Tuesday, May 27, 2014

Dituduh Korup

Saban kali saya lewat bank itu, saya selalu mengelus-ngelus dada. Coz saya inget suaminya kerabat saya kerja di sana. Entah kenapa saya selalu seneng image bankir. Penampakannya rapi, kantor kerjanya sejuk ber-AC, sistem kerjanya efisien. Dan yang paling penting, nggak dimarahin keluarganya pasien cuman gegara pasiennya ternyata meninggal dan dituduh penyebab meninggalnya karena dirawat di kelas tiga.

Pagi ini saya baca koran dan terkejut mengenali muka seseorang yang saya kenal di koran. Lho, ini kan suaminya kerabat saya yang kerja di bank itu? Di koran itu ditulis bahwa si Mas itu baru dibebaskan oleh Tipikor dari perkara korupsi. Ya Allah..saya mau nangis..

Jadi ceritanya, si Mas itu kerja di bank. Suatu hari, ada orang dari perusahaan entah apa, dateng ke bank itu ngajuin permohonan pinjaman uang. Si Mas dipanggil bossnya, bersama tiga orang koleganya, disuruh oleh bossnya itu untuk tanda tangan kertas-kertas ini itu. Surat-suratnya udah komplit, pokoke tinggal tanda tangan aja. Si Mas, pekerja muda yang baru berumur sekitar 30-an, nurut aja tanda tangan. Maka duit dari bank itu pun mengalir ke perusahaan itu.

Belakangan, entah kapan, ketahuan kalau perusahaannya abal-abal. Direkturnya juga abal-abal. Alhasil, kreditnya pun diputusin fiktif. Padahal duit sudah kadung ngalir. Si nasabah kredit yang direktur itu abal-abal pun ditangkep polisi. Edannya, empat orang pegawai bank yang nanda tangan persetujuan kredit fiktif itu juga ikutan diseret ke pengadilan tipikor. Termasuk si Mas.. :(

Monday, May 26, 2014

Warna Kencingmu, Penanda Hidupmu

Barusan saya pipis, dan saya langsung mengucap syukur. Warnanya jernih, Sodara-sodara!

Soalnya biasanya kuning. Kadang-kadang malah kecokelatan. Bikin saya resah bin gelisah. Eh eh, ini bukan ngomong jorok lho ya..

Semenjak saya mulai getol belajar asuransi, saya malah jadi makin parno sama kesehatan. Faktanya, orang paling sering jatuh miskin di dunia ini karena harus dirawat di rumah sakit. Sebagai dokter, tentu saja saya tahu apa penyebab orang paling sering masuk rumah sakit: 1) sakit jantung, 2) sakit stroke, 3) gak bisa nafas karena kebanyakan merokok, 4) patah tulang, 5) harus cuci darah.

Kalau kemungkinan sakit jantung kayaknya sih kecil buat saya, mengingat saya nggak gemuk. Saya bukan pemarah, saya orangnya cuek-cuek ajah, jadi kayaknya susah kena darah tinggi sampek jadi stroke. Saya nggak ngerokok. Saya nggak pernah naik motor, nggak pernah panjat tebing, nggak pernah naik-naik atap, jadi kayaknya sulit untuk bikin saya jadi korban kecelakaan lalu lintas. Tapi cuci darah?

Saturday, May 24, 2014

Profile Picture Paksaan

Pagi-pagi sudah ketawa baca curhatan seorang teman.

Jadi gini, teman saya sudah mikir bahwa pada bulan Juli nanti dos-q nggak akan pilih capres X.

Persoalannya, dos-q ini kerja di sebuah perusahaan. Dan big boss-nya itu suruh semua anakbuahnya pasang gambar capres X di display picture BBM masing-masing. Teman saya meradang soalnya kalau dos-q pasang gambarnya capres X, itu nggak sesuai dengan hati nurani dos-q. Tapi kalau dos-q nggak pasang, dos-q takut dipecat.. =))

Lha apa pasalnya kok big boss-nya suruh semua anakbuahnya bikin kampanye psikologis atas capres X? Soalnya, si big boss adalah ketua tim sukses capres X. Bukan tim sukses simpatisan lho ya, ini tim sukses wilayah propinsi lho.. :p

Friday, May 23, 2014

Ketika ONH Plus lebih Murah daripada Naik Haji Reguler

Hari Jumat ini adalah hari ketika populasi pengunjung mesjid mendadak naik pesat. Tapi pagi ini saya dikejutkan berita bahwa pejabat tinggi Kementerian Agama ditetapkan oleh KomisiPemberantasan Korupsi sebagai koruptor haji.

Diskusi di forum social media pun ramai. Logika simpelnya, haji adalah ibadah. Untuk beribadah yang satu ini, perlu biaya dan ijin dari Pemerintah Arab Saudi untuk bisa masuk ke negara mereka pada tanggal 10 Dzulhijjah itu. Kalau biaya sudah dikeluarkan untuk mendapatkan ijin, kenapa juga biaya ini masih harus dirampok oleh birokrat yang padahal bertugas melindungi orang yang kepingin naik haji? Dosa apa yang lebih kejam dari itu?

Jenuh ngomongin korupsi yang kayaknya susah diberantas selama pemimpin negaranya masih seneng bagi-bagi jabatan ini, diskusi forum pun jadi menyeret ke topik baru, “Apakah kalau kita kepingin naik haji harus melibatkan Kementerian Agama yang potensial mengorupsi duit kita?”

Wednesday, May 14, 2014

Kuman TB yang Kebal

Kumannya TB itu kuman yang istimewa. Kuman yang bernama Mycobacterium tuberculosis ini senang dengan tempat yang banyak oksigennya alias paru-paru dan tidak bisa mati dengan antibiotik pasaran yang sering dijual bebas di warung-warung obat. Dia berkembang biak pesat, dan anak-anak kuman itu mengikis sel-sel badan penderitanya sampai habis. Mereka yang menderita TB, biasanya meninggal karena TB milier (jenis TB di mana TB sampai memenuhi seluruh paru karena saking banyaknya) atau meningitis TB (jenis TB yang sudah menyebar ke selaput otak).

Monday, May 12, 2014

Fans Makanan Gerobak

Nasi goreng adalah jenis makanan andalan orang yang nggak bisa masak. Karena bikinnya gampang, cukup nasi putih dingin digoreng dengan sedikit minyak dicampur tumisan bumbu. Tinggal tambahin bahan-bahan pelengkap sesuai selera (atau sesuai stok yang ada di dapur) seperti telur, ketimun, potongan daging, dan sebagainya.

Begitulah filosofi saya ketika awal-awal menikah. Kayaknya ada tiap minggu saya bikinin my hunk nasi goreng.

Tapi anehnya, kadang-kadang ada saatnya dos-q ngomong, "Aku kepingin nasi goreng."
Lalu saya akan bilang, "Oke, besok aku bikinin."
Dan dia ngomong, "Ngg..aku kepingin nasi goreng bikinan tukang gerobak."
Dan saya langsung melempar tatapan sebal.

Lalu saya mengadu ke nyokap. Tentang suami yang lebih kepingin nasi goreng bikinan tukang gerobak ketimbang nasi goreng saya. Saya merasa gagal sebagai istri.

Apa coba jawaban nyokap saya? "Ky, tukang-tukang yang di gerobak itu, kalo masak nasi goreng, pake vetsin."

"Apa?!" Saya terperanjat.
"Hmh. Kalo nggak percaya, liat aja sendiri," tantang nyokap saya.

Tentu saja saya nggak mungkin memata-matai tukang gerobak nasi goreng dan meneropong bumbu apa aja yang mereka pakai. Bisa-bisa malah saya yang digoreng.

Tapi keinginan membuat suami orgasme dengan nasi goreng terus-terusan menghantui saya.

Sampek suatu hari, saya bikin nasi goreng lagi. Diam-diam, saya ambil vetsin dari lemari mertua, terus saya bubuhin seuprit aja ke nasi gorengnya.

Di meja makan..
"Apa yang kurang?" tanya saya.
"Mmh..enak! Enak! Enak!" kata my hunk dengan mulut penuh makanan.
Saya merengut membayangkan ginjal yang rusak 20 tahun lagi kalau saya terus-terusan masak pake vetsin. Bisa-bisa mimpi kami menghabiskan pensiun dengan keliling dunia batal karena duitnya habis buat hemodialisis.

Semenjak itu saya nggak minder lagi kalau my hunk bilang kepingin nasi goreng bikinan tukang gerobak. Saya mengkotbahinya tentang zat penipu bernama monosodium glutamat dan kroni-kroninya, dan lama-lama dos-q ngerti. Saya juga berusaha terus memperbaiki rasa masakan saya supaya bisa terasa enak kayak masakannya tukang-tukang gerobak tanpa harus tergantung sama vetsin.

Kadang-kadang suami saya sekarang masih kepingin pentol (bakso) bikinan tukang-tukang gerobak. Saya kasih ijin asal nggak sering-sering. Setahun sekali udah cukuplah. Hahahah!
http://laurentina.wordpress.com
http://georgetterox.blogspot.com

Sunday, May 11, 2014

Es Krim Gratis Pun Bubar

Sedianya hari ini mestinya saya ngikut pembagian es krim gratis yang dihelat oleh Wall’s di Taman Bungkul, Surabaya. Tapi pagi ini saya malah nyantol di taman dekat rumah mertua, niat awal mau jogging tapi malah berakhir dengan berburu motret burung hantu.

Semenjak kemaren my hunk dapet gosip dari temen-temennya bahwa Wall’s mau bagi-bagi es krim gratis hari ini pada car free day di Taman Bungkul. Nggak cuman di Surabaya, tapi di delapan kota lainnya di Indonesia (salah satunya di Bandung, lainnya nggak tahu di kota mana aja). Saya berencana ke sana sih.

Saturday, May 10, 2014

Bola Minta Dijemput

Weekend ini ada pameran pariwisata di sebuah mall di Gubeng, Surabaya. Saya dateng ke sana dan acaranya menarik. Ada banyak pebisnis yang bikin stand di sana, terutama perusahaan travelling, adventuring, periklanan, dan lain-lain.

Saya seneng dateng ke pameran, coz biasanya di pameran selalu ada banyak pengetahuan baru yang nggak saya dapetin dari majalah atau tivi. Meskipun saya nggak niat belanja di pameran, tapi ngobrol dengan para pengusaha itu selalu bikin wawasan saya nambah. Minimal saya tahu pasaran harga wajar suatu produk sehingga saya nggak gampang jadi korban iklan.

Tapi kali ini saya bukan mau cerita soal produk baru. Saya mau cerita tentang gairah promosi pelaku pameran.

Saya tawaf keliling area convention hall yang gede itu. Tiap lewat suatu stand, pasti ada yang teriak promosi, "Silakan, Kak! Mau coba rafting?/Boleh lihat-lihat batiknya?/Tiketnya lagi murah, Kak!" Kadang-kadang saya nggak noleh kalau dipanggil-panggil Kakak itu, soalnya saya tahu mereka bukan adek saya.. :p

Friday, May 9, 2014

Aku Pernah Di-Bully Guruku

Karena sekarang lagi musim berita pelecehan anak, saya juga mau ikut-ikutan cerita.

Saya bersekolah di sebuah SD negeri yang letaknya di depan kantor balai kota Bandung. Nyokap pilih nyekolahin saya di sana karena reputasinya bagus di kalangan tetangga.

Salah satu memori kelam yang sampek sekarang masih saya inget adalah guru agamanya. Saya nggak tahu sebenernya berapa jumlah guru agama yang ngajar di sana, tetapi guru agama yang ngajarin saya dari kelas satu sampek kelas enam ya orangnya itu-itu aja. Adek saya juga sekolah di sana, dan pelajaran agama di kelasnya diajar oleh orang yang sama.

Saya menanggung beban berat selama SD karena selama SD itu saya selalu mondar-mandir di lingkaran tiga besar ranking. Jaman itu adalah jaman jahanam di mana gengsi seorang murid ditentukan dari ranking-nya, dan itu sangat merepotkan murid bersangkutan coz begitu dos-q terhempas dari ranking langganannya maka dos-q akan jadi bulan-bulanan. Ya bulan-bulanan gurunya, orangtuanya, bahkan teman sekelasnya sendiri. It is menjijikkan.

Thursday, May 8, 2014

"Move-On"-kan Kaum Miskin dengan Zakat

Menolong orang dhuafa untuk membuat mereka menjadi orang yang mampu sebenarnya mudah dilakukan. Cara populer saat ini masih berupa memberi bantuan materi terutama berupa uang. Cara ini mungkin efektif untuk sesaat, tetapi tidak efisien untuk jangka panjang. Karena materi akan cepat habis dalam tempo waktu sebentar, sehingga setelah materi itu habis, maka orang miskin yang telah mampu sesaat pun akan menjadi miskin kembali.

Sebetulnya ada cara yang efisien, yaitu dengan memberi kesempatan untuk orang miskin agar bisa berwirausaha. Jika seseorang mampu menjadi wirausaha, ia tidak akan bergantung kepada orang lain untuk memberinya pekerjaan. Ia akan bisa memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa harus bergantung kepada bantuan materi dari orang lain. Pendek kata, ia menjadi berdaya.

Bagaimana ia bisa mendapatkan kesempatan untuk berwirausaha itu? Dalam agama Islam, sumber daya untuk menciptakan kesempatan itu adalah zakat. Zakat yang didesain oleh Tuhan untuk diberikan kepada kaum fakir dan kaum miskin, bisa disampaikan dalam bentuk pinjaman modal untuk berwirausaha. Tentu saja mustahik zakat yang menerima pinjaman modal tersebut diharuskan membayar kembali pinjaman tersebut dalam jangka kurun waktu tertentu. Sebaiknya pengembalian pinjaman ini tidak disertai bunga, karena bunga tentu tidak sesuai dengan ajaran Islam. Bila penerima pinjaman ini mangkir dari kewajiban mengembalikan modal, maka perlu dikaji ulang apakah ketidakmampuannya mengembalikan modal itu karena murni ketidakberdayaan atau kemalasan untuk berusaha.

Wednesday, May 7, 2014

Mindset Mantan

Pernikahan Anda tinggal beberapa minggu lagi, lalu datanglah godaan super nista itu. Sebuah e-mail dateng ke inbox, jelas sekali sumbernya berasal dari alamat si dos-q. Isinya cuman satu baris. "I still love you. And I'm sorry."

Eh, itu dua baris, ding.

Apa yang seharusnya Anda lakukan?

Sunday, May 4, 2014

Rumah di Dekat Mall

Sewaktu kecil saya pernah kepingin tinggal di dekat mall. Ini terprovokasi gegara main ke rumah teman yang tinggal di Jalan Merdeka, Bandung, dan rumahnya persis di seberang Bandung Indah Plaza. BIP adalah mall yang paling keren waktu itu di Bandung (itu tahun 1997, kalian nggak usah nuduh saya jadul, hahaha!).

Saya adalah tipikal anak kota yang mindset rekreasi andalannya adalah ke mall, jadi waktu itu saya kirain tinggal di dekat mall itu keren. Sebagai tolok ukur, pada masa itu, kalau saya pingin ke mall, saya kudu naik mobil sejauh 20 menit dari rumah.

Saya akhirnya menikah dan tinggal di rumah mertua sekarang. Rumah mertua saya ternyata di belakang sebuah mall yang cukup keren di Surabaya. Semenjak saya tinggal di sini, kalau mau main ke mall itu cukup jalan kaki aja 10 menit.

Apa saya bahagia tinggal di dekat mall? Ternyata enggak.

Friday, May 2, 2014

Bahagianya Lulus TB

Pak Amat beringsut jalan ke meja saya ketika suster memanggil namanya. Tubuhnya masih kurus, tapi saya melirik ke kartu rekam medisnya dan nemu bahwa berat badannya sudah naik tujuh kilo dari enam bulan yang lalu. Saya menyeringai dan mengucapkan kalimat andalan saya yang sering saya ucapkan kepada semua pasien langganan, "Selamat siang, Pak Amat, Bapak segar sekali hari ini."

Dia nampak sumringah. "Selamat siang, Bu Dokter," dia menyodorkan kedua tangannya sembari membungkuk.

Ia duduk di depan saya dan menyodorkan amplop besar, bagaikan orang mau mengantar sesembahan. "Ini saya bawa foto Rontgen yang Bu Dokter minta dua hari yang lalu."

"Oh iya, betul, betul," saya mengangguk dan membuka amplopnya. Amplop itu berisi tiga lembar foto Rontgen dada.

Pak Amat, sebetulnya bukan nama sebenarnya, adalah pasien langganan di klinik paru itu. Enam bulan sebelumnya dia datang dengan badan kurus kering, nampak kecapekan karena batuk-batuk terus, dengan surat pengantar dari dokter Puskesmas yang bilang bahwa orang ini sakit TB. Kami memotret dadanya di lab Rontgen, lalu memintanya minum obat TB standar yang kami berikan dan mewanti-wantinya untuk segera ke klinik kami lagi begitu obatnya habis. Setelah minum obat selama dua bulan, kami memotret dadanya kembali dan menemukan parunya sudah mulai membaik. Kami menyuruhnya melanjutkan obatnya dan bulan ini, tepat enam bulan ia minum obat, kami memintanya untuk foto Rontgen lagi dan melihat parunya.

Saya memasang ketiga foto itu di lampu besar dan mengajaknya ngobrol. "Masih batuk, Pak?"

"Sudah nggak batuk, Bu Dokter," Pak Amat berseri-seri.

"Badannya masih sering panas kalau malem-malem, Pak?"

"Wah, saya sudah lama nggak panas lagi, Bu Dokter," kilahnya.

Saya melihat ketiga foto itu dan menyeringai. "Ya, saya kira juga begitu."

Saya mencabut ketiga foto itu dari lampu dan mengembalikan foto itu kepada Pak Amat. "Yah, Pak Amat, saya rasa Pak Amat sudah sembuh dari TB."