Sunday, May 11, 2014

Es Krim Gratis Pun Bubar

Sedianya hari ini mestinya saya ngikut pembagian es krim gratis yang dihelat oleh Wall’s di Taman Bungkul, Surabaya. Tapi pagi ini saya malah nyantol di taman dekat rumah mertua, niat awal mau jogging tapi malah berakhir dengan berburu motret burung hantu.

Semenjak kemaren my hunk dapet gosip dari temen-temennya bahwa Wall’s mau bagi-bagi es krim gratis hari ini pada car free day di Taman Bungkul. Nggak cuman di Surabaya, tapi di delapan kota lainnya di Indonesia (salah satunya di Bandung, lainnya nggak tahu di kota mana aja). Saya berencana ke sana sih.
Tapi sejak seminggu yang lalu saya udah niat pagi ini mau ke acara World Veterinary Day yang diadain anak-anak mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan-nya Universitas Airlangga di taman dekat rumah mertua. Yang menarik, di sana ada pemeriksaan gratis buat hewan-hewan piaraan oleh dokter hewan. Saya pun tertarik kepingin meriksain diri sendiri nonton, coz saya belom pernah lihat cara kerja dokter hewan. Bosen ah lihat diri sendiri meriksa manusia melulu, sekali-kali dong ah lihat sejawat lain meriksa makhluk lain.

Ternyata yang terjadi, di sana rame dengan komunitas satwa pamerin piaraannya, mulai dari piara ular sampek burung hantu. Jadilah saya motret-motret buat nanti dipamer-pamerin di Instagram. Keasikan motret, kok lama-lama hari sudah siang. Saya mbatin, kalau sesiang ini saya maksa ke Taman Bungkul pasti nggak kebagian parkir enak. Maka rencana nyambangin acara bagi-bagi es krim gratis pun batal.

Walikota turun sendiri ke taman untuk memunguti tanaman-tanaman yang rusak diinjak-injak pemburu es krim gratis.
Gambar diambil dari sini
Siangnya, kami baca berita dari teman-teman kami bahwa ternyata pembagian es krim oleh Wall’s itu dibubarin oleh Walikota. Acara pembagian es krim yang baru bermodalkan dua freezer itu disuruh gulung tikar, gegara Walikota ngamuk lihat penduduk begitu rusuh berebut es krim sampek nginjek-nginjek tanaman di Taman Bungkul. Konon gegara chaos penduduk itu, tanaman-tanaman di Bungkul sampek rusak semua.
Taman Bungkul rusak diinjak-injak pengunjung berbaju merah yang berebut es krim gratis.
Gambar diambil dari sini.

For your information, semenjak Tri Rismaharini terpilih jadi walikota, Surabaya memang beken sebagai kota yang banyak tamannya. Taman kota di sini cakep-cakep, dan penduduk sering banget rekreasi ke taman meskipun cuman buat duduk-duduk doang. Risma sendiri juga bukan jenis pejabat tipikal Indonesia yang parlente dan tukang nyuruh-nyuruh dari balik meja, dos-q adalah pejabat yang sering turun sendiri ke lapangan dan nanem taneman pake tangannya sendiri yang jarinya gemuk-gemuk kayak petani itu. Taman Bungkul adalah hasil karyanya, dan berita bahwa taman ini sudah menang sebagai salah satu taman kota paling keren di Asia sudah sering bolak-balik nongol di internet sampek saya bosen bacanya.

Saya, yang semula kecewa karena pagi ini gagal ke pembagian es krim gratis, jadi bersyukur karena batal pergi. Ternyata, (yang nggak terdengar oleh gosip dari teman-teman my hunk kemaren) pembagian es krim cuman berlaku buat pengunjung yang dateng pake baju merah. Dan hari ini saya jogging pake baju warna pink pupus, hihihi..

Lagian saya sudah mulai bosen kalau buat dapet es krim gratis aja harus berebutan gitu. Mungkin karena umur saya udah mulai tua saya udah mulai sok jual mahal saya bosen terlibat dalam sensasi ngejar gratisan semenjak saya berburu kopi gratisan pasca pemilu kemaren. Cuman es krim aja kok ribut padahal saya bisa bikin sendiri di rumah. Tapi entahlah kalau yang dibagiin gratis itu reksadana atau surat kepemilikan rumah, hahaha..
Ini untung cuman tanaman yang rusak terinjak-injak gegara chaos kecil. Lha kalau yang terinjak-injak itu manusia?

Sekedar info, sekitar tahun 1998-1999 empat orang pernah meninggal dalam sebuah acara meet n greet sebuah band mancanegara di Jakarta. Penyebabnya ternyata gegara panitianya nggak ngatur jalur pintu masuk dan pintu keluar yang cukup untuk seluruh penonton, sehingga penonton nggak tertib dan berebutan melalui akses yang sempit. Empat orang meninggal dalam chaos itu cuman gegara terinjak-injak. Kasihan banget.

Sebetulnya manajernya Unilever Indonesia sudah angkat bicara soal kerusuhan di Bungkul ini. Bilang bahwa mereka sudah kordinasi dengan Polda dan Dinas Pertamanan. Mereka siap ganti rugi untuk kerusakan yang timbul. 

Saya nggak bisa ngitung berapa lama tumbuhnya tanaman yang bisa ditanam kembali oleh Unilever untuk menggantikan tanaman yang rusak. Tapi saya menyeringai Unilever harus mengurangi laba mereka tahun ini untuk bayar denda gegara chaos pagi ini. Moga-moga harga sahamnya jadi turun, sehingga para penggila pasar modal pun bisa beli, hihihi..

Kalian jemaah blog saya yang budiman, kalau ditanggap disuruh jadi event organizer, pastikan bahwa kalian bisa menanggung pengunjung yang dateng. Supaya acara yang mestinya untuk mempromosikan brand itu, nggak sampai berubah jadi kerusuhan yang merusak. Menyediakan jumlah petugas keamanan yang cukup, izin bising ke kepolisian, bikin jalur dari pita, itu penting lho. Bukan nggak memercayai pengunjung buat tertib. Tapi masalahnya:

nggak semua orang cukup cerdas untuk sudi mengantre. Atau minimal, cukup cerdas untuk tidak menginjak rumput yang ditanam pakai pajak rakyat.

Akhirul kata, saya mau ngutip komentar dari temen-temen saya yang ribut ngomongin kerusuhan itu di socmed. “Kalau mampu beli es krim di toko, mending nggak usah ikut-ikutan berburu es krim gratis deh. Kayak yang nggak punya duit aja.”

Err..sebetulnya bukan es krimnya kan yang diburu. Tapi sensasi cari gratisannya itu kan yang diinginkan orang-orang, hihihi..