Saturday, March 28, 2009

Keringat Tak Berujung


Hai jemaah! Tau kan nanti malem ada Earth Hour?
Tau dong ya, kalo Anda nggak tau, berarti Anda nggak gaul! Earth Hour adalah kegiatan solidaritas sedunia untuk merenungi akibat pemborosan listrik. Caranya, di mana pun Anda berada, mau di Pasuruan, mau di Banjarbaru, mau di Sentani, bahkan kalo Anda di Barcelona sekalipun, antara jam 8.30-9.30 malem waktu tempat Anda, matikan listrik. Cukup satu jam aja, nggak usah lama-lama. Dan selama satu jam itu, kerasa kan, betapa susahnya kita kalo nggak ada listrik? Makanya, jangan buang-buang listrik kalo nggak perlu-perlu amat.

Sabda Little Laurent:
*Hm, Vic..kita nggak perlu ikut Earth Hour itu kan? Tanpa ada acara itu pun, kita udah dipaksa ikut Earth Hour tiap minggu. Seminggu bisa 3-4 kali! Malah, jamnya nggak cuma sejam, tapi lamaa..dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore!*

(Itu bukan Earth Hour, Jeng. Itu namanya pemadaman lampu bergilir!)

Di sebuah kabupaten yang nggak usahlah gw sebutin namanya, ada sebuah kantor milik pemerintah yang sebut aja namanya Dinas X.

Kantor ini gedungnya masih baru. Catnya masih cemerlang. Atapnya belum ada yang bocor. Maklum, baru diresmiin beberapa bulan.

Tapi cobalah tengok ke dalam. Anda bakalan nemu pegawainya kipas-kipas coz nggak tahan panas. Mungkin Anda bakalan terheran-heran, kenapa mereka nggak pasang AC? Jangan ucapkan pertanyaan itu keras-keras, bisa-bisa Anda dilemparin kayu ulin. Di sini nggak ada listrik!

Jemaah, bisakah Anda percaya bahwa sebuah kantor Dinas X milik Pemerintah tidak dialirin listrik? Aneh, tapi ini nyata, Jemaah..

Padahal, di sebelah lingkungan kantor Dinas X itu, berdiri markas Polres kabupaten itu. Dan tentu saja kantor polisi itu dialiri listrik. Kalo kantor polisi ikut gelap gulita, bisa-bisa polisinya nggak ngeh kalo ada maling nyatronin kantor polisi.

Kenapa PLN mau menyapa kantor polisi tapi nggak menyapa kantor Dinas X? Begini lho..kabupaten ini kan baru berkembang. Listrik ditonggakin pertama-tama di pusat ibukota kabupaten dulu. Dengan adanya rencana pelebaran kota, maka perlahan-lahan dibangun tiang-tiang listrik ke pinggiran kota. Dulu, pinggiran kota cuman mencakup sampai kantor Polres, makanya listriknya juga cuma sampai ke situ. Tapi sekarang bupati mau kota dilebarin lebih jauh dari titiknya kantor polisi itu, dan di arena pelebaran itu dibangun kantor-kantor baru untuk dinas-dinasnya Pemerintah Daerah, salah satunya ya kantor Dinas X itu.

Ketika gedung kantornya udah jadi, para pegawai Dinas buru-buru disuruh pindah ke situ. Maksudnya supaya area itu mulai rame. Tapi sialnya, pembangunan gedung baru itu nggak dibarengi pembangunan tiang listrik!

Supaya kantor Dinas X itu ketiban listrik, solusinya panjaangg..banget. Dinas X mesti ngajuin anggaran listrik dulu ke instansi di atasnya. Nanti anggaran dipelajari di tingkat atas, lalu nunggu ACC. Kalo anggaran udah turun, baru Dinas X ngajuin permohonan ke PLN Ranting lokal supaya daerahnya dialirin listrik. Dan tunggu sampai PLN setuju buat bikin tiang listrik di situ. Padahal mana ada sih bikin tiang listrik cuman buat satu-dua gedung aja? Nggak efisien dong, PLN pasti maunya tunggu sampai daerah itu banyak gedung penghuni supaya penggunaan listriknya lebih efisien kan?

Ya lama dong nungguin sampai anggaran ACC kayak gitu. Akibatnya, untuk sementara ini, pegawai-pegawai terpaksa bawa genset sendiri buat nyalain kipas angin portabel di kantor itu. Solar buat nyalain gensetnya? Beli sendiri dong pake kocek pribadi. Demi kerjaan profesional. Orang kan mau ngantor, bukan mau kipas-kipas seharian? Kayak di kondangan aja deh kipas-kipas..

Dan nampaknya kalo pun PLN setuju buat ngalirin listrik ke sana, masih lama nampaknya rencana jadi kenyataan. Pasalnya, PLN kabupaten ini belum punya pengaturan beban sendiri. Beban untuk kabupaten ini masih dialirin dari PLN kabupaten tetangga, dan itu pun hanya dikasih beban sedikit. Coz kabupaten ini adalah pemekaran dari kabupaten tetangganya, dan sebenarnya kabupaten tetangga nggak setuju bahwa kabupaten ini memisahkan diri. Makanya mereka seolah-olah mengulur-ulur waktu buat kasih ijin untuk kabupaten baru demi mengelola cabang PLN mereka sendiri.

Itu sebabnya kabupaten kecil ini sering mati lampu. Mesin pembangkit yang udah layak masuk pensiun, dan jatah beban listrik yang terlalu sedikit buat penduduk yang mulai makin banyak. Penduduk dipaksa ketiban pemadaman bergilir. Mau bikin rumah di sini susah banget. Tanahnya yang nganggur sih banyak, tapi apa gunanya kalo nggak ada listriknya?

Apa yang salah di sini? Pemekaran kabupaten yang tidak terencana matang? Birokrasi yang bertele-tele? Sistem tata kota yang nggak karu-karuan? Pemaksaan menempati kantor yang nggak siap fasilitas? Kita nggak tau.

Jadi, beruntung banget kita bisa nge-blog tanpa harus kipas-kipas. Percaya deh, listrik adalah salah satu hal terbaik yang pernah terjadi pada manusia. Yuk, nanti malam kita matiin lampu buat ngerayain Earth Hour..! Jam 8.30, satu jam aja. Jangan lupa ya!