Kadang-kadang, permintaan tamu itu memang berlebihan.
“Ky, tolong cariin hotel,” suatu hari nyokap saya nitah saya
di telepon.
Saya njawab: “Oke, mau hotel yang gimana?”
Mom: “Jangan yang mahal-mahal, Mom lagi ngirits.”
Saya: “Ya udah deh, ntie nginep di boarding house ajah ya?
Yang tempat tidurnya tumpuk-tumpuk?”
Mom: “Jangaan..yang
bagusan dong ah. Yang bersih gitu. Mom nggak mau yang bantalnya bauk.”
Saya: “Lho, gimana sih, katanya nggak mau yang mahal? Lha
ini ta’ cariin yang murah, ya yang tempat tidurnya tumpuk-tumpuk..”
Gitu aja terus perdebatannya ruwet nggak selesai-selesai.
Untungnya saya akhirnya booking-in hotelnya. Hotel yang
cukup keren kalau difoto, kayak di brosur-brosurnya biro perjalanan mahal. Yang
semua pegawainya ganteng dan selalu sigap bukain pintu. Yang lobbynya ada
karpet merahnya sehingga melangkah di situ berasa kayak Julia Roberts. Nyokap
saya senang.
Begitu masuk kamar hotel yang harum, nyokap saya mendudukkan
dirinya di tempat tidur yang empuk. Matanya jelalatan mengagumi setiap detail
interior kamar yang minimalis. Yupz, minimalis. Saking minimalisnya,
sampai-sampai tahu-tahu dos-q tertegun.
“Ky?” panggilnya parau. “Nih kamar nggak ada kulkasnya, ya?”
Deg. Kulkas? Nggak ada?
![]() |
Singkat cerita, saya nelfon ke resepsionis, protes kenapa kamar kami nggak ada kulkasnya. Terus minta dipindahin ke kamar yang ada kulkasnya. Lalu resepsionisnya bilang, “Maaf, Bu Vicky, di hotel kami memang kami tidak menyediakan kulkas di kamar..” (Gambar dari sini) |
Lalu saya nyaris terpekik di
dalam hati, “Kalian pasang kunci magnetik untuk setiap kamar tapi nggak pasang
kulkas??”