenang selama ada duit. Tapi yang namanya manusia itu memang nggak sip kalau nggak dikasih cobaan, sehingga kadang-kadang masih ada aja ibu bersalin yang kesusahan sehingga terpaksa melahirkan di rumah sakit. Bagian yang menyusahkan adalah rumah sakit itu cepat atau lambat pasti akan minta bayaran, sehingga ibu tinggal berhadapan dengan dua pilihan, bayar sendiri biaya yang sangat mahal itu atau minta surat miskin supaya pemerintah aja yang bayarin. Siyalnya, pemerintah itu nggak mau rugi, pemerintah mau aja bayarin asalkan si ibu punya kartu keluarga.

Persoalannya, gimana mau bikin kartu keluarga, orang suami aja dapetnya dengan nikah siri?

Saya, entah kenapa saban kali dapet pasien yang kebetulan status nikahnya (masih) nikah siri, mesti urusannya nggak ada yang bener. Kalo nggak abortus provokatus lah, mesti eklampsia atau plasenta previa dengan fluksus aktif. Mbok sekali-kali kek pasien saya yang nikah siri itu pasien yang bersalin normal aja, biar nggak ada masalah. Nyatanya enggak tuh.

Setelah saya iseng bikin analisa, saya ngeh kalau hampir semua masalah pasien itu sedikit-banyak ada penyebab faktor sosialnya.
Semisal aja abortus provokatus itu terjadi karena si ibu memang sengaja minum jamu karena kepingin anaknya gugur. Dia begitu karena nggak siap besarin anak sendirian. Sendirian? Iya, soalnya suaminya masih tinggal sama istri yang satunya.
Pasien plasenta previa sebetulnya nggak segitunya menyusahkan sekiranya dari awal kehamilan sudah ketahuan di USG kalau ari-arinya memang menyumbat jalan lahir. Persoalannya si ibu nggak pernah USG karena si ibu takut ke dokter sendirian lantaran takut ditodong bayar. Suaminya nggak kasih dia duit saku buat bayar dokter karena suaminya sibuk kasih nafkah ke istrinya yang lain dan lebih sah..
Eklampsia adalah musibah yang bisa menimpa siapa aja. Korbannya rata-rata perempuan yang baru pertama kali hamil. Nggak heran banyak pasien penyakit ini adalah cewek-cewek yang nggak berpengalaman dalam urusan hamil dan punya anak. Nikah siri menambah ruwet masalah karena mereka nggak kepikiran untuk menyuruh suaminya jadi suami siaga.

Dan setelah saya iseng bikin pola, saya nemu bahwa ciri-ciri pelaku nikah siri pada pasien saya itu hampir semuanya sama:

Friday, December 7, 2012

Teh Kembang

Cara bikinnya: Cemplungin kembang ke dalam poci, lalu kembang akan merekah dan menyebarkan sari-sari tehnya ke seluruh air.

Tunggu sekitar 15 menit sampai seluruh air dalam poci terlarut bersama teh.

Rasa: Pahit, sebetulnya. Jadi saya tambahkan gula sendiri, hehehe.

Bagaimanapun, tehnya cukup unik, enak di lidah, dan cukup eksotis buat difoto.

Lokasi: Sebuah restoran Belgia di kawasan Setiabudi di Bandung.
http://laurentina.wordpress.com
www.georgetterox.blogspot.com

Wednesday, December 5, 2012

Tetanggaku Bossku

Dulu perhitungan saya nyari rumah kost waktu mau sekolah itu cukup rumit, karena saya terpaksa harus milih, antara milih lokasi yang sedekat mungkin dengan sekolah, atau milih kost yang harganya murah. Sekarang kayaknya milih kost itu kudu tambah lagi pertimbangannya: Tetangganya enak nggak?

Akan jauh lebih simpel kalau kriteria ideal tetanggamu itu sama seperti orang kebanyakan kalau milih rumah: Nggak tukang ngintip jemuran, nggak suka sok-sok pinjem panci terus belagak lupa kembaliin, dan nggak suka puter musik dangdut. Alhamdulillah selama saya ngekost, saya nggak pernah punya masalah sama tetangga kost, karena tetangga di kamar sebelah itu senengnya main laundry, nggak suka masak, dan playlist-nya penuh dengan lagunya Adele. Sampek tetangga saya berhenti ngekost di tempat kost saya pun kami nggak pernah berantem, mungkin karena faktor yang memang cukup signifikan: Saya jarang tidur di rumah, lebih sering tidur di sekolah.

Tapi nampaknya definisi tetangga ideal itu harus ditambah lagi: Kalau bisa jangan tetanggaan sama boss.

Monday, December 3, 2012

Jejaknya Mulai Panas Lagi

Selama bertahun-tahun ia menghilang. Kami mencarinya ke mana-mana, tapi tidak ada tanda-tanda ia masih ada. Padahal kami merindukannya setengah mati, di setiap liter aliran darah kami rasa itu masih ada dan ingin kami rasakan lagi. Kami bingung ke mana kami harus mencari.

Nyokap saya bilang, ia tidak ada duanya. Bokap saya mufakat, ia tidak pernah minta uang banyak-banyak. Adek saya pernah carikan alternatif lain, tapi rasanya tidak ada yang menyamainya. Saya lebih realistis, saya merasa kita akan menemukan penggantinya suatu saat nanti. Meskipun saya belum pernah berhasil menemukan penggantinya. Ia adalah..




Sunday, December 2, 2012

Aku Disuruh Ngobatin Kertas

Pernah cek laboratorium? Entah itu periksa darah, periksa kencing, atau foto Rontgen? Gimana hasilnya? Terus, apakah Anda ngerti maksud hasilnya itu?

Minggu lalu seorang teman, seorang pekerja industri yang pastinya bukan orang rumah sakit, kirim saya pesan. Ceritanya dos-q habis periksa darah dan mendapati titer Widal-nya 1/160 dengan perincian sepanjang kurang lebih 11 baris yang jelas-jelas menuhin display HP saya. Dos-q sedang bertanya dengan perincian sedetail itu, dos-q sakit tipes apa nggak? Saya bacanya jadi garuk-garuk kepala. Setahu saya, orang kalo sakit tipes nggak akan bisa ngetik sedetail itu dan seruwet itu di HP-nya. Sakit tipes itu harusnya terkapar di tempat tidur, badan panas dingin nggak karuan, feeling salah tingkah karena perasaan campur-aduk antara mencret dengan nggak bisa pup.

Dulu pernah seorang teman lain, auditor di sebuah perusahaan minyak, setengah panik kirim pesan ke saya. Dos-q habis menjalani pemeriksaan kesehatan di kantornya, serangkaian pemeriksaan yang rumit sekali dan cenderung lebay malah, karena ternyata alat kandungannya juga diperiksa pakai USG padahal dos-q belum kawin. Dalam pemeriksaan itu terungkap bahwa dos-q punya massa segede dua senti di ovarium dan sekarang dos-q nggak bisa tidur karena membaca hasil itu. Samar-samar dos-q inget di pelajaran biologi bahwa ovarium itu indung telur yang berkontribusi untuk masa depan kesuburannya kelak. Saya ngerti apa yang dikhawatirkannya, nampaknya dos-q takut mandul sekarang, cuman gara-gara telah membaca hasil lab cek rutin..