Saturday, December 20, 2014

Pengantennya Flat

Pada suatu hari saya melihat foto seorang teman pakai baju putih-putih di blognya. Saya kirain dos-q lagi prewed. Belakangan saya tahu kalau ternyata itu bukan prewed, melainkan dos-q sedang menikah. Saya terkejut. Mengapa mukanya pada waktu lagi menikah nampak sama seperti kesehariannya?

Karena teman saya cukup narsis, dos-q juga upload foto-foto behind-the-stage pernikahannya. Mulai dari foto dos-q lagi didandanin step-by-step, foto dos-q lagi godain groom-nya bareng pengiring-pengiringnya, foto cincin yang ditaruh di boneka-bonekaannya, dan lain-lain yang kira-kira nggak terekspos tamu yang hadir di situ. Saya pun dapet kesan bahwa teman saya telah mengatur pernikahannya dengan konsep yang strukturnya terencana baik, dan telah menggunakan wedding organizer yang profesional. Tapi saya tetap merasa sayang pada make up artist yang dos-q pakai.

Tuesday, December 16, 2014

Kontrol Suara

Sewaktu saya nulis ini, saya lagi di dalam sebuah kereta api dari Surabaya menuju Bandung. Isi gerbong cuman tinggal separuhnya, coz separuh gerbong sudah turun di Jogja. Saya melihat keluar jendela dan kereta sudah sampai di sebuah stasiun kecil di daerah bernama Cipeundeuy. Kalau Anda nggak tahu di mana Cipeundeuy, itu berada di antara Tasik dan Bandung.

Di tengah-tengahnya menikmati perjalanan kereta, saya dengar penumpang lain di gerbong ini terima telepon di HP-nya. Suara bicaranya keras banget. Nada suaranya masih terdengar sabar, tapi saya menduga dos-q sedang dimarahi orang di HP-nya ini. Saya rasa dos-q pengusaha kayu. Ada masalah dengan seorang konsumen mengenai pengiriman kayu yang tidak dikehendaki konsumennya. Dan nampaknya kejadian ini karena salah paham, melibatkan seseorang bernama Tohir atau kurir atau supir atau apalah. Dan saya tercengang sendiri kenapa saya begitu kepo ngupingin pembicaraan nggak enak ini.

Nguping? Ih, siapa juga yang nguping? Ngomongnya si bapak ini lebih keras daripada burung kakatua piaraan Grandma saya.

Saturday, December 13, 2014

Sudah Natal Duluan

Natal masih 12 hari lagi, tapi saya udah dapet hadiahnya duluan.

My hunk kepingin stapler. Tahu stapler kan ya? Stapler itu jepretan. Spesifiknya dos-q kepingin jepretan yang ukurannya gede, sedangkan di rumah kami adanya jepretan yang kecil-kecil. Minggu lalu kami ke Gr*m*dia, nemu jepretan yang gede, tapi my hunk nggak suka harganya. Jadi tadi pagi dos-q ngajakin saya ke Togamas beli jepretan besar. Biasanya harga-harga stationery di Togamas lebih murah.

"Mmmh..oke. Kebetulan aku juga lagi kepingin beli Ryan Filbert," jawab saya. Akhir-akhir ini saya baru denger Ryan Filbert baru ngerilis buku lagi. (Oh ya, saya sudah punya buku-bukunya Ryan di rumah dan saya sudah baca ulang buku-buku itu masing-masing berkali-kali dalam setahun ini.)

"Tuuh kan, kamu beli buku lagi," keluh my hunk.
Hihihi..saya memang doyan beli buku. Saya bahkan lebih seneng beli buku daripada beli baju.

"Lho, kenapa?" tanya saya heran.

My hunk membenamkan mukanya di perut saya, tempat anak saya lagi ngumpet. "Mama mau beli buku lagi tuh," gumamnya, kayak dos-q lagi mengadu ke janin berumur tiga bulan. "Kalau Mama beli buku terus, lama-lama Mama jadi pinter. Kalau Mama pinter, kan Papa jadi bego.."

(Janin) saya ketawa terbahak-bahak.

Friday, December 12, 2014

Hujan Basa-basi Busuk

Foto oleh Eddy Fahmi
Selamat datang, musim hujan. Begitu senang lihat hujan sungguhan supaya kita punya bahan pembicaraan.

Seorang kolega curhat ke saya. Beberapa hari yang lalu, dos-q entah bagaimana harus satu perjalanan berdua dengan kolega lain. Si partner perjalanan ini nggak akrab-akrab banget sama dos-q, bahkan tahu nama lengkap satu sama lain pun enggak. Tetapi mereka harus jalan bareng ke suatu tempat untuk kepentingan pekerjaan.

“How is he?” tanya saya. Maksudnya saya pingin tahu apakah dos-q menyenangkan, atau badannya bau, atau apalah.

“Oh, dia sangat pendiam,” jawab kolega saya dengan perasaan penuh tersiksa.

Saya ketawa. Kolega saya orangnya sangat periang. Tapi seseorang yang periang kadang-kadang bisa merasa tersiksa banget kalau harus jalan bareng orang yang sangat pendiam.

“Kalian ngobrolin apa? Eh, sori, maksud aku, kamu ngomong apa sama dia?” tanya saya mengejek.

“Mmmh..” kolega saya berusaha mengingat-ingat dengan susah-payah. “Saya nanya, ‘kemaren ujan ya?’”

Tawa saya meledak keras.

Thursday, December 11, 2014

Ibu Hamil Perlu Beli Apa?

Menjelang Natal gini, undangan pesta makin bejibun aja. Ya undangan pernikahan, undangan ulang tahun pernikahan, undangan launching restoran, macem-macem lah. (Sebetulnya nggak ada hubungannya sama menjelang Natal, tapi biarin ah..maksa :p) Saya yang bingung, soalnya dalam keadaan hamil gini, kayaknya nggak cuman perut yang makin besar, tapi sepertinya seluruh badan saya makin besar. Bahkan saya merasa kuku saya juga makin besar. Bulan lalu saya udah dapet masalah besar coz kebaya seragam pernikahan sepupunya my hunk nyaris nggak muat di saya, gegara lengan saya yang kegedean buat masuk seragamnya (dan seragam itu sudah di-fitting dulu di saya sebelum dijahit, dan sialnya fitting-nya terjadi sebelum saya divonis hamil :p).

Urusan pesta-pestaan gini rada krusial coz saya bukan tipe orang yang suka pakai baju seenak udelnya sendiri kalau pergi ke pesta. Gaun-gaun pesta saya itu banyak banget di lemari. Tapi dasar saya yang demen pake bajunya yang ngepas di badan, jadi begitu saya hamil, langsung gaun-gaun sebanyak itu mulai nggak cukup (panik!). Gaun yang saya pakai di foto ini masih lumayan, setidaknya saya masih bisa napas, mungkin karena potongan gaunnya yang nggak terlalu ngepas. Gaun lainnya, sackdress yang mesti harus pake bantuan my hunk buat ngancingin ritsletingnya, terpaksa cuti dulu di lemari coz gaun itu sekarang nggak bisa diritsleting.

Wednesday, December 10, 2014

Kapan adalah Pertanyaan yang Tidak Sopan

Dari dulu saya selalu penasaran dengan arti kata “sopan”. Orang-orang jaman dulu yang tua-tua selalu bilang sopan itu artinya sesuai tata krama. Saya kirain tata krama itu hanya kosa kata yang ada di benua Asia Timur, coz sepanjang pengetahuan saya cuman benua ini yang ribut masalah tata krama.

Sampai kemudian di sebuah sekolah, enam bulan yang lalu, saya belajar apa itu sebenarnya tata krama. Tata krama bukan sekedar membungkuk kalau lewat di depan orang yang umurnya lebih tua atau cowok bukain pintu supaya cewek bisa lewat duluan. Tetapi tata krama, atau dalam bahasa Inggrisnya adalah social grace, punya inti tujuan akhir yaitu menyenangkan orang lain. Tata krama tidak cuman berlaku jika berkelakuan di hadapan yang lebih tua, di hadapan lawan jenis, tapi bahkan juga berlaku jika berkelakuan di depan yang lebih muda. Iya, bahkan kita harus sopan kepada anak-anak.

Tuesday, December 9, 2014

Puasa Seafood Dulu

Sebetulnya, waktu kuliah dulu, saya didoktrinasi bahwa ikan mengandung zat-zat gizi terutama omega tiga yang berguna banget buat pertumbuhan otak pada janin. Makanya ibu hamil sangat dianjurkan makan ikan supaya anak-anaknya pintar.

Laut kita yang baru ngelelepin kapalnya Vietnam-maling-ikan-Indonesia ini dipenuhin ikan-ikan yang tentu saja banyak gizinya buat kita-kita. Kesempatan emas buat para ibu hamil, termasuk saya, untuk makan ikan yang beragam.
Tetapi, saya juga baca bahwa laut kita ini juga penuh dengan polusi dari kapal-kapal pertambangan. Polutan itu antara lain timbal, air raksa, dan barang-barang lainnya yang menyebalkan. Timbal dan air raksa ini, kalau sampai dikonsumsi ikan-ikan di laut, lalu ikan-ikannya dikonsumsi manusia, maka timbal dan air raksanya pindah ke perut manusia. Coba bayangkan kalau manusia yang makan ikan itu sedang hamil.

Friday, December 5, 2014

Motret Malem-malem? Kenapa Tidak?

Salah satu keluhan yang paling sering diomongin kalau motret pas lagi hang out malem-malem adalah: Fotonya seringkali nggak tajem. Nggak peduli jenis kameranya, mau kamera handphone kek, kamera saku kek, atau kamera DSLR sekalian yang mirip tumbler itu pun, tetap aja butuh keahlian ekstra untuk berperang melawan cahaya yang minim. Hasil jepretan seringkali nggak fokus, karena lensa seolah bersusah-payah menangkap semua cahaya yang pada dasarnya memang sudah minim demi bisa mengekspos segala objek yang sebenarnya ciamik di malam hari. Dan tragisnya, ketika minimnya cahaya dikambinghitamkan sebagai alasan susahnya motret malem-malem, bahkan ketika kita memaksakan diri foto-fotoan di daerah yang banyak lampunya pun, hasil jepretan pun jadi ngeblur karena terlalu banyak cahaya. Aaah..frustasi!

Efeknya adalah buat kita yang seneng selfie. Bayangin, udah dandan cakep-cakep demi siap-siap selfie (atau wefie kalau bareng-bareng) pas hang out, percuma aja kalau perginya malem-malem karena hasil potretan pun nggak akan fokus-fokus amat. Saya malah punya tip personal: Kalau mau hang out dan udah niatnya mau selfie di TKP dengan dandanan yang extra effort, mending perginya pas siang hari sekalian. Karena di siang hari bermandikan cahaya matahari, pasti hasil jepretannya lebih fokus!