Sunday, April 12, 2009

Revolusi Dapur


Sudah lama gw pengen masukin rumah Grandma gw ke acara Bedah Rumah di tivi. Tapi keinginan selalu urung coz:
1. Grandma gw nggak suka nginep di hotel.
2. Biasanya yang rumahnya masuk Bedah Rumah itu yang keluarganya miskin, bukan yang punya cucu yang berprofesi blogger.
3. Sebenarnya acara Bedah Rumah itu masih ada nggak sih? (kelamaan nggak nonton tivi..)

Seorang perempuan bernama Tina, 86 tahun, tinggal di Kreyongan, punya empat anak dan sembilan cucu. Cucunya yang ke-8 pun dinamain Tina juga, tepatnya Laurentina, yang kelak akan tumbuh jadi blogger nan sekseh dan fabulous. (Vic, sudah, lewat aja bagian yang ini!) Supaya jemaah nggak bingung, Laurentina alias Tina Junior akan menyebut neneknya sebagai Tina Senior.

Suami Tina Senior sudah lama pensiun. Pengapuran asam urat telah menjebak Grandpa di kursi roda untuk seumur hidup. Tina Senior masih sehat, tapi sudah mulai pikun. Semua anak mereka tinggal di luar kota dan kepingin nyariin asisten pribadi buat bersih-bersihin rumah, tapi Tina Senior nggak suka ada orang asing yang tinggal di situ.

Anaknya yang kebetulan udah pensiun, akhirnya maksa tinggal kembali di rumah itu buat bantu Tina Senior ngurus rumah. Tapi Tina Senior ngeyel dan bilang bahwa dirinya masih kuat, meskipun om gw ini sadar bahwa Tina Senior sudah kesulitan bedain tampang cucu-cucunya sendiri. Umpamanya aja, kalo Tina Senior ketemu Tina Junior, dia selalu ngira gadis muda itu bintang filem yang suka dia liat di tivi-tivi. Padahal sebenarnya Tina Junior itu bukan bintang filem, tapi cuma blogger yang suka belagak jadi bintang pelem rekaman DVD bikinan bokap gw.

Liburan Paskah ini, Tina Junior dan bonyoknya nginep di rumah Tina Senior. Tina Junior sadar bahwa keadaan rumah itu nggak seindah waktu dirinya kecil dulu, pas dia masih sering main ayunan di halaman rumah Grandmanya sambil didorong oleh kakak-kakaknya.
Tina Senior nggak memasak, coz Tina Senior suka lupa kapan terakhir kali nanak nasi dan kapan nasi itu udah basi.
Kalo lagi cuci piring, Tina Junior sering ngernyit ngeliat banyak sutil yang udah berkarat masih aja dipake. Berani su-er ini pasti sutil yang sama yang dipake goreng tempe 20 tahun lalu.
Tantenya Tina Junior udah beliin alat-alat masak baru yang sekiranya lebih efisien, tapi Tina Senior lebih suka pake wajan yang lama coz belum bocor. Padahal wajannya udah item dan penuh bekas jelantah.

Anak-cucu itu tak tahan lagi dan sepakat rumah itu kudu didandanin ulang. Harus dilakukan pembersihan besar-besaran supaya rumah itu nggak jadi sarang debu, sarang laba-laba, apalagi sampai jadi sarang dedemit. Syaratnya, perabotan kudu dibongkar. Masalahnya, sudikah Tina Senior membongkar perabotannya?

Akhirnya seluruh keluarga berkonspirasi. Tina Junior dan bokapnya membujuk Tina Senior piknik ke Watu Ulo. Tina Junior belagak sudah kelamaan di Pulang Pisau, jadi kepingin liat pantai yang menghadap laut beneran, bukan sekedar kali. Bokapnya Tina Junior kepingin nostalgia, coz dulu waktu kecilnya sering piknik ke Watu Ulo. Lagian kapan kesempatan bersenang-senang bareng Grandma kalo nggak sekarang?

Jadi "diculik"-lah Tina Senior ke Watu Ulo. Tina Junior membiarkan Tina Senior dandan rapi buat piknik: baju potongan kuno plus sepasang sendal wedge, padahal mau jalan di atas pasir. Tapi Tina Junior tetap belagak manis, beliin Grandma-nya itu Fanta merah, gandeng Tina Senior naik bukit buat nontonin laut. Tina Senior seneng banget. Sepanjang hari dirinya bernyanyi-nyanyi lagu Belanda tempo doeloe. Dan Tina Junior tetap tersenyum, padahal dalam hati sudah menggerutu coz nggak ngerti lagu super jadul itu.

Tina Senior nggak tau, bahwa selama dirinya diajak piknik oleh anak-cucunya, anaknya yang lain sedang memermak dapur habis-habisan. Panggil kuli buat nguras perabotan, dan ngecat dapur. Tak ada kesulitan. Semua peralatan udah layak masuk museum.

Tina Senior pulang dari piknik dan kaget mendapati tiga kuli lagi ngecat dapurnya yang kotor. Spontan dirinya ngamuk ke anak-anaknya yang telah bersekongkol merencanakan penculikan dirinya ke Watu Ulo demi ngecat dapur yang udah 40 tahun nggak pernah dicat. (Tina Junior nggak ikut dimarahi coz berhasil ngumpet di kamar sambil belagak sibuk blogwalking!) Anak-anak Tina Senior, termasuk bokap-om-tante gw, manut aja dimarahi. Apa yang bisa dilakukan manusia berumur 50-60 tahunan kalo lagi dimarahi nyokap mereka yang berumur 86?

Hari ini, kuli-kuli itu selesai. Baru Tina Senior sadar, setelah empat dekade, dapurnya nggak pernah sebersih hari ini. Memang masih bau cat, tapi tampangnya jauh lebih baik. Persis acara Bedah Rumah, hanya dalam versi mini.

Nggak gampang merawat orang tua yang kolot dan setengah pikun. Mungkin kita mesti sedikit membangkang kemauan mereka. Memang kadang-kadang anak-anak kudu rela berkorban perasaan untuk kesejahteraan bonyok mereka. Tapi di situlah seninya berbakti kepada orang tua.

Karena, mencintai orang tua tidak selalu berarti harus menurut kepada mereka.

Friday, April 10, 2009

Golput Kepepet


Barangkali yang termasuk rugi pas musim Pemilu ini adalah salon manikur. Lha gimana orang mau ngecat kuku? Hari ini kutekan, besoknya kuku kudu dicelupin ke tinta. Mau kutekan setelah Pemilu ogah juga, kan tintanya Pemilu nempel di kuku selama berhari-hari, merusak pemandangan kuteks. So, untuk sementara bye bye dulu salon manikur!

Ada dua point yang menarik waktu gw ke bandara Husein Sastranegara Bandung kemaren. Point pertama adalah hanggar pesawat yang rusak berat setelah diseruduk Fokker hari Senin lalu. Melalui blog ini gw mau bilang gw sangat menyesal 24 prajurit TNI AU tewas dalam kecelakaan itu, dan gw nggak sampai hati ngebayangin berapa hati perempuan yang hancur karena jadi janda lantaran suami atau kekasihnya meninggal dalam Fokker naas itu. TNI AU punya arti khusus di hati gw, dan gw merasa, perempuan-perempuan itu kehilangan kekasih demi Negara, sama seperti gw juga. Tabah, Ladies. Tuhan, lindungi tentara-tentara itu dalam pelukan-Mu yang hangat.

Yang kedua, bisa-bisanya pada hari Pemilu bandara penuh sama penumpang pribumi! Kok orang-orang nggak pada ngantre ke TPS, malah rame-rame eksodus liburan naik pesawat? Malah menurut agen perjalanan langganan keluarga gw, tiket pesawat pada tanggal 9 April udah pada abis dipesan dari jauh-jauh hari. Gw masih sempat liat spanduk di Bandara Soekarno Hatta Jakarta yang ngumumin bahwa penumpang yang mau nyontreng disediain TPS di situ, asalkan penumpangnya bawa formulir tipe 5. Tapi gw nggak liat ada TPS yang sama baik di Husein, maupun bandara Juanda Surabaya. Padahal bandaranya sama-sama rame. Jadi kira-kira berapa persenkah pemilih yang sengaja golput dengan belagak pura-pura pergi ke luar kota?

Bicara soal "pemilih safari" alias pemilih yang nggak bisa berada di rumahnya pada hari Pemilu, gw jadi inget pilkada tahun lalu. Waktu itu pasien yang lagi gw opname memohon-mohon kepingin pulang. Gw nggak ngijinin, lha kan dia masih harus pake oksigen, jadi kudu dirawat inap. Ntie kalo di rumahnya pasiennya bengek ngep-ngepan tanpa oksigen gimana? Si pasien nggak keilangan akal. Dia bilang sama gw bahwa dia minta ijin pulang buat nyoblos pilkada, seraya janji kalo udah selesai nyoblos dia bakalan balik lagi melanjutkan opname. Hahaha! Tau aja dia, masa' dokternya rumah sakit militer mau nyuruh pasiennya golput? Singkatnya gw akhirnya melepas dia pulang sehari sebelum pilkada, dengan perjanjian hukum bahwa keluarganya nggak boleh nuntut gw kalo ada apa-apa sama pasiennya di rumah. Maka pilkada pun berlalu. Tentu saja sang pasien nggak nurutin "janjinya" melanjutkan opname. Mungkin dia sembuh sendiri. Atau mungkin dia bengek lagi waktu nyoblos dan akhirnya lewat.

Pas hari pemilihan, kolega gw, dr Mulya, 27, kebagian jaga unit gawat darurat 24 jam. Tiba-tiba seorang pasien datang diantar keluarganya dalam keadaan sekarat. Dr Mulya langsung ambil-alih, tanpa ba-bi-bu mijat jantung si pasien. Mendadak datang seseorang bername-tag KPPS mencolek kolega gw itu, dan berkata, "Dokter, ayo milih dulu.."
Dr Mulya kaget ditodong kotak suara segede-gede kaleng krupuk itu. Lha orang lagi nyelamatin orang sekarat kok malah disuruh baca kertas suara?!
Akhirnya sang pasien diumumkan meninggal. Dr Mulya nutup mata si pasien. Suster mengumumkan jam kematian. Tangis keluarga sang pasien meledak. Lalu Dr Mulya menghampiri sang petugas KPPS. "Sini, saya minta kertas suaranya.."

Tapi yang paling trauma sama Pemilu adalah Dina, 22, kolega gw. Pasalnya namanya nggak terdaftar di DPT. Tapi nama asisten pribadinya ada. Kok bisa sih?
Setelah dicek, ternyata yang nggak ada namanya di DPT bukan cuma Dina. Tapi tetangga-tetangganya juga nggak terdaftar. Ternyata, penghuni rumah-rumah di kompleks itu rata-rata adalah bule. Makanya yang ada di DPT itu ya kebanyakan para pembokat mereka..

Berbekal pengalaman pait itu, Dina ngurus supaya namanya terdaftar di DPT untuk pemilihan presiden. Lobinya sukses. Lalu tibalah hari H-nya. Dasar ogah bangun pagi, Dina sengaja nunggu sampai siang supaya nggak usah ngantre di TPS. Jam 12 Dina ke sana. Eh..ternyata TPS sudah ditutup dan suara-suara lagi diitung! Kata orang KPPS, "Oh..saya kirain Mbak nggak ikutan milih lagi kayak Pemilu kemaren.."

Begitulah. Jadi alasan golput itu nggak semata-mata lantaran sebal sama para caleg. Tapi bisa juga karena alasan-alasan cemen yang bikin kepepet. Takut cat kuku rusak kena tinta. Lagi ada urusan keluar kota. Lagi mijat jantung orang sekarat. Lagi sekarat. Nggak diakuin sebagai tetangganya Pak RT. Atau, lantaran TPS udah ditutup waktu kita dateng ke sana.

Gw lagi sibuk senang-senang di rumah Grandma gw, jadi gw nggak tau berita seberapa besar kemenangan partai golput kali ini. Pemilu sekarang emang penuh lawakan satir, dan cukup buat jadi bahan dagelan buat blog gw. Apa kabar Anda? Apa Pemilu bikin Anda kepepet? Atau Anda kepepet sampai nggak bisa ikut Pemilu?

Thursday, April 9, 2009

Inovator vs Copycat


Apa itu copycat? Jangan repot-repot mengira bahwa copycat adalah salah satu spesies kucing baru. Bukan, copycat juga bukan jenis kucing yang suka nongkrong di warung fotokopi langganan Anda. Copycat adalah orang yang suka ngejiplak orang lain.

*Kalo gitu gw jadi bingung, kenapa istilahnya harus copycat, sih? Toh pelakunya kan manusia juga. Kenapa bukan dinamain copyman aja? Kan ini jadi mencemarkan nama baik kucing..*

Kemaren tuh gw kesasar ke sebuah blog yang lagi membahas sesuatu. Tulisannya mantap banget deh, keliatan bukti-bukti risetnya. Tapi kemudian gw ngernyit nggak enak. Kayaknya gw pernah baca tulisan ini di manaa..gitu.

Sontak gw bongkar koleksi majalah lama gw dan nemu edisi yang gw cari. Edan. Feature utamanya sama persis dengan tulisan di blog itu. Kalimatnya sama. Gaya bahasanya sama. Oke, ada beberapa paragraf yang disunat, tapi itu nggak menghilangkan esensialnya. Si blogger sudah mengetik ulang tulisan feature itu persis sampai ke titik komanya.

Tentu saja si blogger nggak nyebut dari sumber mana dia nulis artikel itu. Dia cuman nulis, "Dari berbagai info." Bikin gw bertanya-tanya, jangan-jangan blogger ini nggak lulus pelajaran bahasa Indonesia.

Kan dari SD juga udah diajarin. Kata "berbagai" itu artinya jamak. Berbagai info, artinya sumber infonya minimal dua, gitu lho. Lha kalo tulisan di blog ini sumbernya cuma satu, ya dari majalah satu edisi itu doang. Apanya yang "dari berbagai info"?

*Ya bener juga sih, dari berbagai info. Info halaman 26, info halaman 27, info halaman 35..*

Karena gw berbaik sangka (atau naif?), gw pikir si blogger cuman terinspirasi dari majalah itu dan kepingin mengeksposnya di blognya itu. Tapi menyalinnya mentah-mentah? Hm, apa dong bedanya sama copycat?

Dalam kehidupan sehari-hari kita nggak jauh dari aktivitas copycat. Misalnya Anda ke kantor naik sepeda, eh..besoknya rekan di sebelah cubicle Anda naik sepeda juga. Anda pergi pake baju kuning, eh..orang-orang pada pake baju kuning juga.

*Ya kan nggak pa-pa, Vic? Bukannya sekarang lagi musim bike-to-work? Lagian orang-orang pada pake baju kuning soalnya kan ikutan kampanye?!*

Well, inilah yang bikin pusing. Orang mengklaim bahwa dirinya terinspirasi orang lain, padahal itu sebenarnya ngejiplak. Suka sebel coz nyari literatur ilmiah Indonesia nggak dapet-dapet? Itu karena ilmuwan Indonesia sering takut karya ilmiahnya dijiplak. Yang ngejiplaknya hanya merasa terilhami, tapi nggak nyantumin sumber ilhamnya itu.

Mungkin itu sebabnya kita lebih senang nulis di blog ketimbang nulis buat koran. Tulisan di koran lebih gampang dijiplak. Siapa sih yang bisa nemu tulisan aslinya di antara ratusan ribu edisi koran yang pernah dibaca orang?

Termasuk kita sebagai blogger. Memang kita pernah dapet ide dari orang lain buat kita tulis di blog kita. Entah itu setelah baca koran, majalah, atau blog orang lain. Gimana caranya supaya karya itu tetap jadi ciptaan kita tanpa takut dibilang copycat?

PERBAHARUI
Boleh aja Anda ambil idenya, tapi jangan disalin mentah-mentah. Tulislah lagi, dengan gaya bahasa Anda sendiri. Nggak ada gaya bahasa seseorang yang mirip persis dengan orang lain. Pasti ada bedanya.
Contoh: Tulisan aslinya bilang, "Bersepeda ke kantor sekarang banyak dilakukan para eksekutif."
Anda bisa nulis, "Tau nggak, sekarang para boss banyak yang naik sepeda lho! Itu berarti, kalo mau jadi boss, mulai sekarang lu kudu naik sepeda!"

INOVASI
Tadinya tulisan aslinya ada gambarnya. Anda jangan ambil gambar yang sama, cari gambar yang beda dong. Kalo perlu, tambahin video.
Contoh: Di tulisan aslinya ada gambar boss naik sepeda gunung.
Anda pasang aja video Anda pergi ke kantor naik sepeda ontel.

CARI SUMBER LAIN
Jangan semata-mata nulis berdasar satu sumber. Browse juga ke sumber-sumber berbeda. Syukur-syukur nemu yang kontradiksi.
Contoh: Di tulisan aslinya, dibilang bahwa sejak orang-orang pake sepeda, badan mereka terasa lebih sehat.
Anda tulis, sejak orang-orang pake sepeda, banyak yang celaka gara-gara disambar mobil waktu naik sepeda di jalan tol.

Niru tulisan orang boleh-boleh aja, tapi yang cerdas dong. Jadilah inovator, jangan jadi copycat!

*Yang ngejiplak tulisan gw ini, dikutuk nggak bisa pipis. Hahaha!*

Tuesday, April 7, 2009

Penjara Bernama HP


Bisa nggak Anda hidup satu jam aja tanpa megang-megang HP? Ini yang terlintas di kepala gw ketika pramugari ngumumin bahwa pesawat gw mendarat di Jakarta. Belum selesai pengumumannya, tapi penumpang di kiri-kanan gw sudah sibuk nyalain HP buat nelfon, "Aku sudah sampai!" Oke sebenarnya gw mau potret orang-orang ini, tapi gw terlalu kewalahan bawa tas gw sendiri, jadi gimana gw mau motret? Bodi gw kecil, tapi gw bawa satu tas yang digeret, lalu dua tas gendong, dan tak ada satu pun yang masuk bagasi, semuanya di kabin. Gw sungguh-sungguh angkuh mau bawa semuanya sendiri tanpa porter, tapi setelah gw melakukannya sendiri di bandara, baru gw ngerasain, "Ooh..gini tho rasanya hamil kembar tiga?!"

Kakak gw pernah diceritain temennya yang kebetulan wartawan musik. Sang wartawan kebagian tugas wawancara seorang penyanyi bernama Meckel. Seneng dong? Sialnya, sepanjang wawancara, HP-nya si Meckel bolak-balik bunyi melulu, dan si Meckel malah sibuk ladenin yang nelfon dia. Alhasil sang wartawan nggak dapet apa-apa! Bingung apa yang mau ditulis di wawancara itu? "Meckel si penyanyi kondang ternyata Mr Ring Ring"?

Pernah nggak Anda ngerasain kerja Anda jadi nggak maksimal gara-gara HP? Entah itu HP Anda, HP klien Anda, atau HP orang lain yang nggak ada urusannya sama Anda. Contoh kecil, Anda lagi dengerin seorang eksekutif presentasi di rapat tentang kebijakan instansi bulan itu. Lalu HP Anda bunyi, ternyata ada SMS dari orang rumah. Kan mau nggak mau anda jadi ngeladenin SMS itu, sehingga paling-paling Anda cuma nyimak presentasi itu 50 persen doang. Berarti Anda cuman ngerti isi presentasi itu 50 persen doang. Maka jangan heran kalo kinerja Anda juga ikutan turun jadi 50 persen.

Masih di setting serupa. Anggap saja yang bunyi bukan HP Anda, tapi HP orang lain di sebelah Anda. Mau nggak mau Anda jadi ikutan terganggu. Memang HP-nya nggak bunyi, cuman getar doang. Tapi gerak-gerik orang sebelah itu buat ngangkat telepon udah cukup buat mengusik konsentrasi Anda dari mendengarkan presentasi. Jadi, baguskah nyalain HP di tempat rapat?

Saking tergantungnya orang sama HP, sampai-sampai di sebuah ritual keagamaan, pemuka agamanya minta semua HP DIMATIKAN, bukan digetarkan.

Memang, pada dasarnya kita ingin tetap berhubungan dengan orang-orang, di mana pun kita berada. Tapi kalo kita jadi terganggu gara-gara HP ngegetar pada saat tidak diinginkan, itu adalah tanda bahwa kita sudah mulai dikendalikan oleh HP. Padahal seharusnya kita yang mengendalikan HP, kan?

Inilah tanda-tanda kita sudah "diikat" oleh HP.
1. Pada hari libur, kantor tetap aja nelfon buat urusan kerjaan.
2. HP disetel di volume 100%, coz kita merasa nggak akan dengar jika volume suaranya dalam keadaan default (50% doang).
3. Merasa harus balas SMS saat itu juga, padahal kita lagi enak-enak berendam di bak mandi.
4. Punya prinsip lebih baik ketinggalan celana dalam daripada ketinggalan HP.

Ini bukan tugas insinyur HP buat merancang HP yang tidak ganggu hidup kita. Ini tugas kita yang mikirin gimana caranya supaya HP tetap bersifat mendukung kita, bukan memenjarakan kita.

Nah, HP Anda bunyi lagi tuh. Dari siapa ya?

Monday, April 6, 2009

Sepele Tapi Penting


Well, gw ngga pernah mencintai Pemilu seperti ini. Kalo ngga ada Pemilu, Pemerintah ngga bakalan menetapkan hari Kamis nanti sebagai hari libur nasional. Dan karena Kamis terpaksa libur, maka gw tanpa malu-malu minta izin sama kepala kantor gw supaya boleh pulang ke Bandung barang dua hari sebelum Pemilu. Dan belio ngijinin..huray! Semoga Tuhan memberkahinya karena sudah ngijinin anak perempuan sebatang kara ini buat nemuin orangtuanya.

Jadi di sinilah gw, di rumah makan di Jalan Trans Kalimantan, nungguin supir travel gw menunaikan jatah istirahatnya dalam perjalanan dari Pulang Pisau ke Palangka. Gw lagi nyesap susu kotak sambil blogwalking. Seorang pelayan ngedeketin gw nanya mau minum apa. Gw jawab nggak usah. Sang pelayan ngerti gw cuman numpang duduk buat nungguin travel jalan lagi.

Lalu susunya abis. Gw celingak-celinguk, eh..tempat sampahnya di mana ya?

Gw manyun. Waduh, rumah makan segede gini nggak ada tong sampah. Mau buang kotak susu ini di mana? Masa' mau gw bawa ke Palangka? Ntie nih travel nurunin gw di rumah host gw. Nggak sopan ah kalo gw buang sampah bawaan dari perjalanan di rumah host gw. Emangnya host gw tukang sampah?

Dengan terpaksa gw taruh tuh kotak kosong di meja, lalu gw tinggalin aja begitu supir travel nyalain mesin mobil tanda mobil mau berangkat. Gw bayangin sang pelayan bersihin meja yang gw dudukin truz nemu kotak susu bekas gw, apa nggak ngedumel ya dia? "Huh, si Mbak udah nggak beli makan di sini, pake acara ninggalin sampah pula.."

Pernah nggak tempat usaha Anda didatengin orang, si orang tuh cuman liat-liat doang, tapi nggak beli ataupun bayar? Mungkin Anda bilang, "Ya sudahlah, memang bukan rejeki.."
Tapi gimana kalo si orang itu nggak bayar, malah ninggalin sampah? Kesel nggak, sih?

Kakak gw tuh pernah ngalamin. Sebelum usahanya besar kayak sekarang, dia mulai dengan dagang kantin bakso. Ada tuh orang makan di kantin dia, bukan beli bakso, tapi cuma beli teh botol. Sambil minum teh tuh orang ngemil, dan sudah tentu cemilannya bawa sendiri, bukan beli sama kakak gw. Lalu selesai minum teh, dia pergi aja dari situ, ninggalin botol kosong dan bungkus bekas cemilannya. Tinggal kakak gw aja yang beresin. Maklum, dia juragannya, dia juga pelayannya.

Gw kalo denger kakak gw cerita itu rasanya sakit hati banget. Untung kakak gw sekarang nggak dagang bakso lagi, tapi dia punya usaha taman bermain yang udah nyebar di seluruh Jawa gitu. Kok bisa ya tuh orang tega-teganya nyampah di meja kakak gw tanpa beli apapun selain teh botol? Emangnya kakak gw tong sampah?

Sekarang gw melakukan hal yang sama pula, nyampah di rumah makan orang tanpa beli apapun di situ. Jahatkah gw?

Lha gw bingung, mau buang nih sampah di mana? Ini tempat umum yang didatengin orang banyak tiap hari, kok nggak sediain tempat sampah?

Mudah-mudahan jemaah yang baca blog ini inget buat nyediain tempat sampah di tempat usaha kalian masing-masing, entah itu resto, toko, atau sekedar wartel. Orang tuh perlu nyampah lho, jadi jangan segan-segan sediain tempat sampah buat menyalurkan hasrat nyampah yang terpendam. Kadang orang buang sampah sembarangan bukan lantaran jorok, tapi karena dia nggak nemu tempat sampah. Tempat sampah itu sepele, tapi penting.

Sialan, supir travelnya ngebut nih, ruas jalannya meliuk-liuk kayak ular. Salah nih gw minum susu kotak, kayaknya gw jadi mual sekarang. Hwaa..jangan muntah dulu dong..

Sunday, April 5, 2009

Facebook Diblokir?


Ceritanya, Facebook ini nyandu kayak ganja.

Anda berapa kali sehari buka Facebook? Dua kali? Empat kali? Tujuh kali? Itu lebih parah daripada dosis obat yang gw kasih ke pasien gw.

Teman gw ngomel lega.
*Kok bisa ngomel lega?*
(Maksudnya ngomel panjang lebar. Panjang x lebar = luas. Luas = lega.)
Perusahaan tempatnya kerja memberlakukan aturan baru. Semua karyawan nggak boleh buka Facebook selama jam kantor. Dan semua kompie udah disetel sama staf TI-nya supaya nggak bisa buka Facebook.

Gw ngakak keras dengernya.

*Jahat lu, Vic. Orang lagi kesulitan kok diketawain. Inget lu pada minggu-minggu awal di Pulang Pisau sini kita merana coz nggak bisa buka Friendster?*

Beuh, gw nggak ngetawain pegawai yang nggak bisa buka Facebook. Gw justru ngetawain staf TI-nya, kenapa udah sekolah tinggi-tinggi, ujung-ujungnya malah disuruh jadi tentara buat ngeksekusi instruksi kosong.

Kenapa coba, perintah memblokir Facebook gw sebut instruksi kosong? Coz itu nggak akan menghalangi pegawai buka Facebook. Emangnya Facebook cuma dibuka dari kompie? Buka Facebook bisa dari HP, dodol..!

Gw tanya ke temen gw itu. Kenapa bossnya nggak mau pegawainya buka Facebook di kantor lagi? Padahal kantornya itu penerbitan majalah. Wah, kok media massa malah menghambat komunikasi sih?

Ternyata, Facebook dianggap menurunkan produktivitas pegawai. Bayangin, di sela-sela jam kantor, pegawai malah sibuk buka Facebook.

Gw tanyain, emang dia sendiri buka Facebook buat apa? Eeh..dia malah bales nanya, buat apa gw buka Facebook. Orang punya Facebook kan buat cari temen sebanyak-banyaknya, ya toh?

Dari sejak jaman Friendster booming, gw masih aja nggak ngerti konsep teman sebanyak-banyaknya ini. Emang mesti punya temen berapa ratus sih? Terus, kalo temennya udah seribu, kita dapet hadiah piring cantik?

*Dasar bloon. Emangnya kupon belanjaan?*

Ya pantesan kalo gitu Facebook diblokir di perkantoran. Soalnya aktivitas orang di Facebook gitu-gitu doang: Add, approve, wall-to-wall, pasang status, komentarin status orang. Gituu aja terus. Lha apa bedanya sama Friendster dong? Cuman beda developer doang.

Kenapa nggak dipake buat tujuan produktif? Misalnya, laporan kantor dikirim via Facebook. Jadwal pertemuan diumumin di Event. Kalo temen ada 100, berarti ada 100 orang buat dikirimin iklan produk kita yang terbaru. Gw pernah baca di Malang ada orang berhasil ngejual kambing gara-gara pasang foto kambingnya di Facebook. Gw curiga itu temen-temennya nge-add dia bukan karena mau temenan sama dia, tapi karena mau temenan sama kambingnya.

Dan, gw yakin, pemblokiran Facebook nggak akan berdampak banyak terhadap perbaikan kinerja perkantoran. Kompie nggak bisa dibuka buat Facebook, HP pun jadi. Masa' pegawai mau dilarang bawa HP?

Ngomong-ngomong, gw tetap kesiyan sama para perusahaan yang melarang pegawainya buka Facebook. Pasti para bossnya itu nggak punya Facebook, jadi ngga tau betapa asiknya Facebook-an.

Maka gw usul ke pegawainya itu. Bikin aja account bo'ongan atas nama bossnya di Facebook, terus undang ke pegawai-pegawai di kantor. Pasang foto yang konyol-konyol, terus isi status profilnya pake yang enggak-enggak juga. Dijamin boss yang punya identitasnya marah-marah, dan sebagai akibatnya dia terpaksa bikin account juga yang asli. Nah, boss baru tau kan, Facebook-an itu enak??

Gw nggak peduli kalo Facebook nggak boleh dibuka di kantor. Tapi gw bakalan demo kalo pegawai nggak boleh ngeblog. Kepada teman-teman yang sekarang dilarang buka Facebook di kantor, gw turut berduka cita. Sudahlah, daripada meratapi Facebook yang diblokir, main ke blog gw aja. Dijamin akses terbuka lebar. Yuuk..!

Saturday, April 4, 2009

Nulis Kok Stres?


Berhentilah sejenak dan jawab pertanyaan ini.
"Bangun tidur, ku terus..?"

Little Laurent, 26, single fighter: "Ngucek baju. Ngejar matahari supaya jemuran cepat kering."

Karsih, 44, pengusaha warung nasi: "Nanak nasi. Bentar lagi banyak yang beli sarapan."

Bayu, 31, pegawai negeri sipil: "Manasin motor. Kan mau ke kantor."

Vicky, 26, blogger: "Bengong. Hari ini gw mau nulis apa ya?"

Anda: "....."

Kakak gw suka bingung, gimana caranya gw bisa nulis sesuatu yang beda setiap hari?
Gw jawab, lho, kan kita mengalami hal yang berbeda setiap hari.
Kakak gw bilang, tiap harinya sama aja. Bangun, nyiapin minum buat suaminya, ke kantor, penelitian, baca koran, tidur. Gituu aja terus.
Wah, kalo kayak gitu rutinitasnya ya sama dong dengan gw, jawab gw. Tapi tak mungkin ada hari yang sama. Hari ini ada kucing hamil masuk kantor gw, kemaren nggak ada. Semalam di apartemen gw kedengeran suara tokek, padahal minggu lalu nggak ada. Hidup kita nggak pernah sama. Itu sebabnya gw bisa bikin tulisan yang beda-beda tiap harinya.

Kemaren gw dateng ke blog seorang penulis beken. Tau nggak, penulis ini bukunya selalu laris-manis saban kali rilis. Sebagai seorang penulis yang karya-karyanya selalu dicap bermutu tinggi, sampai-sampai dia punya banyak penggemar fanatik, gw berharap dong blognya juga sekeren bukunya.

Nah, ternyata, tulisan di blognya memang sebagus buku karyanya. Layoutnya oke. Tulisannya matang. Tapi satu yang disayangkan. Dia cuma nge-post 2-3 kali sebulan.

Maka pertanyaan gw, kenapa seseorang yang jago nulis buku cuma sanggup nge-blog 2-3 kali sebulan?

Buat penulis sejati, omong kosong kalo terlalu sibuk sampai blog nggak terurus. Kita ini banjir ide setiap saat lho. Bikin tulisan nggak perlu di depan kompie. Sekarang ada HP, ada PDA, ada blackberry. Kalo Anda pengen nulis dan kepentok di daerah pelit listrik kayak gw, kan masih ada bolpen dan kertas!

Maka untuk penulis beken yang blognya gw kunjungin ini, gw rasa hanya ada satu alasan kenapa dia nggak sering nge-post: Dia cuman mau post tulisan yang dia anggap istimewa. Entah apa standarnya istimewa itu. Mungkin tulisan yang kalo dibaca bisa ngundang decak kagum, "Ck..ck..ck..waah!"

Itulah susahnya jadi penulis seleb. Nyontek quote-nya Alberthiene Endah di novel Selebriti, "Jadi seleb itu stres. Tiap hari, kalo lu bangun pagi, lu harus mikirin cara supaya lu tetap tenar."
Kalo prinsip kayak gini diterapin ke penulis, dijamin tiap penulis beken mana pun bisa mabok. Bisa nggak Anda bayangin, hari ini Andrea Hirata nulis Laskar Pelangi dan dipuji orang banyak, lalu besoknya dia nulis novel tentang proses kucing beranak di klinik kota terpencil? Mungkin namanya langsung jeblok gara-gara tulisan ecek-ecek.

Gw nggak bisa bikin posting yang dibilang "Waah!" setiap hari di blog. Gw bisa aja hari ini nulis hal-hal berat tentang lokalisasi pelacuran, penanggulangan bencana, pengobatan gastritis; tapi mungkin aja lain kali gw malah nulis hal ecek-ecek tentang susahnya orang dateng ke hajatan atau perlunya bikin kuburan. Tapi mau itu tulisan serius atau ecek-ecek, buat gw semuanya istimewa. Coz semua tulisan gw ada gunanya. Gw pengen Anda kalo ngundang hajatan liat-liat kondisi tamu yang diundang. Gw nggak pengen Anda bikin posko sembarangan di Situ Gintung. Gw pengen Anda berhenti memaki pelacur dan cari solusi yang lebih baik. Gw pengen Anda nyiapin kuburan yang enak seperti Anda bikin rumah yang bagus. Pendek kata, gw mau setiap tulisan gw ninggalin manfaat yang berbekas di kepala Anda.

Anda nggak perlu bikin novel tebal-tebal supaya bisa jadi penulis yang jagoan. Cukup Anda nulis apa yang ada di pikiran Anda, dan bagaimana Anda bisa pengaruhin orang lain dengan tulisan Anda. Dan itu bisa mulai dari kegiatan kita sehari-hari. Hal-hal "sampah" biasa, jadi luar biasa kalo Anda mau sedikit peka. Nyuci motor sampai kinclong, padahal ntie sore dipake ujan-ujanan. Ibu penjual nasi kuning yang selalu pake gincu, padahal mukanya asem kayak jerut purut. Kucing yang hamil melulu, padahal di sekitar situ nggak ada kucing jantan. Kucing pecun, ya?

Jangan maksa nulis sesuatu yang "waah". Karena hidup kita nggak selalu wah. Jadi mau hidup wah atau biasa-biasa aja, itu tergantung kita mau memeriahkannya kayak apa. Tapi hidup kita selalu istimewa. Hari ini, hari kemaren, hari besok. Setiap hari. Ceritakanlah.

Jadi, Anda ngapain hari ini?

Friday, April 3, 2009

Serasa Jelangkung


Kalo kayak gini caranya, gw mau minta dikontrakin jadi bintang film sekalian. Jelangkung aja bisa bikin film sampai jadi trilogi, emangnya gw nggak bisa?

Ceritanya gini lho. Staf kantor gw baru punya bayi. Bininya ngelahirin dua minggu lalu, dan tadi malem keluarga itu bikin selametan gitu lah. Gw diundang juga, dan seharusnya gw datang.

Acaranya diadain selepas solat Isya. Ini yang bikin gw ketar-ketir. Pasalnya gw susah berkeliaran kalo udah malem hari, takut nyasar, hehehe..

*Emangnya kenapa, Vic? Kalo udah malem, lu jadi rabun ya?*

(Hush! Emangnya gw ayam?!)

Gw udah pernah cerita kan, Pulang Pisau tuh pelit banget kalo disuruh bikin lampu jalan. Akibatnya kalo udah gelap, kota jadi gulita. Makanya gw nggak pernah keluar dari apartemen gw selepas Maghrib. Seumur-umur cuman sekali gw keluar sendirian malem-malem, yaitu pas ada pasar malem persis di depan apartemen gw.

Gw takut gelap bukan lantaran takut ditodong atau takut dedemit. Di Pulang Pisau nggak ada perampok, coz penduduk lokal takut kebawa sial kalo malingin barang orang. Dedemit mungkin ada, tapi kayaknya dedemitnya takut sama gw. Gw kan galak.. hahahah!

Gw takut jalan di tempat gelap coz takut nginjak ular. Gimana gw mau menghindar kalo ularnya nggak keliatan?!

Makanya gw selalu resah kalo dapet undangan malam-malam. Kalo gw dateng, jalannya susah. Tapi kalo gw nggak dateng, gw jadi nggak enak sama yang ngundang. Dulu di Bandung kalo ke undangan, gw datengnya rame-rame. Lha di Pulang Pisau kan gw single fighter gitu lho..

Akhirnya sepanjang sore kemaren gw ngitung-ngitung kancing. Dateng, enggak. Dateng, enggak. Tadinya mau ngitung pake tokek, tapi di apartemen gw nggak ada tokek.

Lalu setelah adzan Magrib, PLN menyelesaikan kebimbangan gw. Jiaah..mati lampu lagi! Hahahah!

Kesiyan staf kantor gw yang bikin hajatan. Gw belum nelfon buat bilang gw batal dateng coz mati lampu telah sukses menghajar seluruh Pulang Pisau. Semoga bayinya jadi anak saleh yang diberkahi Tuhan.

Anda yang pernah bikin hajatan, mungkin punya masalah sama. Anda sudah ngundang, tapi yang diundangnya nggak dateng. Jangan kecil hati, sebenarnya nggak ada lho yang mau nolak ajakan makan-makan gratis, apalagi kalo itu Anda sendiri yang masak. Ini alasan kenapa orang nggak dateng ke hajatan Anda:

MATI LAMPU
Gimana mau dateng ke pesta kalo pestanya mati lampu? Ntie mau ambil hidangan di meja, malah nyasar ambil tas orang. Mau salaman, malah ngegrepe bodi orang. Bisa berabe kan?

ACARANYA MALAM
Yang diundang itu nggak merasa aman jalan di tempat gelap di luar rumahnya. Kayak gw ginilah.

HUJAN
Udah ujan, nggak ada ojek, becek.. Wah malu nanti kalo tamu dateng ke hajatan Anda dalam keadaan basah kuyup dan kotor penuh lumpur.

TANGGALNYA TERLALU CANTIK
Anda mungkin bilang ini hari baik buat bikin hajatan. Sialnya, orang lain juga mikir ini hari ideal buat hajatan mereka. Akibatnya tamu Anda bingung mesti dateng ke hajatan yang mana coz kebanyakan undangan.

NGGAK PUNYA TEMAN KENCAN
Gw bingung kalo harus datang sendirian. Mau dateng sama suami, tapi nggak punya suami. Mau dateng sama pacar, tapi Brad Pitt lagi sibuk. Mau dateng sama Pak Bupati, takut disirikin Bu Bupati. Mau dateng sama teman cewek, takut dikira lesbian. Serba salah!

ANDA BIKIN HAJAT PAS TAMU MALAH ADA KEPERLUAN LAIN
Anda ngundang tamu ke hajatan malam-malam, padahal saat itu tamu Anda harus kerja. Soalnya dia kan dapet giliran ronda Siskamling!
Tapi yang lebih repot lagi, kalo Anda bikin hajatan yang waktunya tabrakan sama pertandingan Piala Dunia atau Piala Eropa. Waduh!

NGGAK BISA MASUK!
Tamu udah dateng ke hajatan Anda, tapi nggak bisa masuk ke venue. Pasalnya, tamu yang datang kepenuhan. Mau salaman sama Anda aja kudu ngantre dulu. Yang parah, parkir aja nggak bisa, coz tempat parkirnya udah kepenuhan, sampai tukang parkirnya sendiri merasa harus ngusir Anda.

NGGAK ADA TRANSPOR
Anda bikin hajatan di Pekanbaru, padahal rumah tamu Anda di Pulang Pisau? Gimana tamu mau dateng, padahal belum ada angkot jurusan Pekanbaru-Pulang Pisau? Apa Anda mau antar tamu Anda sendiri pulang ke rumahnya?

Itulah nasib tamu undangan. Seneng sih udah diundang, tapi datengnya penuh perjuangan. Istilahnya, mereka dateng tak dijemput, pulang tak diantar. Jadi bingung, ini tamu undangan, atau jelangkung..?

Thursday, April 2, 2009

Pelacur: Boikot atau Bina?


Saritem. Gang Dolly. Taman Lawang. Pasar Kembang. Red Line. Itu adalah tempatnya lokalisasi pelacuran. Nggak usahlah gw sebutin di mana lokasinya. Gw malah yakin Anda lebih apal jalan ke sana ketimbang gw.

Gw bahkan bisa dengar Anda udah jawab pilihan pertama dengan pertanyaan di atas. Boikot pelacuran, tanpa ba-bi-bu. Kata suami-suami yang takut dosa, pelacuran dilarang oleh Pak Kyai, dilarang Bapa Pendeta, dan dilarang istri. Kata tukang pajak, pelacuran harus dibasmi karena nggak bayar pajak. Kata pengusaha properti, daripada jadi tempat pelacuran, mending digusur, terus jadi hotel bintang lima. Profitnya lebih tinggi.

Barangkali yang melarang lokalisasi pelacuran digusur justru para dokter. Lhoo?

Saat ini, dokter dibikin pusing karena kejadian infeksi menular seksual meningkat cepat. Obat yang ada makin nggak mempan. Sudah banyak yang tewas lantaran kena raja singa, tapi pasien nampaknya belum kapok juga.

Biasanya kalo suami kena, istri juga kena. Para pria yang udah kena kencing nanah sudah disuruh bawa bininya buat diobatin juga, tapi mereka nggak manut. Soalnya mereka takut dihajar istrinya kalo mereka bilang bahwa mereka pernah tidur dengan perempuan lain.

Bayangkan Anda di posisi gw. Gimana kita bisa stop penyebaran penyakit menular seksual kalo orang-orang yang ketularan ini nggak diobati? Kita tau orang yang biasanya ketularan penyakit ini adalah:
1. para pelacur
2. para pria yang make jasa pelacur
3. para wanita yang kekasihnya make jasa pelacur
Jelas kan, kalo mau penyakit menular seksual dibasmi, berarti yang mesti diobatin pertama-tama adalah golongan nomer 1 dulu.

Masalahnya, gimana ngobatin pelacur? Dokter nggak bisa ngobatin kalo orang yang diobatinnya aja nggak ketemu. Pelacur susah ditemukan coz:

MASALAH AGAMA. Doktrinasi agama nggak berhasil dengan efektif, coz belum apa-apa pelacur sudah disinisin kalo masuk musola atau kapel. Gimana mereka mau tobat?

MASALAH EKONOMI
Pelacur susah dapet kerjaan, jadi mereka nggak punya mata pencaharian lain. Di pihak lain, pelacur bisa eksis coz permintaan terhadap pelacur selalu aja ada. Sampai ada gurauan, nyari minyak tanah aja susahnya bukan main, tapi mau nyari pelacur lebih gampang.

MASALAH GEOGRAFI. Pelacur yang nyebar di mana-mana akan susah dikumpulin. Mereka nggak terdata, akibatnya susah dibina dan susah diobatin. Apa mereka harus punya KTP alias Kartu Tanda Pelacur supaya gampang didatanya?

Oleh karena itu, apakah bijaksana kalo kita membubarkan Saritem, Gang Dolly, Pasar Kembang, Taman Lawang, dan Red Line? Kenapa kita nggak mikirin sisi positif dari lokalisasi pelacuran? Kalo pelacur-pelacur itu dikumpulin di satu tempat, akan gampang buat kasih mereka pelatihan ini-itu supaya mereka bisa cari pekerjaan lain. Lebih gampang kasih mereka pelajaran agama supaya mereka mau tobat. Dan lebih gampang lagi nyuntikin kuinolon ke badan mereka satu per satu supaya mereka nggak nularin sakit kencing nanah ke konsumen mereka.

Perkara lokalisasi hanya akan melegalisasi akses untuk bikin dosa? Itu harus dibalikin ke konsumen yang make jasa pelacur. Ingat hukum ekonomi. Jasa nggak akan tercipta kalo nggak ada yang butuh. Orang nggak butuh kalo nggak ada alasan. Kenapa orang sampai merasa butuh main sama pelacur? Itu yang harus dipecahkan.

Kita nggak butuh Perda macem-macem buat melarang pelacuran. Itu nggak efektif! Kita cuman butuh sekolah yang memadai supaya penduduk negara kita ini nggak pada nganggur.

Jadi, bagaimana menurut Anda? Apakah pelacuran kudu diboikot, atau lebih baik dibina?

Wednesday, April 1, 2009

Ogah Anjang Sana


Berdasarkan pengalaman gw yang tiap harinya selalu anjang sana ke blog orang-orang, suatu blog bisa dibilang sukses kalo tulisannya berhasil menginspirasi pembacanya. Inspirasi itu bisa berupa:
1. Pembacanya jadi punya sudut pandang baru tentang sesuatu yang ditawarin sang penulis. Misalnya gara-gara penulisnya bilang brutu itu bisa bikin orgasme, orang yang tadinya nggak mau makan bokong ayam itu jadi blingsatan nyari brutu.
2. Pembacanya jadi punya ide baru buat ngembangin yang ditawarin penulis. Misalnya, gara-gara penulisnya nulis korelasi makan brutu dengan orgasme, pembaca jadi kepingin tau bokong hewan-hewan mana lagi yang kira-kira bisa bikin gairah jadi naik itu.
3. Pembaca malah jadi sebal dan memaki-maki si penulis. Pasalnya, setelah penulisnya promosi nutrisi brutu, pembaca yang kerjaannya jual ceker ayam jadi nggak laku!

*Yang gw bingung, Vic, kenapa lu harus kasih bokong ayam sebagai contoh? Orang kan banyak yang nggak suka sama brutu coz mereka kira makan brutu bikin bloon? Apa ini nggak mengindikasikan bahwa lu sedang berusaha memulihkan citra brutu?*

(Nggak, gw nulis ini coz gw lagi depresi lantaran bosen makan ikan haruan tiap hari. Tuhan, kapan sih gw pulang ke Bandung?! Sudah lama gw nggak makan cireng!)

Oke, penting kali ini mengekspos alasan orang, dalam hal ini gw, belum anjang sana juga ke blog Anda. Kebanyakan blogger suka ngeluh blognya kurang trafiklah, kurang komentarlah, padahal mereka udah menghias blog mereka hampir sama serunya seperti menghias pohon Natal. Jadi kali ini gw akan nulis kenapa gw belum datang juga ke blog Anda.

GW NGGA TAU ANDA PUNYA BLOG.
Gimana gw mau ke blog Anda kalo Anda nggak pernah promosi blog Anda? Tulislah URL blog Anda di mana aja: Di bagian bawah e-mail, di profile MySpace, di kartu nama, di curriculum vitae. Kalo perlu, iklanin di koran dan tivi.

GW UDAH KE BLOG ANDA, TAPI NGGA BISA MASUK.
Soalnya blog Anda berat. Berat sama banner-banner iklan, award, dan entah apa lagi. Gw selalu ngukur kalo suatu halaman itu "lola" alias loading-nya lama, blog ini betul-betul ngabisin pulsa internet sia-sia.

GW NGGA TAU BLOG ANDA UDAH DI-UPDATE.
Soalnya blog Anda nggak diprogramin ada feed-nya. Gimana gw tau bahwa Anda kirim tulisan baru kalo pemberitahuannya nggak muncul di feed reader gw? Apa Anda berharap gw mau buka website Anda tiap menit buat tau yang baru?

GW NGGAK NYAMBUNG SAMA TULISAN ANDA.
Gw nggak ngerti, Anda ini ngomongin apa sih? Ntie kalo gw maksa komentar tapi nggak nyambung, dikiranya gw sotoy. Mungkin lain kali aja gw main ke blog Anda lagi, kalo Anda lagi ngomongin topik yang kira-kira gampang dicerna oleh otak gw yang tulalit ini.

TULISAN ANDA BIKIN GW BOSEN.
Apa yang Anda tulis nggak menarik. Setidaknya nggak menarik minat gw buat terus membaca tulisan Anda. Bahkan buat dimaki-maki pun tidak. Jadi Anda ini nulis buat apa sih?

GW UDAH KOMENTAR, TAPI KAYAKNYA KOMENTARNYA NGGAK TERSIMPAN.
Anda nggak bilang bahwa komentar gw sudah tersimpan di kotak moderasi. Gw kirain komentar nggak muncul coz sinyal internetnya mendadak putus.

GW MAU KOMENTAR, TAPI YANG KOMENTAR DI POSTINGNYA UDAH KEBANYAKAN.
Bikin posting itu seperti bikin hajat. Kalo yang komentarnya ada 40 orang, serasa hajatannya didatengin 40 tamu. Pertanyaannya, apa sanggup host-nya ngeladenin 40 tamunya sekaligus? Makanya gw nggak pernah berharap terima komentar banyak-banyak untuk tiap posting gw. Nanti gw malah nggak bisa menikmati apresiasi dari seluruh jemaah gw.

ANDA SOMBONG.
Gw udah satronin blog Anda ampe ratusan kali, tapi Anda nggak kunjungan balik ke blog gw. Apa Anda nggak tau kalo gw masih menganut prinsip orang Timur, kalo dikunjungin tamu kita mesti berkunjung balik? Ya, gw pamrih, apa Anda keberatan?!

Nah, kira-kira itu alasan gw belum berpartisipasi di blog Anda. Ada yang mau nambah daftarnya lagi? Monggo..