Saturday, October 4, 2014

I Hate Anonim

Blogspot sangat menyenangkan untuk ngeblog, tapi kelemahan besarnya adalah nggak ada option untuk menjegal komentator anonim.

Anonim adalah fenomena untuk tampil di media tanpa menyebutkan jatidirinya. Tidak menyebut nama. Akibatnya pembacanya tidak tahu si anonim ini siapa. Efeknya, tidak bisa memperkirakan si anonim ini latarbelakangnya apa, apa yang menjadi background dari karya atau komentar si anonim.

Ada banyak alasan kenapa orang pilih jadi anonim. Contoh:
1. Takut tidak disukai kalau ia sebutkan nama aslinya. Ia bisa tidak disukai jika ia menuliskan ide yang kontra terhadap sesuatu.


2. Takut terancam image-nya. Misalnya jika seseorang adalah presiden yang terhormat, bagaimana citranya jika ia kedapatan ikut berkomentar di situs meme yang memuat foto cabe-cabean?
3. Malu karena takut ketahuan lemahnya. Misalnya pada tulisan-tulisan saya tentang pemerkosaan, saya sering banget dapet komentator yang mengaku korban pemerkosaan tapi nggak mau sebut nama aslinya. Mungkin takut kalo sampai pakai nama asli, maka ada yang mengenalinya dan bikin dia semakin terpuruk.

Kadang-kadang orang tidak sebut dirinya anonim, tapi pakai jati diri samaran. Karena dia ogah pakai identitas asli, lebih suka namanya dikira jati diri orang lain, tapi dia tetap ingin menyampaikan idenya.

Saya nggak pernah senang terhadap anonim. Buat saya, anonim itu pengecut. Meskipun saya ngerti bahwa alasan nomer 1, 2, dan 3 di atas itu manusiawi. Untuk alasan-alasan tersebut, saya sendiri masih lebih menghargai komentator yang pakai jati diri samaran.

Saya nggak menyangkal bahwa kadang-kadang isi idenya para anonim itu bagus-bagus. Sayang kalau idenya harus hilang cuman gara-gara dia nggak mau sebut nama. Tapi blog ini rumah saya, dan saya punya hak penuh atas rumah saya, termasuk memberlakukan prinsip saya yang tegas (dan kaku).

Anonim itu bukan sekedar menulis di kolom komentar sebagai anonim. Contoh anonim lainnya adalah bikin account Google tapi nggak ada fotonya, nggak sebut dirinya tinggal di mana, umurnya berapa, pengusaha atau kerja ikut orang, atau minimal dia suka makan biskuit merk apa. Pokoknya nggak bisa diperkirakan deh ini orang atau makhluk halus. Yang repot itu kalau account Google kosong ini ngirim komentar-komentar nggak sopan ke blog kita, wah kelakuannya ini udah mirip tuyul banget. Kalau nemu komentar nggak sopan plus komentator yang account-nya kayak gini, biasanya saya nggak baca lama-lama, langsung saya tekan "Mark as spam". Dan saya langsung lupakan. :D

Kalau gitu, repot juga ya kalau komentar di blog saya? Penulisnya nggak demokratis. :D

Saya memang masih belajar untuk menerima perbedaan pendapat. Sama seperti para anonim yang masih belajar untuk berani tampil sebagai dirinya sendiri.

Tips untuk para anonim yang kepingin komentar di blog saya:
1. Daripada capek-capek komentar di blog saya, mending Anda bikin blog sendiri terus menulis sesuka hati, sebagai anonim. Lalu lihat saja feedback orang lain terhadap tulisan Anda.
2. Kalau masih kepingin komentar di blog saya, bikinlah account Google yang niat gitu. Pasanglah foto siapapun yang kira-kira masih hidup. Tulislah pekerjaan fiktif di perusahaan yang sungguhan ada. Yang kira-kira bisa bikin saya percaya bahwa Anda manusia sungguhan yang punya sopan santun, bukan makhluk halus yang cuman asal nyamber. Jangan pasang foto Nike Ardilla, apalagi pasang foto Che Guevara. Mereka itu memang fotonya cakep-cakep, tapi dua orang itu sudah meninggal, tauk.
3. Dan cantumkan alamat email atau website yang bisa dihubungi. Supaya Anda bisa dikirimi feedback dan diajak diskusi dengan intelek, bukan cuman nyamber kayak anak alay baru belajar socmed-an. Lebih bagus lagi alamat rumah. Jadi minimal kalau didatengin polisi, orangnya ada sungguhan, gitu.
http://georgetterox.blogspot.com
http://laurentina.wordpress.com