Thursday, March 4, 2010

Hak untuk Bolos


Judulnya aja udah mengajak ke maksiat, hahaha..!

Akhir-akhir ini gw sulit ngeblog coz udah seminggu gw kena flu. Kepala susah diajak mikir, coz flu ini bikin gw be-te berat. Jadinya susah nulis yang enak-enak. Dan ini alamat flunya bakalan lama, coz gw nggak pernah istirahat.

Gw dididik keras di keluarga yang melarang bermalas-malasan, dan flu bukan alasan yang sahih buat off dari rutinitas sehari. Jaman gw masih kecil dulu, bokap gw suka mikir gw pilek bakalan sembuh sendiri coz gw, Little Laurent, adalah anak yang sangat kuat dan susah dikontrol. Baru dibeliin obat flu kalau nyokap gw udah mencak-mencak lihat gw nyedot-nyedot ingus nggak karuan. Dan nggak ada ceritanya gw ijin nggak masuk sekolah cuman gara-gara flu. Padahal kalau dipikir-pikir, kan gw bisa nularin banyak temen ya? Hehehe..

Pas gw udah gede dan belajar tentang kedokteran pencegahan penyakit menular, gw baru ngeh bahwa obat flu yang terbaik adalah tidur. Memang benar flu itu bisa sembuh sendiri, asalkan kekebalan tubuh dalam stabil kembali. Nah, kekebalan tubuh itu cuma bisa stabil jika tubuh itu istirahat cukup. Artinya, kalau mau flunya minggat, ya harus tidur!

Maka, suatu hari pas gw lagi praktek, datanglah seorang remaja tanggung sambil membersit-bersit idung dan cengengesan. Dia ditemani nyokapnya.

"Ada apa, Dek?" tanya gw lembut pada bocah berseragam putih abu-abu itu. Sebut aja namanya Louis.

"Ini, Dok. Anak saya batuk dan pilek dari kemaren," nyokapnya memberondong.

Gw melirik nyokapnya sekilas. Yang saya panggil "Dek" itu bukan sampeyan, Ma'am, tapi anaknya.

Gw tanya lagi ke Louis, "Batuknya ada dahaknya?"

Kali ini nyokapnya nggak nginterupsi. Ya iyalah, yang punya dahak kan anaknya, bukan nyokapnya.

"Ada, Dok," jawab Louis serak. Waah. Suaranya seksi!

Gw tanya-tanyain bocah itu sebentar, lalu gw periksa badannya. Si bocah menyeringai badung. Umurnya 17.

Selesai. Lalu gw membacakan prosedur rutin gw. Ini sakit batuk. Diam di rumah ya, jangan ke mana-mana. Nanti dikasih resep obat, diminumnya tiga kali sehari. Stop merokok.

"Nanti saya kasih surat buat ndak masuk sekolah," tangan gw bergerak otomatis ke tumpukan surat sakit di meja.

"Haa?? Jangan, Dok! Jangan!" seru nyokapnya.

Gw terhenyak. Lho? "Kenapa, Bu?"

"Ngg..nanti dia malah bolos!" kata nyokapnya.
Di sebelahnya, Louis menyeringai nakal kekanak-kanakan.

Lha? Memang tujuan gw itu kan?
"Flu ini cuma sembuh dengan istirahat total, makanya kalau bisa jangan masuk sekolah dulu," jawab gw dengan tampang medis.

"Pasalnya, Dok, dia kalau di rumah ini nggak pernah istirahat, tapi maunya main PS!" seru nyokapnya, terdengar lebih kesal kepada anaknya yang nakal ketimbang dokternya yang medicine-procedural.

Gw tersenyum ngerti. Tapi di mana maknanya gw udah capek-capek sekolah untuk pelayanan dengan kualitas terbaik?

"Maaf, Bu, tapi flu ini nular. Dia bisa potensial menularkan ke teman-teman di sekolahnya. Lagipula dia memang harus istirahat. Sudah kelas tiga kan, Louis? Kan bentar lagi ujian."

Si ibu terdiam. Gw merasa telah memenangkan pertempuran pro-kontra surat sakit dengan susah-payah.

"Iya deh, tapi jangan lama-lama ya, Dok. Nanti anak saya nggak belajar, malah main di rumah," kata si nyokap. Tiba-tiba dia nyubit lengannya Louis. "Duh, kamu teh mani bangor!"
(Itu bahasa Sunda buat mengeluh kenapa anaknya nakal banget.)

Baiklah, gw nggak kepingin harga diri Louis jatuh di depan dokter yang cantik. "Nanti Ibu selesaikan administrasinya di kasir aja. Resep dan surat sakitnya diambil di sana."

Maka pergilah ibu-beranak itu dari ruangan gw. Gw beresin tindak lanjut buat Louis, gw taruh ke perawat di kasir, lalu gw balik ke ruang praktek dan siap-siap buat pasien berikutnya.

Eeh..nggak ada semenit tahu-tahu nyokapnya Louis balik lagi. "Dokteer! Kenapa anak saya dikasih surat sakitnya untuk dua hari?"

Gw tersenyum. "Oh ya, mudah-mudahan dua hari di rumah, flunya sembuh, Ibu.."

"Bukan, Dook! Suratnya satu hari aja! Kalau kelamaan, nanti dia malah main PS di rumah!"

Ya ampun.

***

Begitulah. Ternyata banyak orang yang masih menganggap flu sepele dan nggak butuh istirahat. Padahal kalau dibiarkan, flu bisa ganggu produktivitas kerja dan belajar sehari-hari.

Sebenarnya, flu sekarang bisa dicegah dengan vaksin flu. Tapi vaksin ini belum membudaya di Indonesia coz belum jadi program wajib pemerintah, mungkin lantaran belum banyak angka kematian karena flu. Tapi yang jadi masalah bukanlah berapa banyak yang mati karena flu, tapi seberapa banyak pengurangan kualitas kerja karena pegawai dan murid kena flu.

Guru mestinya melarang murid yang sakit flu untuk masuk sekolah. Murid yang flu harus tidur di rumah.

Sebut gw nyeleneh, tapi menurut gw, orang yang sakit flu memang berhak buat bolos.