Monday, March 31, 2014

Hey, Minta Nomer Telfon Gw Dong!

Temen saya, cewek, umur 32 tahun, sampek sekarang belum punya pacar. Dos-q resah karena terus didesak oleh bonyoknya buat segera married. Bingung karena kalau mau married, mau married sama siapa? Soalnya yang mau di-marry juga nggak ada.

Saya mau bilang "Kamu kurang usaha" kok ya nggak tega. Toh saya pernah jadi jomblo lama sekali, nggak urung akhirnya ya punya suami juga. Tapi saya sendiri juga nggak terheran-heran kalau dos-q umur segini masih jomblo jua. Bayangin, punya Facebook tapi jarang update status. Nggak nge-tweet. Punya Instagram tapi nggak pernah upload foto. Punya Line tapi nggak pernah eksis. Kalau cara-cara standar aja nggak pernah dipake, terus mau sarankan apa lagi?

Saturday, March 29, 2014

Jatuhnya Harga Buku

Ternyata nggak cuman mobil Eropa yang harganya gampang jatuh. Buku-buku di Gr*med juga.
Seorang kolega mengeluh, bagaimana buku yang dijual di Gr*med bisa gampang banget didiskon hanya dalam tempo yang nggak terlalu lama.

Kita sendiri mungkin sering lihat suatu buku dari penulis favorit dirilis. Ditaruh di rak di tengah-tengah toko, kadang-kadang disediain stand sendiri yang dihias-hias segala. Pokoknya produk buku itu diperlakukan bak raja. Bikin pembeli yang membeli bukunya ikutan bangga. Lalu memamerkannya di segala social media. (Coz sampek saat ini saya belom pernah ketemu orang yang ngundang saya ke rumahnya selain untuk ngajak saya makan siang masakan bikinannya. Apalagi yang bilang gini, "Ayo main ke rumahku, Vic. Aku baru beli buku baru bikinannya Clara Ng, lhoo!"

Lalu tiba-tiba beberapa bulan kemudian, pas kita main ke toko itu lagi, buku itu udah mendarat di rak bagian sale. Harganya udah jatuh kira-kira sampek 30%. Kita yang ngeliatnya merasa mual. Apakah karena kepopuleran buku itu sudah turun juga sampek 30%? Terus, apakah kebanggaan kita untuk memiliki buku itu juga terjun sampek 30%?

Thursday, March 27, 2014

Move On

Comfort zone itu menyenangkan, tapi kalo dipikir-pikir, mengurangi peluang untuk rejeki di masa depan.

Temen saya lagi kebingungan. Jadi selama ini kolom komentar di blog miliknya itu pake Disqus. Saya sendiri jarang komentar di sana soalnya ribet. Kudu login atau ngaku jadi guest aja. Kalau login, nggak akan mengarah ke website utama saya. Tapi kalau cuman jadi guest, nggak bisa ninggalin URL. Pokoknya kalau komentar di Disque itu nggak nguntungin komentatornya gitu deh. (Saya pakai prinsip bisnis a la Tionghoa).

Terus temen saya kepingin ganti, nggak mau pake Disqus lagi. Karena merasa traffic-nya jadi kurang lantaran blognya nggak comment-friendly. Tapi dos-q bingung, soalnya kalau Disqus-nya diilangin, nanti komentar-komentar lama jadi ilang..

Wednesday, March 26, 2014

Percaya Sama Pesawat?

Baiklah, saya mau mengaku dosa sedikit.
Ini bukan dosa pribadi, sebenernya ini dosa rame-rame.

Pada tahun 1992, dalam sebuah perjalanan darat dari Parapat menuju Danau Maninjau, di tengah-tengah hutan Bukit Barisan di sebelah selatan kawasan Sumatera Utara, nyokap saya minta supir kami berhenti karena di pinggir jalan ada sebuah warung kopi yang jualan burung.

Bonyok saya waktu itu tergila-gila pada burung. Mereka bisa kepincut pada burung cuman gegara denger bunyi kicaunya. Saya? Saya jelas tidak berminat pada apapun yang tidak bisa bicara tapi jagoan ngeluarin tokai. Lalu bonyok saya mutusin untuk beli burung itu.

Saya terperangah dan bingung. Kami sedang liburan, bagaimana kami akan membawa burung itu ke Bandung? Dikirim pake Tiki??

Monday, March 24, 2014

Penganiayaan Facebook

Pak Abdul Cholik, tetangga saya di Surabaya yang perwira dan kini membaktikan masa pensiunnya sebagai blogger itu, hari ini lagi bikin giveaway. Tugas dari giveaway ini adalah bikin artikel blog tentang status galau yang pernah kita bikin di Facebook. Caranya cukup nyebut dua buah status galau yang pernah ditulis di Facebook, tuliskan alasannya dan komentarnya. Kedengerannya gampang kan?

Buzzer Gadungan

Ketika gadget dicuri, ternyata nggak cuman barang yang dirampas, tetapi identitas juga ikutan dirampas.

Kakak saya kemaren tiba-tiba kirim pesan ke saya, tanya apakah saya pernah bikinkan account Twitter atas nama dirinya atau enggak. Soalnya dos-q gaptek dan nggak pernah Twitter-an. Saya sendiri sempet bikinkan dos-q account Line beberapa bulan lalu supaya dos-q punya media messenger pelipur stress.

Tentu saja saya nggak bikinin dos-q account Twitter. Kakak saya, sebut aja namanya Alexis, heran karena ada account atas nama dirinya, sebut aja @AlexisSissy, dan bikin pake e-mail-nya kakak saya.

Saturday, March 22, 2014

Maghrib yang Brutal

Cewek-cewek berbaris ngantre seperti uler ngantre beras. Antrean yang mestinya menuju lorong kecil itu meluber sampek koridor di depan toko-toko aksesoris. Saya yang cuman mau sembahyang aja bingung, ini mau masuk toilet aja kok antreannya panjang begini? Apakah di mall sini telah terjadi wabah kebelet pipis?

Weekend ini Paris van Java Mall lagi ngegelar sale gede-gedean. Beberapa tenant mendiskon beberapa produknya, jadi kunjungan ke mall pun memadat. Sebenernya pemandangan gini sih biasa. Setiap weekend mall ini pasti penuh. Dan penuhnya adalah eksodus besar-besaran seperempat warga Jakarta yang liburan ke Bandung. Kenapa cuman seperempat? Karena seperempat lainnya menyebar ke Ciwalk, seperempat lainnya ada di jalan-jalan kota Bandung, dan seperempat lagi terdiam di Jakarta karena nggak bisa masuk ke Bandung yang sempit.

Friday, March 21, 2014

Kalau Pre Wedding Rush Jadi Film

Posting ini dibuat untuk mengikuti kontes "Pre Wedding Rush Stars" yang disponsori oleh Cotton Ink dan Stiletto Book.

Pre Wedding Rush adalah novel besutan teranyar Oktarina Prasetyowati (yang lebih beken dengan nama Okke 'Sepatumerah'). Kisah bergenre chicklit ini bercerita tentang seorang dosen bernama Menina, calon penganten yang lagi nyiapin pernikahannya, dan di tengah persiapan itu tahu-tahu dos-q kecantol dengan mantan pacarnya, Lanang.

Saya mencoba ngebayangin gimana jadinya kalau novel ini difilmin, siapa aja yang bakalan main. Mungkin foto-foto di bawah inilah kira-kira adegan yang bakalan nongol di filmnya.

Saya harus mengaku bahwa membayangkan bintang pelem Indonesia untuk mainin novel ini adalah kerjaan yang susah-susah gampang. Tokoh-tokoh sentral di novel ini punya tampilan karakter yang kuat, dan sulit cari aktor yang bisa menyerupai itu. Banyak sih yang sebenernya bisa mirip sedikit-sedikit, tapi yang mutu aktingnya bagus masih dikit.

"Kalau saja aku tidak lemah dan bisa menolak Lanang, mungkin sedikit lagi aku sudah sampai di Surabaya."
- Menina, halaman 96, nyesel karena nekat buntutin mantannya ketimbang pulang ke pertunangannya.

Thursday, March 20, 2014

Jual Oleh-oleh Luar Negeri

Nanya dong, Kawan-kawan, kalau kalian jalan-jalan, souvenir apa yang kalian senang beli?

Kalau saya sih seneng apa aja, asalkan barangnya muat masuk koper. Dan barangnya memang nggak ada di Indonesia. Satu hal yang jadi kode pribadi saya, saya nggak seneng barang lucu tak berguna alias barang yang cuman dipajang doang :p

Preman Bersasak Tinggi

Sepanjang siang kemaren di rumah adalah Hari Jidat Berkerut. Adek saya lagi tekun sama game yang baru dos-q install, judulnya mendesain rumah. Persoalannya game itu diinstalasi di iPad, sedangkan dos-q kudu rebutan sama nyokap saya yang lagi rajin latihan Candy Crush.

Saya lagi survey di internet buat cari rumah yang kira-kira terjangkau di Surabaya. Gampang-gampang susah, soalnya rumah yang murah-murah kebanyakan masih di daerah yang terisolir dari angkutan umum. Padahal saya kepingin punya rumah itu yang lokasinya terjangkau dengan jalan kaki sedikit aja atau naik bemo, supaya nggak ada ketergantungan terhadap mobil pribadi. Percuma kan punya rumah murah tapi kalau mau keluar aja boros bensin?

Menjelang waktunya tidur siang, nyokap saya mulai kriyep-kriyep dan akhirnya kepingin tidur. Spontan iPad-nya dikuasain adek saya yang udah nggak sabar kepingin bikin ayunan di rumahnya yang masih versi grafis itu. Kontras banget sama saya yang masih mengkhayal buat punya properti sendiri dan masih itung-itungan soal lokasi. Saya dan adek saya emang beda. Adek saya masih sibuk dengan dunia impian, sementara saya lebih mirip jutawan gadungan.

Di tengah-tengahnya saya lagi puyeng itu, tiba-tiba HP saya bunyi. Sebaris nomer nongol di layar, nomernya nggak saya kenal.
Saya: "Halo?"
Terdengar suara laki-laki. Suaranya keresek-keresek nggak jelas. Saya mengerutkan kening. Dalma hati saya mbatin, elu nelpon di bunker mana sih?

Lalu tiba-tiba ada suara anak cewek, "Mamah..?"
Saya melongo. Wow, ternyata saya pernah punya anak ya? Dari mantan pacar saya yang mana?

Tuesday, March 18, 2014

Ngambek Piala Dunia


Sesungguhnya Tuhan itu Mahaadil. Dan sifat baik Tuhan itu nggak cuman ditiru orang-orang beriman, tetapi juga orang-orang pengurus sepakbola internasional yang cenderung kurang religius.

Beberapa kawannya my hunk di mal lagi sebel. Ceritanya gini, sudah kebiasaan saban empat tahun pasti penjualan proyektor pasti naik. Apalagi penyebabnya kalau bukan Piala Dunia. Soalnya kalau ada siaran Piala Dunia, pasti kafe-kafe itu berebut bikin acara nonton bareng. Karena ada acara nonton bareng, maka pasti kebutuhannya adalah proyektor, LCD, gitu deh. Maka berduyun-duyunlah mereka pergi ke mall untuk beli proyektor. Tinggal para pemilik tokonya kipas-kipas ngitung laba.

(Eh, sudah tau ya, Indonesia lagi-lagi belom boleh ikut Piala Dunia. Tapi biarpun atlet Indonesia belom ke sana, anak Anda sudah boleh lho. Bisa tampil di Piala Dunia, jadi escort yang tugasnya ngegandeng pemain sepakbola, muka anak Anda disorot sama kamera tivi, terus disiarin deh ke seluruh Anda secara live! Tinggal berangkatin anak ke Brazil. Paling-paling Anda yang bingung ngepak koper demi nemenin si kecil ke sana. Caranya ada di sini lhooo..)

Argowilis Baret-baret

Dalam tiga tahun terakhir, kereta api di Indonesia berjuang keras memperbaiki mutunya supaya bisa nganterin jutaan orang di Indonesia Barat. Perbaikan itu terjadi di segala sendi, mulai dari peremajaan mesin sampek mengkarantina peron stasiun. Alhasil, citra kereta api pun pelan-pelan berubah, yang tadinya merupakan transportasi slaman-slamet-slumun menjadi moda ideal yang asik buat wisata senang-senang.

Sunday, March 16, 2014

Piara Group Chat Keluarga

Ciri khas keluarga Indonesia adalah berupa keluarga besar. Di negeri ini sering kita nemu sepasang kakek-nenek punya anak banyak dan akibatnya cucunya banyak juga. Orang-orang seumuran saya biasanya punya sepupu bejibun. Itu baru yang satu nenek, apalagi yang satu buyut, satu canggah, dan seterusnya. Kalo keluarga yang satu nenek itu disuruh tinggal bareng, kayaknya itu bisa bikin satu cluster di dalam sebuah kelurahan.

Sering banget kita temukan keluarga yang satu nenek itu kemudian tinggal terpisah-pisah karena masing-masing beranjak dewasa dan bikin keluarga sendiri. Untuk membuat silaturahmi umumnya mereka bikin arisan keluarga yang bisa diselenggarakan sedikitnya sebulan sekali. Bokap saya sendiri punya grup arisan keluarga yang dibentuk bareng sepupu-sepupunya dan mereka ketemuan setiap dua bulan.

Alternatif lain selain arisan keluarga adalah forum chat di grup messenger. Bila arisan keluarga punya kendala berupa susahnya ngumpulin keluarga setiap bulan padahal anggota-anggota keluarga itu tinggal di propinsi yang beda-beda, maka forum chat grup messenger ini bisa menjembatani kendala itu. Dengan chat grup messenger, para keluarga tetep bisa ngobrol setiap saat secara akrab tanpa harus kumpul bareng di suatu tempat.

Saturday, March 15, 2014

Souvenir Pun Melayang

Maksud hati mau seneng-seneng lantaran dapet hadiah. Apa daya belom lima menit hadiahnya malah diembat orang lain.. Nasib..nasib..

Saya lagi happy, Jemaah. Ceritanya gini nih, kira-kira bulan lalu Stefanie bikin undian di blognya. Banyak banget yang ikutan, termasuk saya. Nah..kira-kira beberapa minggu lalu T3ph ngedaulat anaknya Wesley buat ngambil lotere-loterean untuk undian itu. Kok ya yang diambil itu ternyata nama saya, hahahaa.. Anak pintar kamu, Wesley! Moga-moga kamu jadi orang bermanfaat buat negara ini kalau kamu gede nanti yah..

Terus T3ph kirim hadiah undiannya itu ke saya. Barusan dateng tuh hadiahnya dianterin mas-mas JNE yang baik hati. Begitu dibuka, saya menjerit riang. Tahu nggak hadiahnya apa?

Wednesday, March 12, 2014

Milih-milih Jenis Feed

Anda punya blog tapi merasa traffic segitu-segitu aja? Anda sudah pasang feed tapi nggak merasa ada peningkatan lalu lintas? Mungkin feed yang Anda pasang kurang tokcer. Gimana caranya bikin feed yang cuman sekelebat bisa bikin pemirsa tertarik untuk membuka isi blog kita?

Buat blog, feed itu ibarat iklan. Jika iklan bikin pemirsa jadi tertarik untuk beli produknya, maka feed adalah barisan tulisan yang bikin pemirsa jadi tertarik untuk baca isi blog tersebut.

MEDIA FEED ITU MACAM-MACAM
Seperti halnya mau pasang iklan, kita mesti paham karakteristik media yang jadi tempat kita memasang feed itu. Feed sebenarnya bisa dibikin di mana aja, misalnya dari social media seperti Facebook. Tapi rerata blogger sekarang jarang FB-an dan kebanyakan lalu lintas blog bersumber dari aplikasi feed.

Aplikasi ini macem-macem merknya. Saya sih baru pengalaman pakai aplikasi feed yang sederhana dari RSS Feed atau dari portal feed seperti Feedly.

RSS Feed, misalnya, muncul dalam bentuk barisan-barisan kecil di desktop pemirsa begitu pemirsanya nyambungin leptopnya ke internet. RSS Feed cukup disukai karena aplikasi ini bisa dipasang di HP, dan bisa disetel untuk update setiap kurun waktu tertentu. Saya pernah pakai RSS Feed ini di HP pada tahun 2008, dan RSS Feed-nya saya setel untuk update tiap 24 jam. Alhasil tiap jam lima pagi layar Home HP saya ngelaporin blog-blog siapa aja yang update sejak 24 jam terakhir.

Saya kemudian ninggalin RSS Feed, dan lebih seneng pake aplikasi Feedly di leptop coz aplikasi itu bisa disetel untuk hanya dibuka kalau saya mau aja, bukan update otomatis. Tampilan lay-out Feedly juga lebih menarik, coz buka Feedly laksana buka daftar isi majalah, jadi ada cuplikan tulisan blognya dan ada cuplikan foto dari masing-masing blog.

GIMANA BIKIN FEED JADI MENARIK?
Sekali saya buka aplikasi feed, saya bisa dapet update-an sekitar 300 blog sekaligus. Wow, banyak banget ya? Apakah kita akan membuka feed satu per satu dan baca masing-masing blog secara berurutan. Hahaa..saya yakin ini cara membaca yang ngebosenin banget. Kita pasti pilih feed yang terdengar paling menarik untuk dibuka duluan kan? Bayangin kalau feed blog Anda ada di antara ratusan itu, gimana caranya blog Anda terpilih untuk terbaca duluan? Maka kuncinya, feed Anda harus menarik.

Feed itu ada yang versi full feed dan partial/summary feed. Enaknya kita setting feed kita yang mana? Nah, itu tergantung tujuan kita pasang feed.

Sebagai pemasang feed blog, maka kita mesti punya tujuan kenapa kita ingin pasang feed.
1) Tujuannya adalah supaya isi posting baru kita dibaca.
2) Tujuannya adalah supaya pemirsa berkomentar di posting kita.

Kalo tujuan kita adalah tujuan nomer 1), berarti yang cocok adalah Full Feed. Dengan Full Feed ini, feed akan tersaji di aplikasi memuat seluruh isi posting kita dari paragraf pertama sampek paragraf terakhir. Pendek kata, feed jenis ini adalah copy paste isi posting kita, paling cuman nggak ada komentarnya aja di feed. Untuk berkomentar, pemirsa kudu buka link di feed itu supaya terbawa ke halaman blog kita dan berkomentar seperti biasa di kolom komentar.

Summary Feed lebih cocok kalau tujuan kita adalah nomer 2). Pada setting summary feed, feed akan tersaji cuplikannya doang, mungkin sekitar 10 baris pertama dari posting kita. Untuk membaca isi postingan aslinya sampek selesai, pemirsa kudu buka link di feed itu alias dateng ke halaman blog kita.

ENAKNYA GIMANA BUAT KITA?
Buat pemirsa yang seret koneksi internet, membaca Full Feed lebih menyenangkan coz lebih sedikit halaman yang harus dibuka untuk bisa baca seluruh tulisan blogger langganannya. Tapi jeleknya, pemirsa nggak bisa liat ilustrasi foto dari posting blog itu, lay-out dari halaman blog, komentar-komentar pengunjung lain, pokoknya hal-hal yang kira-kira bisa memicu pemirsa untuk bikin komentar baru. Sehingga feed jenis ini sebetulnya malah mengurangi proses interaksi antara blogger-blogger itu sendiri.

Summary Feed mengakomodasi interaksi ini dengan baik. Pemirsa yang sudah kadung kepincut oleh isi feed, akan terpaksa membuka link-nya dan buka halaman blog aslinya. Maka ia akan melihat seluruh jerih payah blogger yang menulis feed-nya, membaca seluruh isi posting, tidak sengaja melirik komentar-komentar yang sudah nongol duluan, dan syukur-syukur tertarik bikin komentar baru. Interaksi pun terjadi, dan tujuan blog pun berhasil. Malah syukur-syukur pemirsa akan lihat promosi dari posting-posting lainnya sehingga tertarik untuk baca karya lain sang empunya blog.

Jeleknya Summary Feed apa? Ya nggak asyik kalau mau buka halaman baru, tiba-tiba koneksinya ngadat, hahahaa..

Oke, itu ocehan saya tentang cara milih model feed. Sekarang lihat lagi traffic blog kita. Yuk, kita pikir sekarang, apakah feed kita sudah cukup ideal buat naikin traffic?
http://laurentina.wordpress.com
http://georgetterox.blogspot.com












Tuesday, March 11, 2014

Suaka Buku di Surabaya

Kalau saya nggak lagi iseng liat orang jualan takoyaki di depan pagernya, saya mungkin nggak akan ngeh bahwa di balik tukang takoyaki itu ada perpustakaan.

Ini mungkin alternatif yang menarik buat orang yang kepingin baca buku tapi nggak mau sedia modal banyak-banyak. Ketika taman bacaan dirasa masih menarik sewa yang cukup tinggi dan suasana milih-milih buku diusik oleh background musik alay ke-Melayu-Melayu-an dari playlist komputer operatornya, maka pinjam buku ke perpustakaan ini mungkin cukup.

Stok buku yang disediainnya berkisar antara buku tentang ekonomi, manajemen, sejarah. Ya iyalah, lha pemilik perpustakaannya aja Bank Indonesia. Saya skip aja rak buku-buku yang buat saya terdengar rumit ini, jadi saya langsung pindah ke rak favorit saya sepanjang masa: rak buku Resep Masakan!

Okky Listiani, bukan pengunjung yang saya potret semena-mena.

Perpustakaan ini juga cukup homey buat para pecinta fiksi. Saya ketemu novel Gone with the Wind-nya Margaret Mitchell di sini, dan untuk pertama kalinya dalam seumur hidup saya baru ngeh kalau Gone with the Wind itu terbit sebanyak tiga edisi (saya baru baca edisi kedua, dan itu pun belom tamat). Nggak cuman buku lama lho, saya juga ketemu tetralogi Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata.

Semua buku dalam keadaan terawat dengan bagus. Buku bisa dibaca di tempat atau dibawa pulang. Ada ruang baca a la ruang belajar yang cukup tenang. Dan ada meja khusus naruh buku-buku yang udah diambil dari rak. Dan saya pun motretin halaman-halaman buku resep pasta salmon dengan liar.

Di perpustakaan ini juga ada hall untuk pertemuan diskusi dengan sound-system yang lumayan, dengan kapasitas ideal di matasaya sekitar 40 orang. Dengan fasilitas tempat parkir yang cukup buat mobil, kayaknya asyik nih buat menggelar acara jumpa pers, hahahaa..

Terus? Kenapa saya nggak daftar jadi anggota supaya saya boleh bawa pinjem bukunya ke rumah? Soalnya yang boleh jadi anggota perpustakaan di kawasan Taman Mayangkara ini adalah pegawai-pegawai Bank Indonesia atau pensiunnya, fufufufu..

Monday, March 10, 2014

Eutanasia Sudah Lama di Indonesia


Saya nggak tahu siapa yang pertama kali menemukan pipa bantu napas, tapi alat ini tidak hanya berhasil memperpanjang umur manusia, namun juga membawa banyak masalah untuk umat manusia.

Manusia perlu bernafas. Untuk bernafas itu manusia perlu tenggorokan. Persoalan nafas ini jadi repot kalau tenggorokan mampet sehingga oksigen nggak bisa ngalir. Misalnya infeksi yang bikin kuman numpuk di dalem tenggorokan sehingga jadi batu. Atau tulang leher patah dan serpihan tulangnya melintang di tengah tenggorokan. Intinya yang bikin tenggorokan mampet sehingga penderita nggak bisa nafas. Maka diciptakanlah pipa kecil dari plastik. Pipa ini akan dimasukin ke dalam tenggorokan, dan jadi saluran untuk ngalirin oksigen. Sehingga penderita bisa nafas melalui pipa ini meskipun tenggorokannya mampet.
Ketika penderita dapet oksigen, maka jantungnya akan bisa berdetak. Detak jantung inilah yang dipahami orang awam sebagai “umur” atau “nyawa”.

Persoalan jadi rumit ketika orang cuman memahami urusan nafas separuh-paruh. Karena fungsi oksigen sebetulnya bukan cuman bikin jantung berdetak, tapi yang lebih penting lagi harus bisa ngalir ke otak. Jika otak nggak dapet oksigen, maka otak itu mati. Padahal otak harus hidup, supaya penderita bisa gerakin kaki tangannya, supaya bisa senyum, supaya bisa kedip. Pernah lihat orang di rumah sakit yang tiduran terus, tapi matanya melek, dia nggak berespons tapi dia tetap bernafas? Dia sudah mati otak, tapi dia masih punya pipa bantu nafas. Yang seperti ini bisa hidup berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.

Sunday, March 9, 2014

Terlalu Bersemangat

Nggak sabar rasanya kepingin masak kembang kol. Pasalnya kembang kol itu bikin hati jadi gondok setengah mati soalnya beli di supermarket. Supermarket itu ya bikin kecele berat, soalnya dipajangnya di rak yang nggak ada harganya gitu, di sebelah sayuran bayam, tetanggaan sama terong. Tanya sama pramuniaganya sambil ngelambaiin terong berapaan, jawabnya goceng doang. Mau nanya kalo harga kembang kol ini berapa, tapi gengsi. Ntar dipikirnya sang pramuniaga, nih ibu cerewet banget sih, mosok sayuran cuman goceng aja masih juga ditanyain harganya berapa. Lantaran gengsi ya saya jejalin aja tuh kembang kol ke dalam keranjang belanja, terus saya bawa ke kasir. Tinggal bayar, selesai.

Pulang ke rumah, rada ngedumel dalam hati kok jumlah total yang ditagih sama kasir lebih gede ketimbang estimasi awal yah. Terus baca lagi bon belanjaannya dan langsung gondok berat. Ediyaan. Kembang kolnya 20k! Bukan goceng! Demiiit!

Saturday, March 8, 2014

Tivi Kabel


Gegara nonton tivi di rumah bokap, my hunk sekarang jadi keblinger kepingin pasang tivi kabel di kamar kami. Saya ngeliat dos-q sembari mengerutkan kening, lha lu-nggak-suka-nonton-tivi-kok-sekarang-jadi-kepingin-pasang-tivi-kabel? Kilahnya dos-q, soalnya dos-q seneng banget nonton BBC di tivi kabel rumah bokap saya, sedangkan selama ini kan dos-q kalo kepingin nonton Top Gear kudu download dari YouTube. Batinnya, kalo download kan kudu korban pulsa, ngabis-ngabisin space byte pula. Kalo nonton di tivi enak tinggal pencet remote doang.

Persoalannya kan tarif pasang tivi kabel buat saya masih kelewatan, apalagi kalo cuman dipake buat nonton Top Gear doang. Emang sih, saya seneng nonton Star World juga, tapi ya kayaknya harga segitu belom worth deh. Mending tuh duit dipake buat sewa kapal buat nyelam, hahahah.. Kalo abis nyelam kan bisa cerita-cerita ke orang, eh ini lho gw abis motret ikan ini, motret ikan itu. Lha nonton tivi kabel? Mau cerita apa ke orang lain? Mosok mau cerita eh-tadi-malem-gw-abis-nonton-mobil-mahal-ditabrak-tabrakin?

My hunk nggak keabisan akal. Minggu lalu dos-q kasih saya brosur sebuah provider tivi kabel. Katanya, dengan pasang tivi kabel itu, harga Rp 185k/bulan, bisa dapet siaran tivi bonus wifi di rumah. Kepala saya langsung beritung bak kalkulator, harga minum kopi di kafe donat dikaliin frekuensi pergi keluar rumah cuman demi cari koneksi gratis. Hasilnya nggak sampek Rp 185k. Tetot. Promosi my hunk gagal.

Dua hari lalu, setan tivi kabel itu datang menggoda lagi. Pas lagi pameran di sebuah mal di Gubeng, seorang sales ngerayu saya buat langganan provider tivi kabel dengan harga dibanderol Rp 89k/bulan, bisa dapet semua channel yang dia tunjuk.

“Channelnya apa aja, Mas?” tanya sang emak-emak matre.
Sang sales dengan bersemangat langsung nunjukin sebuah daftar. Sang emak-emak matre langsung ngabsen, “BBC ada nggak?”
“Oh, ada, Bu!” jawab sang sales antusias. “Ini kalo channel Bloomberg juga ada, Bu!”
Sang emak-emak pun ke-ge-er-an lantaran disangka emak-emak penggemar berita saham.

Tapi satu detik kemudian sang emak langsung menjatuhkan pamornya sendiri. “Ngg..kalo HBO?”
“Wah, itu harus nambah lagi, Bu..”
Sang emak mengerutkan kening. “Nambah? Berapa?”
“Ini,” sang sales nunjukin kolom di pojok brosur. “Kalo nambah Rp 99k, bisa dapet HBO, Fox Premium.. Soalnya kan stasiun-stasiun ini filmnya baru-baru, Bu..”

Maka sang emak matre pun ngacir dengan penuh kekecewaan.
Film baru-baru, katamu? Sepanjang tahun lalu aja gw cuman nonton Now You See Me..

Mengapa? Mengapa siaran tivi lokal di rumah begitu jelek-jelek?  Kita kan kepingin nonton siaran yang normal. Nonton Brad Pitt kejar-kejaran sama Catherine Zeta Jones, nonton mobil mahal ditabrak-tabrakin, nonton wartawan NatGeo ngincipin moussaka di jalanan Syria, nonton kompetisi model sembari dielem-elem sama Tyra Banks. Bukan cuman nonton siaran joget-joget nggak jelas..

Friday, March 7, 2014

Penggemar Dadakan


Temen saya lagi kecanduan politikus Hary Tanoe. Tahu kan, pengusaha pers yang lagi digadang buat jadi wapres itu. Nah, temen saya itu bolak-balik nge-tweet soal dos-q secara masif selama beberapa jam kemaren sore.

Semula saya ngira dos-q lagi “jatuh cinta” sama politikus anyar itu. Menjelang musim Pemilu gini kita memang sering denger nama-nama baru untuk jadi calon RI-1 dan RI-2, jadi ya kayaknya wajar kalau temen saya ini lagi punya tokoh idola anyar.

Tapi pas malem (saya ini selo banget ya kok mantengin timeline terus-menerus), kesukaannya ganti lagi. Dos-q bolak-balik ngoceh kalau personelnya Coboy Junior baru nyium personelnya JKT48. Isu gak penting apa pula ini?

Wednesday, March 5, 2014

Mindset Ketinggian

Ada seseorang kepingin jalan-jalan ke luar negeri. Kalau ditanya kepinginnya pergi ke mana, dia sendiri nggak tau. Bilangnya pokoknya kepingin jalan-jalan ke tempat di mana orangnya ngomong Inggris.

Dia nabung bertahun-tahun dan akhirnya celengan semarnya berhasil dia pecahkan setelah terasa berat. Setelah diitung-itung, ternyata duit tabungannya cukup untuk pergi ke..Singapur.

Tak apa. Singapur toh juga luar negeri kan? Dan di sana penduduknya bisa ngomong Inggris.

Tiba di Singapur dia bingung mau ke mana. Ke Universal Studio nggak asyik soalnya itu tempatnya buat anak-anak sedangkan dia sudah manula. Liat-liat Santosa juga bosen soalnya setelah dipikir-pikir di Ancol juga ada yang begituan. Akhirnya dia pergi ke Orchard Road. Karena di sana banyak barang-barang mahal. Lumayan buat oleh-oleh anak cucu di rumah. Ya begitulah.

Pulang ke Indonesia, anaknya manggut-manggut dikasih kaos bertuliskan I Love Singapore. Tapi ketika cucunya menerima cokelat yang dioleh-olehkannya, sang cucu berseloroh spontan, "Eh, cokelat itu kan dijual di Cibarengkok Galaxy Paragon Mall!"

Sunday, March 2, 2014

Kutukan Ibu Rumah Tangga

Untuk orang yang nggak ngerti, saya nampak lumayan boros pada hal-hal tertentu. Maksudnya saya rela bayar mahal buat spa. Rela merogoh saku dalem-dalem buat beli minyak wangi. Lebih seneng makan bikinan chef hotel ketimbang makan di restoran franchise.

Kedengerannya boros, padahal buat saya sih enggak. Karena orientasi saya ialah saya senang belajar. Saya nggak merasa harus cerita kepada siapa-siapa bahwa saya nggak pernah pesen paket spa yang sama di salon yang sama. Saya ganti merk minyak wangi dan kalau pun saya masih pake merk itu, saya pasti ganti varian. Dan alasan saya seneng ma'em di hotel, adalah karena saya mau bedakan menu hotel yang satu dengan menu yang lain. Setiap yang saya lakukan adalah ritual menambah wawasan. Bahwa hobi nambah wawasan ini lumayan menyita banyak uang, yah, itu urusan lain.