Tuesday, June 21, 2011

Tetangga yang Iri


Sebenarnya nggak maksud bikin diri nampak sombong, tapi yah, kadang-kadang ada aja orang yang mengira diri kita begitu.

Seorang kolega saya, sebut aja namanya Aretha, mengeluh ke saya bahwa dia malu lantaran dia dikata-katain sama temennya. Jadi, temennya itu bilang ke Aretha, nggak tau persisnya ngomongnya gimana, yang intinya adalah Aretha kebanyakan gaya di Facebook-nya semenjak masuk sekolah spesialisasi kami. Indikasi “kebanyakan gaya” ini adalah foto-foto yang rajin ter-update di profil Facebook-nya Aretha akhir-akhir ini, yang intinya menggambarkan kehidupan baru Aretha di Surabaya, yang tentu saja beda jauh dengan kehidupan lamanya di kampung halamannya di penghujung Sumatra sono. Oh ya, tentu aja temennya yang ngomong gini ini adalah temen Aretha di kampung halamannya.

Ada banyak alasan orang lain untuk iri kepada kita. Entah karena kita memenangkan sesuatu, atau mungkin hanya sekedar karena kita lebih keren. Tapi kita tidak pernah harus bertanggung jawab atas rasa iri orang lain kepada kita.  Gambar: http://metro.co.uk

Oh dear, ini adalah topik yang sangat maha nggak penting. Siapa peduli sih kalau ada temen yang iri?

Yah, tapi Aretha jadi sungkan sama temen-temen lamanya, yang tentu aja masih berhubungan dengannya via Facebook dan SMS. Kesannya, semenjak masuk sekolah spesialisasi di Jawa, dia kayak Bimbi gitu lho.. “Bimbii..tidak ingat lagi kampungnya.. huowoo.. Bimbi..tidak kenal lagi sodara.. oh, oh, oh..” *Ini Vicky lagi nyanyi, nggak usah tutup kuping.*

Lalu, sebenarnya, karena saya tahu Aretha itu gaptek setengah mampus, jadi dia jarang ng-upload fotonya sendiri ke Facebook. Hanya kalau dia lagi sangat senang sekali, dan itu sangat jarang. Sisanya, kalau sampek foto-fotonya di Facebook-nya itu bejibun, itu bukanlah dirinya sendiri yang masang, tapi karena kolega-koleganya yang nge-tag foto-foto itu atas nama dia. Memang di sekolah baru kami, teman-teman sepermainan kami adalah orang-orang narsis yang banci kamera. Dikit-dikit senengnya foto rame-rame, terus di-upload ke Facebook, terus di-tag ke setiap orang yang ada di dalam foto itu. Nggak heran profil kita semua penuh dengan foto-foto kita semua yang narsis. Yaah..biasalah, saya rasa kebanyakan orang juga gitu, lha emangnya kalian enggak kayak gitu, Sodara-sodara Jemaah?

Rasa dengki itu alamiah, khas kanak-kanak. Jadi kalau kita tukang ngiri, berarti sikap kita masih kayak anak kecil. Gambar: http://hubpages.com
Tentu saja kita sering lupa bahwa di dunia ini temen-temen kita nggak cuman orang-orang narsis yang seneng foto-fotoan, tapi ternyata masih ada temen-temen kita yang jarang banget fotonya ter-update di dunia maya. Kita lupa rasanya berada di sepatu golongan yang nomer dua itu, yang kehidupannya begitu-begitu aja (sinonim dari “monoton”), sehingga bikin dirinya jadi merasa terintimidasi kalau ngeliat news feed teman-temannya yang kehidupannya nampak dinamis. Maka reaksi normalnya adalah dia jadi “berteriak” kepada temannya yang lebih dinamis itu, “Heh, lu nggak usah keseringan update ‘napa, gaya banget sih lu semenjak masuk sekolah lagi..”

Padahal kalau dipikir-pikir, si teman yang iri itu sebetulnya lebih beruntung, tergantung dari sudut pandang mana ngeliatnya. Coba bayangin, si teman yang iri itu kan dokter umum, di pelosok barat sono, enak dia tinggal duduk di ruang prakteknya dan dapet penghasilan mengalir ke dompetnya setiap hari. Lha kami-kami yang sekolah spesialisasi ini, udah disuruh ngobatin pasien seabrek, nggak dapet bayaran pula selama lima tahun. Bandingkan, sesudah lima tahun, dokter umum yang berpraktek seharusnya sudah bisa bayar umroh sendiri. Tetapi dokter umum yang bersekolah untuk menjadi dokter spesialis, uang tabungannya akan habis untuk bayar biaya sekolahnya selama lima tahun itu, dan setelah lulus maka dia akan memulai karier dari nol sebagai pengangguran. Jadi ya mestinya nggak usah ngiri lah..

Jadilah seperti si Untung Angsa. Yang tidak pernah peduli kalau dia punya sepupu yang iri. Gambar: http://cbarks.dk
Tapi tentu saja, teman yang iri itu nggak bisa dihindarin, coz memang kita nggak selalu bisa milih dengan siapa kita ingin berteman, ya toh? Jadi ini tip-tipnya buat menghadapi teman yang iri:
1.    Teman yang iri, biasanya karena dia melihat kita nampak lebih “beruntung”, jadi dia merasa “ditinggalkan”. Kuncinya, rangkul dia supaya dia nggak merasa ditinggalin. Misalnya, kalau dia update status, tinggalkanlah komentar. Atau sesekali tulislah sesuatu di wall-nya. Buat dia merasa eksis!
2.    Kalau pulang kampung, adakan reuni kecil-kecilan dengan si Iri. Bawakan oleh-oleh, ajak dia makan makanan kesukaan di warung tempat kita sering nongkrong jaman dulu. Supaya kita keliatan seperti “Bimbi”.
3.    Kalau dia masih ngiri juga ke kita seperti Donald Duck cemburu sama si Untung Angsa, ya udah..cuekin aja! Emangnya temen cuman dia doang? Bilang ke dia, “Suruh siapa hidup lu ngebosenin? Wake up and get a life!”