Wednesday, June 22, 2011

Yang Penting, Dapet Kursi Duluan

"Perhatian, perhatian! Kereta dari Surabaya akan tiba di Jalur 5! Bangku-bangku harap disingkirkan!"

Dengan audisi macem begitu, sekarang saya ngerti kenapa saya nggak lolos seleksi jadi mbak-mbak yang bertugas di bagian pengumuman stasiun kereta api.

***

Stasiun Jombang adalah stasiun yang letaknya sekitar kilo di sebelah barat daya Surabaya. Meskipun nggak segede Gubeng atau Tugu, tapi stasiun ini juga nggak kecil-kecil amat. Ada peron, ada tempat duduk buat penumpang atau sekedar pengunjung yang nganter/njemput penumpang.

Dan seperti stasiun-stasiun umumnya, pengunjung non-penumpang yang masuk peron pun kudu bayar. (Ada yang tahu kenapa? Memangnya peron itu tempat wisata ya, kok harus bayar?)

Dengan adanya ketentuan bayar itu, maka praktis di peron disediakan tempat duduk dong. Tapi kenapa kok orang-orang di foto ini malah berdiri di pinggir rel?

Ketika saya noleh ke peron, ternyata di peron banyak tempat duduk kosong. Jadi saya bingung. Logika saya, sebagai perempuan yang males berdiri dan lebih suka duduk (pantesan dirimu agak menggemuk, Vic!), saya lebih seneng nunggu sembari duduk di peron. Di peron kan teduh, ada atapnya, nggak usah panas-panasan kayak orang-orang ini. Apakah mungkin tempat duduk di peron ada permen karetnya?

Apakah orang-orang ini kepingin foto-fotoan deket kembang, sehubungan di antara rel ini terdapat pot kembang yang cukup ciamik? Tapi cara berdiri mereka tidak menunjukkan gelagat orang yang mau foto-fotoan.

Atau mungkin, mereka nunggu di pinggir rel, supaya kalau keretanya dateng, mereka bisa naik dan cepet dapet tempat duduk enak. Serasa nungguin bis DAMRI aja..

Padahal, mestinya rel adalah daerah yang steril. Nggak boleh ada manusia di situ. Soalnya kalau ada yang teledor, bisa-bisa kereta nyerempet orang yang dengan pe-de-nya nongkrong di rel tanpa waspada. Saya sendiri udah pernah ngotopsi orang yang keserempet kereta dan kepalanya tinggal 3/4.

Kita nggak bisa bilang, jumlah polisi stasiun nggak cukup buat melarang-larang penumpang ngetem di rel. Ya penumpangnya yang kudu waspada dan sayang nyawa. Kalau penumpang kepingin dapet tempat duduk yang enak, ya semua orang kudu bayar tiket dan kereta cuman boleh memuat penumpang sesuai kapasitas yang udah ditentukan. Mestinya dibikin jalur antrean, dan jalur ditutup kalau kapasitas kereta sudah terisi pas, macem naik busway gitulah.

*Halah, Vic, diamlah kamu. Kamu kan nggak pernah naik kereta tarif ekonomi yang penumpangnya berjubel nggak jelas itu, makanya nggak pernah terpaksa mesti ngetem di pinggir rel..*
http://laurentina.wordpress.com
www.georgetterox.blogspot.com