Saturday, April 16, 2011

Review Film "Tanda Tanya": Apa Itu Murtad?

Sebab, untuk menjadi orang baik itu, tidak harus selalu dengan menjadi orang Islam.

Pernahkah kamu hidup di lingkungan yang serba paradoks? Sewaktu kamu merasa berada di jalan yang baik, tetapi orang lain bilang kamu di jalan yang salah? Atau ketika kamu memilih sesuatu, tapi orang yang kamu sayangi nggak mendukung pilihan kamu? Atau kamu selama ini diajari sesuatu, tapi ajaran itu nggak sesuai dengan kata hati kamu?

Film “Tanda Tanya” alias “?” yang digarap Hanung Bramantyo ini bercerita tentang paradoksitas itu. Dengan setting daerah kumuh yang masyarakatnya keras, film ini bercerita tentang tokoh-tokohnya yang punya konflik dengan latar belakang agama berbeda-beda. Ada Menuk (Revalina Temat), muslimah yang sudah lama bekerja jadi pelayan di rumah makan Cina milik Tan Kat Sun (Hengky Solaiman). Kat Sun dan istrinya sangat sayang pada Menuk, tetapi Menuk dimusuhi oleh Ping Hen alias Hendra (Rio Dewanto), anak Kat Sun.

Menuk sendiri punya suami bernama Soleh (Reza Rahadian), aktivis mesjid yang pengangguran. Soleh merasa nggak punya harga diri, lantaran merasa nggak bisa memenuhi kewajiban sebagai laki-laki, dan semakin minder pula karena Menuk bisa memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari hanya dengan jadi pelayan di restoran yang menjual babi.

Kat Sun sendiri adalah penganut Kong Hu Cu yang sangat taat. Ia sedih karena Hendra nggak mau sembahyang, padahal Hendra adalah anaknya satu-satunya yang diharapkan mewarisi restorannya. Hendra sendiri pengangguran, yang dimusuhin masyarakat sekitar (terutama Soleh) karena dia keturunan Cina. Sebetulnya Hendra kepingin bikin restoran itu lebih maju, tapi dia nggak percaya dengan cara Kat Sun mengelola restoran. Kat Sun memaksa semua alat masak dipisahkan antara untuk daging babi dan non-babi. Padahal, biarpun sudah dipromosikan oleh Menuk yang sehari-harinya selalu pakai jilbab, restoran itu dijauhin masyarakat muslim lokal lantaran prasangka masyarakat bahwa setiap restoran Cina itu pasti jual babi semua.

Tetangganya adalah Rika (Endhita), janda beranak satu yang baru masuk Katolik. Rika
harus menghadapi anak laki-lakinya, Abi (Baim), yang malu digosipin karena Rika pindah agama, sedangkan Abi bocah muslim tulen. Padahal Rika masih rajin jemput Abi sepulang mengaji di mesjid, dan Rika masih demen ngajarin anaknya itu baca doa Arab sebelum makan.
Rika sendiri pacaran dengan Surya (Agus Kuncoro), aktor yang selama 10 tahun cuman jadi figuran dan terpaksa tinggal di mesjid gara-gara nggak bisa bayar sewa pada ibu kost yang berkerudung dan nyinyir.
Sewaktu paroki di gerejanya Rika mau bikin acara drama tentang penyaliban Yesus, Rika ngajak Surya ikutan casting, dan ternyata Surya yang berjenggot tebal itu malah lulus buat memerankan Yesus. Surya kebingungan karena takut dikira murtad gara-gara masuk gereja, tapi yang juga nggak kalah sedih, sebagian jemaah gereja nggak suka Surya memerankan Yesus karena Surya beragama Islam.

Saya dan my hunk nonton film ini kemaren, dan tidak bisa bilang apa-apa selain menyatakan bahwa film ini bagus banget.
Saya ketawa ngakak pada waktu adegan Surya latihan pura-pura jadi Yesus di tempat wudhunya mesjid, dan salah tingkah sewaktu ketangkap basah oleh ustadznya (David Chalik). Terharu lihat Kat Sun ngamuk pada Hendra gara-gara Hendra memaksakan restorannya buka pada H+2 Lebaran, dan berteriak, “Bisnis itu bukan cuman sekedar nyari untung! Tapi...” Adegan ngamuk itu terpaksa buyar gara-gara Soleh dan teman-temannya sesama aktivis mesjid menyerang dan menghancurkan restoran itu karena dianggap nggak menghormati karyawannya (maksudnya Menuk, istrinya Soleh) yang masih berlebaran. Dan kasihan sewaktu Rika mencoba nelfon nyokapnya untuk bilang bahwa dia sudah dibaptis dengan nama Theresia, dan nyokapnya langsung mutusin telepon..

Film ini juga menyiratkan banyak ironi. Pemuda-pemuda yang sehari-harinya berkumpul di mesjid, ternyata di pasar malah menjelma menjadi preman yang memaki-maki Tionghoa. Ketika ada acara perayaan malam Natal, Menuk dengan jilbabnya malah ngurusin pembagian konsumsi di gereja. Dan Rika ternyata merasa lebih damai dengan menjadi Katolik, padahal dulunya Rika pakai jilbab.

Biarpun ini film serius, tapi ending-nya nggak terlalu mengecewakan. Banyak paradoks yang terjawab di akhir film. Kenapa Kat Sun sayang pada orang-orang yang beda agama, meskipun orang-orang itu nggak balas menyayangi Kat Sun. Kenapa saat pendeta minta Rika menulis arti Tuhan, Rika malah menuliskan ke-99 nama Asmaul Husna.
Kenapa Soleh dan Hendra saling membenci, dan ternyata bukan sekedar karena permusuhan sengit antara para aktivis mesjid dan keturunan Tionghoa.

Dengan sinematografi yang ciamik dan pemain-pemain yang irit make-up, “Tanda Tanya” menjadi film yang layak banget buat ditonton. Bikin penontonnya jadi mikir ulang, bahwa ternyata murtad dan sesat itu jauh banget bedanya. Glenn Fredly juga ikutan tampil lho di sini, nggak cuman sekedar jadi cameo tapi ikutan bikin penonton geregetan sama karakternya. Dan pada akhirnya, setelah saya nonton ini, saya pun dapet satu kesimpulan: Ternyata, definisi baik itu sangat relatif. Dan, untuk menjadi orang baik itu, nggak selalu harus dengan jadi orang Islam..