Monday, March 24, 2014

Buzzer Gadungan

Ketika gadget dicuri, ternyata nggak cuman barang yang dirampas, tetapi identitas juga ikutan dirampas.

Kakak saya kemaren tiba-tiba kirim pesan ke saya, tanya apakah saya pernah bikinkan account Twitter atas nama dirinya atau enggak. Soalnya dos-q gaptek dan nggak pernah Twitter-an. Saya sendiri sempet bikinkan dos-q account Line beberapa bulan lalu supaya dos-q punya media messenger pelipur stress.

Tentu saja saya nggak bikinin dos-q account Twitter. Kakak saya, sebut aja namanya Alexis, heran karena ada account atas nama dirinya, sebut aja @AlexisSissy, dan bikin pake e-mail-nya kakak saya.



Saya buka profil @AlexisSissy itu dan ketemu sebuah account yang foto profilnya adalah seorang cewek a-be-geh. Dia baru nge-tweet sekitar dua-tiga hari. Tweet-tweet-an-nya nge-follow account @infobogor. Follower-nya sekitar 40-an dan dia sendiri follow sekitar 70 orang.

Saya iseng buka follower-nya yang dos-q follow juga satu per satu. Rata-rata yang temenan sama si @AlexisSissy ini adalah orang Sukabumi, dan juga masih a-be-geh unyu-unyu gitu. Otak matematik saya nggak sengaja nemu bahwa ternyata temen-temennya juga nge-follow 40-an dan mereka juga follow sekitar 70 orang. A-ha. Angka yang menarik.

Tahu yang menarik lagi? Rata-rata mereka juga baru nge-tweet sekitar 2-3 hari. A-ha kedua. Ada wabah apa di Sukabumi kok sekitar 30-an orang rajin nge-tweet?

Teruus..hampir tiap orang punya tweet yang sama, me-retweet bahwa di Sukabumi akan ada festival nge-band yang diselenggarakan oleh sesuatu bernama WBMusic. A-ha ketiga!

Saya lalu menginterogasi kakak saya, menuduhnya bahwa kakak saya telah memberikan akses password e-mail-nya ke seseorang yang tinggal di Sukabumi. Orang itu telah memakai e-mail kakak saya untuk bikin account Twitter.

Kakak saya nyumpah-nyumpah bahwa dos-q nggak kenal siapapun yang tinggal di Sukabumi. Kakak saya itu tinggalnya di Malang, beda jauh kan? Oke, saya percaya. Lalu saya lemparkan tuduhan konyol berikutnya. Kakak saya pasti pernah nulis password e-mail-nya di komputer umum, lalu melakukan sesuatu yang tidak sengaja nyimpan password itu, kemudian komputer publik itu dipake seseorang yang nggak bertanggung jawab sehingga ia bisa mengakses e-mail kakak saya.

Lalu kakak saya melemas. Mendadak dos-q teringat leptopnya yang dicuri setahun lalu..
Saya tepok jidat.

Dos-q udah mengikhlaskan leptopnya. Tapi dos-q nggak ngira bahwa suatu pencurian leptop bisa berakibat penjebolan password e-mail juga.

Untuk mengakhiri polemik ini, saya memutuskan untuk melakukan beberapa tindakan pengamanan:
1. Saya masuk ke e-mail kakak saya, lalu dengan e-mail tersebut, saya masuk ke account Twitter gadungan yang mengatasnamakan kakak saya itu. (Saya yakin di Sukabumi nggak ada anak alay bernama @AlexisSissy. Dan follower-follower-nya itu juga pasti palsu semua.) Lalu saya bilang ke Twitter bahwa password Twitter saya ilang dan saya mau ganti password. Setelah saya berhasil bikin password Twitter yang baru, saya pun deaktivasi account itu. Seraya melapor bahwa account tersebut palsu.
2. Saya suruh kakak saya ganti password e-mail-nya.

Ada bermacam-macam kehilangan yang bisa terjadi di dunia itu, mulai dari kehilangan barang sampek kehilangan keluarga yang dicintai. Semua itu bisa diganti atau direlakan. Tetapi yang sulit dipulihkan adalah kehilangan identitas.

Kadang-kadang kita nggak sengaja nyimpen password kita di browser leptop. (Sering kan ada penawaran save password pada browser?) Maksudnya supaya lain kali kalau kita ketik username kita, maka password akan nongol sendiri tanpa kita ketikkan. Suatu hari, leptop itu dicuri. Maka orang jahat bisa membuka browser kita, dan nemu password e-mail kita. Karena alamat e-mail adalah sumber dari segala akses kita terhadap social media, maka dengan gampang dos-q bisa bikin account di media apapun atas nama kita. Iya kalo cuman ngaku-ngaku identitas kita di komunitas anak alay pecinta musik melayu, lha kalau bawa-bawa identitas kita buat masuk klub sex party online?
http://laurentina.wordpress.com
http://georgetterox.blogspot.com