Suatu hari saya lagi di sebuah tempat umum. Seorang ibu muda, mungkin umurnya belum 35 tahun bawa bayi. Si bayi tahu-tahu nangis keras, lalu ibunya buru-buru ngegendong bayi itu, kemudian dia buka kancing bajunya, sehingga semua orang bisa lihat puting susunya yang segede-gede gaban.
Itu pertama kalinya saya lihat alat kelamin orang yang bukan sodara saya, dan pemandangan itu bikin saya terguncang. Saya waktu itu belum jadi mahasiswa kedokteran. Dan saat itu saya baru belajar bahwa, mungkin sebenarnya aurat itu bukanlah sesuatu yang haram untuk ditunjukin ke khalayak ramai kalau urusannya sudah menyangkut menyusui bayi.
Saya pulang ke rumah dan saya ceritakan peristiwa itu ke nyokap. Lalu jawab nyokap saya jawab, “Yah, itulah pengorbanan seorang ibu. Demi anaknya dia terpaksa buka baju di depan umum.”
Saya jadi termenung-menung, apa betul ibu itu harus siaga menyusuin anaknya 24 jam? Belum ngomongin ibu yang lagi kerja kantoran lho, gimana kalau kita bicara tentang ibu-ibu yang lagi nawar ikan di pasar, atau ibu-ibu yang lagi makan burger di restorannya si kribo merah Ronal, kalau bayinya tahu-tahu minta nyusuin, apakah si ibu terpaksa nolak nyusuin gara-gara dia ada di tempat umum? Lha mosok gara-gara dia mesti siaga nyusuin bayi lantas dia jadi nggak bisa pergi ke mana-mana? Alangkah tidak adilnya buat si ibu. Ibu kan juga manusia, meskipun dia menyusuin, kan dia juga kepingin jalan-jalan ke mal berburu Mango dan Zara.
Begitulah tempat umum seharusnya, ramah kepada semua orang yang kepingin jalan-jalan dengan nyaman, termasuk juga buat ibu dan bayi. Foto ini saya ambil pas lagi nongkrong di sebuah mal prestisius di Bandung Selatan. Gimana dengan kota Anda? Mal mana aja di kota Anda yang juga nyediain ruangan khusus buat ibu dan bayi?