Sunday, September 22, 2013

Penganten Sempoyongan, Ikan Pun Beterbangan

Sepasang penganten berkostum Jawa naik dan saat itulah seluruh penonton bertepuk tangan meriah. Pasangan itu ke atas lagi namun mereka berdua mulai sempoyongan. Dalam waktu beberapa detik saja mereka tak sanggup menahan berat badannya sendiri dan jatuh ke muka bumi. Seluruh penonton melenguh kecewa..

Tukang sate. -Fahmi
Beberapa saat kemudian, seorang laki-laki muncul sambil memanggul angkringan sate di kedua bahunya. Penonton yang sudah kecewa dengan penganten ambruk tadi, langsung bersorak-sorai seolah menemukan atraksi penggantinya. Tapi si tukang sate nampaknya keberatan sate, ia pun oleng dan jatuh terhempas ke tanah.

Kodok. -Vicky
Jauh beberapa puluh meter di hadapannya, seekor kodok sepanjang hampir sekitar 15 meter masih bergerak-gerak anggun dengan tangan menggapai-gapai seolah berenang. Namun ia tidak berenang di air, ia berenang di udara..


Anjing laut dan paus. -Fahmi
Figures. -Fahmi
Penganten Jawa, tukang sate, dan kodok tadi, adalah bentuk figur layang-layang yang menghiasi langit biru di sebuah festival layang-layang siang ini di Kenjeran Park, Surabaya. Festival yang konon digelar untuk ke-16 kalinya ini, memajang layang-layang dalam beragam bentuk unik dari kota-kota di Indonesia. Ada bentuk dua dimensi semacam reog dan wajah Bob Marley, dan ada juga bentuk-bentuk tiga dimensi seperti burung, naga, dan figur yang paling banyak ditiru adalah ikan. Praktis langit di atas lapangan Kenjeran Park itu jadi penuh dengan gambaran ikan-ikan terbang di udara.

Festival layang-layang. -Vicky
Perlombaan yang menyedot perhatian kalangan fotografer di Surabaya ini ternyata betul-betul menantang kamera. Orang-orang tumpek blek di sana, berebut ingin memotret layang-layang lucu itu. Fotografer-fotografer maniak bertaburan di pinggir lapangan sembari menguji ketangguhan zoom DLSR masing-masing. Sementara penonton-penonton amatiran penggila Instagram macam saya yang cuman bermodalkan kamera HP terpaksa bergerilya di tengah lapangan demi bisa motret dari jarak dekat. Panitia berteriak-teriak dari corong mikrofon memperingatkan penonton supaya tidak masuk lapangan terlalu jauh. Mereka takut bila mendadak ada angin kencang, benang layang-layang raksasa yang sangat berat itu akan menyabet tubuh penonton.

Berusaha keras mempertahankan layang-layang di udara. -Fahmi
Lomba ini seolah mengajari penonton bahwa meskipun kelihatannya sepele, membuat layang-layang untuk dilombakan, sebenarnya tidak gampang. Layang-layang yang kecil jelas kalah heboh dibandingkan layang-layang yang sebesar anak paus. Layang-layang hendaknya dibikin dengan warna segonjreng mungkin, karena layang-layang dengan warna putih, biru, apalagi abu-abu, tidak akan kelihatan menarik difoto biarpun terbangnya setinggi burung sungguhan. Layang-layang juga tidak boleh keberatan bahan karena akan sulit melayang lantaran keberatan bobotnya sendiri. Bentuk layang baru kelihatan sebagus desainnya yang di atas kertas bila anginnya cukup kencang.

Blogger cantik yang lebih mirip turis. -Vicky
Dan menonton festival layang-layang itu sendiri juga harus sabar, karena ternyata peserta nggak mau menerbangkan layang-layangnya kalau anginnya belum kencang-kencang amat. Pasalnya, setiap layang-layang cuman dapet kesempatan naik melayang tiga kali, kalau roboh ya didiskualifikasi. Dan karena butuh angin yang besar, praktis festival harus dihelat di lapangan yang gersang. Alhasil, penonton harus berani panas-panasan kalau kepingin dapet foto yang keren..

Catetan saya: Waktu kecil saya sering lihat berita di tivi ada festival layang-layang. Hanya saja festival itu pasti aja digelar di luar negeri. Seumur-umur nggak pernah saya dengar ada festival layang-layang di Bandung, lagian saya tahu di Bandung nggak ada lahan yang strategis buat jadi lokasi festival layang-layang. Jadi sekarang pas diajakin my hunk nonton festival layang-layang di tempat yang jaraknya cuman dua kilo dari rumah mertua saya, saya seneng banget. Lain kali mau ah motret festival layang-layang lagi. Moga-moga peserta yang ikut pun lebih banyak, dan bentuk layang-layangnya juga lebih variatif..

Semua gambar dipotret oleh Vicky Laurentina dan Eddy Fahmi.