Tuesday, January 14, 2014

Boikot Path = Boikot Bakrie?

Minggu ini ada kejutan, Aburizal Bakrie beli saham Path. Gara-gara ini beberapa orang pengikut Path ribut, mau keluar aja dari Path. Alesannya, kalau ikut Path berarti mensukseskan rejekinya Bakrie.

Saya sendiri bingung bagaimana mekanisme memboikot Path bisa mengerdilkan Bakrie. (Eh, boleh dong saya pake istilah "mengerdilkan"? Saya nggak akan dicap subversif kan?)
Menurut saya, yang ikut Path itu nggak cuman orang Indonesia doang kan? Saya rasa nggak sampek setengahnya saham Path dipunyain oleh Bakrie. Bahkan saya nggak yakin Bakrie itu tahu Path itu apa. Orang milyuner kan gitu, taunya cuman beli perusahaan ini, beli perusahaan itu, sama kayak nyokap saya milih-milih beli kacang asin di Denpasar.

Saya penasaran apa dampaknya Path kalau dibeli Bakrie. Warna dasar Path jadi kuning, gitu? Perasaan Tipiwan yang jelas-jelas miliknya Bakrie warnanya dari dulu ampe sekarang ya tetep merah aja. Saya malah lebih curiga Bakrie sebenernya naksir PDI, tapi PDI nggak mau terima dia, karena dia ambisius kepingin jadi ketua umum, sedangkan ketuanya masih tetep ibu-ibu yang satu itu.



Meanwhile, sebetulnya ada banyak cara yang lebih efektif buat boikot Bakrie daripada cuman sekedar boikot Path. Nggak usah nonton Tipiwan. Kalau stasiun tivi superlebay-dengan-penyiar-bombastis-amatiran yang satu itu nggak ada pemirsanya, maka market share-nya akan merosot. Tak ada market share, maka tak ada iklan. Tak ada iklan, stasiun tivinya mau makan dari mana?