Saturday, February 28, 2009

Dikalahkan Alanis


Kolega gw dikalahkan Alanis.
*Alanis yang penyanyi itu?*
(Bukan, Alanis yang jualan martabak.
Ya iyalah, Alanis yang penyanyi. Emangnya ada Alanis yang mana lagi?!)

Kemaren, kolega gw nelfon. Dia kesulitan, lalu minta bantuan gw untuk proyek pimpinannya itu. Karena gw lagi tumben-tumbennya baik hati, ya gw sanggupin aja. Itung-itung, gw bisa dapet penghasilan tambahan. Lumayan, buat beli tiket pesawat. Tapi belum cukup buat beli pesawat.

Nah, setelah pembicaraan singkat padat itu, kolega gw menutup telfon. Klik. Gw terhenyak.

Kok dia nggak bilang terima kasih, sih?

Memang, umurnya kira-kira udah 40-an. Tapi umur segitu belum termasuk faktor resiko buat ngidap penyakit dementia kronis alias pikun.

Lalu gw pikir, dia begitu terpesona sama suara gw yang lembut dan hangat sampai-sampai dia lupa bilang terima kasih. Tapi saat ini gw lagi nggak narsis.

Mungkin dia lupa bilang terima kasih karena ada setumpuk pekerjaan lain yang harus dia lakukan. Misalnya motong sayur, mandiin kucing, menggembala kambing. Tapi seingat gw, kolega gw itu dokter, punya istri, dan nggak punya piaraan binatang. Ah, pokoknya harusnya dia ingat buat bilang terima kasih!

Memang, apa yang ditawarkannya kepada gw itu nggak gratis. Pekerjaannya berat. Bayangin, gw mesti jadi pemeran pengganti sekaligus satpam. Nggak heran, gw minta macem-macem selain gaji. Gw minta makan ditanggung, dan diantar-jemput ke tempat lokasi. Satpam mana coba yang permintaannya semanja gw? Tapi itu masih untung. Gw masih tau diri, nggak kayak Mariah Carey, yang minta kamar tidur hotelnya dihiasin 100 kuntum mawar merah. Gw tau, ngga ada orang jual mawar di Pulang Pisau. Gw juga nggak kayak jin, yang buat melakukan tugasnya minta dibayar pake darah perawan. Gw kan bukan lesbian, nggak mungkin minta darah perawan. Masa' mintanya darah perjaka?

Tapi dengan segala permintaan compliment gw itu, mestinya kolega gw tetap bilang terima kasih.

Apa sih susahnya bilang terima kasih? Cuman dua kata, nggak berat buat diucapin. Alanis Morrissette aja ampe bela-belain telanjang di stasiun kereta api demi nyanyiin lagu terima kasih. Masih ingat lagunya? "Thank you India, thank you terror, thank you disillusionment.. Thank you poverty, thank you consequence, thank you, thank you silence.."

Alanis nggak pernah sekolah tinggi, tapi tau caranya bilang terima kasih. Kolega gw udah lulus sekolah master dari luar negeri, tapi nggak ingat bilang terima kasih.

Jangan ragu-ragu bilang terima kasih, kapanpun, kepada siapapun, untuk sekecil apapun.
Pasienmu memang dikasih obat sama kamu, tapi jangan lupa bilang terima kasih. Coz dari sekian banyak dokter, dia memilih memercayai kamu.
Kamu masuk menara apartemen dan dibukain pintu sama sang concierge, jangan lupa bilang terima kasih. Coz mestinya dia enak-enak duduk di posnya sambil nonton bola di tv yang ditaro di sebelah monitor CCTV, tapi dia malah bukain kamu pintu seolah-olah kamu nggak punya tangan buat buka sendiri.
Kamu dianterin tukang ojek, jangan lupa bilang terima kasih. Masih untung dia nggak jungkalin kamu dari motornya di tengah jalan.
Maaf, gw pake contohnya tukang ojek, yang mungkin nggak relevan buat kalian. Lha nggak mungkin gw pake supir pesawat sebagai contoh, orang gw nggak pernah bilang terima kasih sama pilotnya. Gw nggak bisa bedain yang mana pilot, yang mana pramugara. Abis dua-duanya tegap-tegap dan ganteng-ganteng..:$ Wuih, apalagi kalo yang jadi pilotnya Tom Cruise, Val Kilmer, atau Anthony Edwards di Top Gun, aih..maulah gw dikawinin sama mereka! (Dasar, hasrat jadi istri pilot nggak kesampaian..)

Teman-teman, makasih udah dateng ke blog gw..:)