Sunday, May 16, 2010

Proyek Superstar

Anda jeli nggak, bahwa penyanyi-penyanyi yang berserakan di tivi dan radio-radio itu-itu aja? Beberapa talent bertahan terus-menerus ngeluarin album baru, tapi sebagian besar lainnya datang dan pergi. Itu sebabnya diperlukan ajang perekrutan penyanyi, yang kira-kira puncak keemasannya bisa bertahan lama, dan nggak akan ngetop semusim alias jadi one hit number doang.


Minggu ini, Indonesian Idol babak spektakuler kembali digelar, untuk keenam kalinya setelah tahun lalu vakum. Gw lihat bahwa pengadaan Indonesian Idol kali ini beda dengan tahun-tahun lalu. Dulu, jurinya yang nggak pernah absen adalah Indra Lesmana dan Titi DJ. Dulu, penyanyi di panggung diiringi oleh Magenta Lights yang dimotorin Andi Riyanto, makanya aransemen musiknya selalu “nendang” banget. Tahun ini Indra, Titi, dan Magenta Lights nggak main lagi.


Gw sendiri baru serius ngikutin Indonesian Idol semenjak musim keempat. Sebenarnya dari musim pertama nonton juga sih, tapi pas penyanyi yang diadunya tinggal tiga-empat besar doang. Gw suka ngikutin acara ini coz gw lihat peserta-pesertanya di sini selalu didandanin pakai baju yang bagus-bagus. Well, di kontes cari penyanyi lainnya juga sama sih didandaninnya, tapi kalau feeling gw sih, di Idol nampak gayanya lebih mewah layaknya superstar sungguhan.


Alasan yang jauh lebih penting lagi adalah karena aransemen di Idol biasanya keren-keren. Sehubungan para penyanyi pasti membawakan lagu yang udah pernah ngetop, maka di sini musiknya selalu diaransir ulang biar nggak jadi cover version doang. Dan kebetulan aja hasil aransemennya hampir selalu lebih bagus daripada aransemen aselinya.


Tetapi, yang gw lihat, dari semenjak musim pertama sampai musim kelima, hampir nggak ada juaranya yang jadi superstar tahan lama. Maksud gw ya yang digemari semua kalangan, dan nggak terbatas pada tahun-tahun pertama aja. Rata-rata gejala juaranya Indonesian Idol itu sama: mereka cuman ngetop pas baru menang. Tapi makin ke sini, gaungnya makin nggak kedengeran aja.
Coba dites aja, apakah Anda kenal sama semua nama ini: Joy, Delon, Mike, Ihsan, Rini, Aris? Kalau ada salah satu yang Anda nggak kenal (kecuali Anda memang tinggal di luar negeri), dan Anda malah lebih ngeh sama Afgan dan Gita Gutawa, berarti tuh juara yang gagal.


Dengan naif, mari kita bandingin sama juara-juaranya American Idol. Kelly Clarkson, juara tahun 2003 ternyata sampek sekarang masih ngehit, malah bulan lalu baru sukses berkonser di Jakarta. Ruben Studdard, Clay Aiken, Carrie Underwood, dan David Cook, malah wara-wiri di Top 40, tanpa harus kasih tahu para pendengar radio bahwa mereka adalah juara American Idol.


Barangkali, kalau mau juara-juaranya Indonesian Idol itu jadi superstar sungguhan, manajemen Indonesian Idol yang kudu dibenahin.


Mbok dibikinlah supaya jawaranya itu manggung di acara-acara yang gengsinya tinggi, jangan mau penyanyinya nyanyi di acara ecek-ecek yang segmennya nggak ngerti musik.


Usahakan supaya masyarakat mengenal setiap penyanyi dengan nama mereka sendiri, misalnya, “Ini penyanyi X, yang lagunya Bla-bla-bla.” Jangan dibikin publik cuman inget bahwa, “Penyanyi X yang mana ya? Oh si X itu yang dulunya juara Indonesian Idol?” Ini malah cuman jadi acaranya yang ngetop, bukan juaranya.


Attitude penyanyinya mesti digembleng, mesti kayak superstar sungguhan yang jadi panutan masyarakat, jangan ada yang terlibat kekerasan dalam rumah tangga, atau pacaran sama cowok yang ngehamilin anak orang lain, atau pergi ke warung cuman pakai sandal jepit.


Dan, mestinya penyanyinya bisa nyanyi genre musik apa aja. Jangan cuman lagu pop melulu, atau lagu mellow melulu. Inget dulu Kelly Clarkson yang ngepop dipaksa nyanyi lagu swing dan David Cook yang ngerock dipaksa nyanyi lagu country? Kenapa nggak mencoba inovasi menyuruh Indonesian Idol nyanyi lagu keroncong?


Selain itu juga, karena yang menentukan juaranya Indonesian Idol adalah SMS penonton, maka penontonnya juga mesti ikutan dididik supaya ikutan menyaring penyanyi yang bener.


Coba tonjolin kegiatan para penyanyi yang sehari-harinya latihan pitch control melulu. Bukan malah meleset bikin para penyanyi jadi model dadakan buat iklan sampo. Supaya penonton tahu mana yang penyanyinya beneran bagus sehari-hari, bukan cakep doang.


Dan stop nyebutin asal daerah masing-masing orang. Apa gunanya nyebut, “Ini penyanyi X asal kota Padang.” Nanti dia malah susah dapet SMS dari orang-orang Balikpapan atau Manado. Padahal kan ini ajang Indonesian Idol, bukan ajang Melayu Idol?


Dan terakhir, coba cari juri-juri yang bermutu, bukan cuman demen bikin drama. Singkirkan juri yang cuman bisa bilang, “Kamu jelek.”, padahal dirinya sendiri belum bisa bikin penyanyi yang sama bagusnya. Kalau nggak bisa niru kualitasnya Simon Cowell, nggak usah maksa deh. Dan diva harus bisa dinilai oleh diva lagi. Diva sungguhan lho ya, bukan yang cuman emosional.


Duh, ternyata susah banget ya bikin penyanyi yang diidolakan seluruh Indonesia? Bikin acaranya susah, bahkan bikin jurinya pun juga ikutan susah..