Saturday, April 23, 2011

Investasi Anti Tulang Keropos

Keinginan kita buat nari tango atau sekedar bisa gendong cucu saat kita sudah uzur nanti bisa buyar kalau tulang kita keropos. Gejalanya biasanya nggak terlalu terasa, paling-paling sakit punggung atau terasa nyeri kalau lagi mulet-mulet. Lama-lama badan mulai bongkok sampek-sampek kalau jalan kayak orang menghormat terus.

Tulang keropos ini, atau kaum saya menyebutnya osteoporosis, adalah konsekuensi normal pada perempuan yang menua. Ketika perempuan berhenti mens di usia senja, hormon estrogen yang dimiliki perempuan pun menipis, padahal estrogen ini perlu buat bikin tulang. Akibatnya tulang perempuan tua jadi lembek, lama-lama keropos dimakan waktu, sehingga perempuan tua jadi sering sakit punggung dan bongkok.

Perempuan makin dekat dengan osteoporosis kalau mereka biasa pakai obat-obatan steroid sewaktu muda. Steroid ini biasa dipakai dalam berbagai bentuk, misalnya berupa obat penyakit lupus, atau obat rutin untuk penderita asma, atau yang paling sering, disisipkan secara diam-diam dalam jamu-jamu tradisional.

Osteoporosis nggak bikin tewas, coz penyakit ini cuman menyerang tulang, dan nggak ada sejarahnya orang bisa meninggal cuman gara-gara tulang keropos. Tapi nyeri punggung yang terjadi karena osteoporosis ini, sakitnya ampun-ampunan, bikin penderitanya bolak-balik ke dokter. Obat antinyeri paling manjur saat ini dibanderol dengan harga Rp 9k/kapsul, dengan catatan kapsulnya diminum sekali sehari. Taruhlah nyeri punggung osteoporosis itu terjadi setiap hari, maka sebulan harus minum 30 kapsul, jadi biaya yang dikeluarin ialah 30 x Rp 9k = Rp 270k. Bayangin, sudah pensiun masih harus bayar Rp 270k setiap bulan cuman buat ngilangin sakit punggung? Dan punggungnya tetap bongkok, jadi nggak bisa dipakai buat gendong cucu?

Sebenarnya osteoporosis ini bisa diantisipasi sekiranya kita mau nabung cadangan kalsium sebelum tua. Caranya simpel, cukup minum susu yang mengandung kalsium setiap hari. Saat ini susu kalsium jamak ditemui di mini-minimarket sebelah rumah, dengan beragam merk dan bahkan ditambahi perasa macem-macem, seperti rasa cokelat sampek rasa peach. Harganya memang terbilang mahal kalau dibandingin susu bubuk yang biasa kita minum waktu kita masih cilik dulu, coz dengan asumsi harga sekitar Rp 25k untuk 250 gram yang dihabiskan dalam dua minggu, berarti sebulan kita mesti merogoh kocek sebanyak Rp 50k untuk minum susu kalsium.

Keluhan paling sering tentang susu kalsium sebenarnya bukanlah tentang harganya, tetapi lebih karena keluhan eneg sampek mencret-mencret kalau minum susu apapun. Biasanya ini terjadi pada orang yang nggak biasa BELI susu, atau orang yang waktu bayinya memang jarang disusuin ibunya. ASI berkontribusi banyak untuk sistem kekebalan dalam perut bayi, sehingga bayi nggak gampang mencret bahkan hingga dewasa.

Memang saat kita muda begini, belanja susu kalsium sebanyak Rp 50k sebulan mungkin cukup nyekek leher. Tapi kalau membayangkan biaya Rp 270k untuk ngobatin sakit punggung di usia tua akibat kurang kalsium nanti, duit yang dikeluarin buat beli susu kalsium seolah-olah nggak ada apa-apanya. Setelah tua nanti badan kita pasti akan kekurangan kalsium, karena normalnya memang begitu. Tinggal masalah apakah kita mau nabung kalsium untuk masa depan atau tidak. Bayangin, kalau kepala kita nanti sudah beruban, tapi kita masih bisa jalan-jalan ke sana kemari dengan punggung tegak, bisa senam Taichi, bisa gendong cucu, tidakkah itu sangat menyenangkan?

Gizi di masa muda, adalah investasi yang sangat gampang untuk kesehatan di masa tua.

Saya memotret susu yang saya bikin pagi ini, dalam mug yang dikirim oleh pemilik blog Gerhana Coklat. (Yeaah..Julie, ini iklan gratis!) Gambar-gambar lainnya diambil dari sini dan sini.