Monday, May 17, 2010

Ngeblog tanpa Menulis

Adalah tahayul besar kalau ada yang bilang bahwa buat ngeblog itu harus punya kemampuan menulis yang bagus. Nyata-nyatanya nggak selalu ngeblog itu harus menulis panjang-panjang, coz ada juga jenis blog yang materi utamanya bukan berarti tulisan, tetapi berupa foto. Yupz, ini yang disebut photoblog. Konsepnya sebenarnya tidak melanggar prinsip blog itu sendiri: Kita membagi karya di internet dalam sebuah halaman milik kita sendiri, terus nunggu komentar dari orang-orang yang melihatnya. Karyanya mungkin bukan tulisan, tetapi berupa foto. Tapi kalau udah membuka kotak komentar, berarti itu namanya ngeblog kan?

*wink*

Kemaren, lagi tengah-tengahnya jenuh, gw browsing daftar update-an blog di dashboard Blogspot gw dan melihat posting yang baru-baru. Adakah yang penasaran dengan caranya gw blogwalking? Yupz, kalo gw blogwalking tuh biasanya gw buka dashboard dan melihat daftar blog yang gw follow. Siapa yang update paling terakhir, dia yang pertama kali gw liatin. Jadi kalau Anda protes lantaran blog Anda belum gw komentarin, barangkali penyebabnya yang paling masuk akal selain bahwa gw nggak tahu mau komentar apa di post Anda, adalah karena Anda bukan di giliran teratas buat di-blogwalk oleh gw, hehehe..

Nah, mendaratlah gw di blog seorang blogger. Pendaratan gw sama sekali tidak mulus, coz gw kan blogwalking-nya pakai HP, sedangkan tuh blog loading-nya luamaa banget. Padahal gw udah pakai Opera Mini lho. Pas tuh browser akhirnya berhasil menyelesaikan loading-nya, barulah gw ngeh apa yang bikin tuh blog susah banget dibuka. Ternyata, isinya sebagian besar berupa foto-foto.

Gw dari dulu selalu kagum sama para photoblogger coz mereka nggak pernah mesti cuap-cuap yang buanyak untuk ngeblog. Cukup upload satu foto aja, jadilah sebuah posting. Tentu saja ada tantangannya yang menarik supaya tuh posting dikomentarin. Syaratnya tentu fotonya harus menarik. Fotonya harus bisa “bicara”, biarpun nggak ada gombalan caption-nya sama sekali di bawahnya. Jadi meskipun yang dipotret seekor kucing lagi tidur di bawah pohon cabe misalnya, orang nggak perlu caption untuk mengetahui bahwa foto itu sedang menceritakan kucing yang lagi ngorok di bawah pohon cabe.

Tetapi gw juga merasa kadang-kadang para photoblogger ini terlalu sok eksklusif. Kebanyakan photoblogger mengira bahwa blog mereka tuh cuman diliat oleh makhluk yang “sebangsa” mereka alias sama-sama fotografer juga. Akibatnya foto-foto mereka di blog cuman bisa dinikmatin oleh kaum fotografer yang ngeliatnya pakai kompie sungguhan, bukan diliatin di HP kayak gw yang cuman tukang self-capturing amatir. Sebagian besar photoblogger menaruh foto mereka dalam resolusi yang super besar, mungkin maksudnya supaya bisa keliatan detail keindahan fotonya oleh para fotografer yang lain. Konsekuensinya, begitu tuh photoblog dibuka pakai HP, loading jadi berat banget.

Padahal, gw yang awam ini juga kepingin menikmati photoblog dengan nyaman. Meskipun gw sendiri bukan seorang photoblogger. Dan gw sendiri nggak minat buat bikin blog ketiga berupa photoblog (please dong ah, ngurusin dua blog di sini dan di sana aja udah cukup bikin gw repot). Gw juga kepingin ngeliat foto jepretan orang, memahami dan mengapresiasi, tanpa harus nanya ke host-nya, “Ini gambar apaan sih?”

Saran-saran buat para photoblogger:
1. Pasang foto dengan resolusi yang nggak terlalu besar. Minimal cukup bersahabat buat dibuka dari HP. Kuno ah kalau jaman sekarang suatu halaman nggak bisa mobile friendly. Memangnya buka internet tuh harus selalu dari kompie ya?
2. Desain template jangan terlalu rumit, supaya loading-nya nggak berat. Jangankan photoblog, suatu blog aja bisa langsung gw cuekin cuman gara-gara loading-nya terlalu berat dari Opera Mini gw dengan kecepatan GPRS tanpa 3G. Suatu halaman hendaknya harus bisa diakses dari HP apa aja, biarpun pemakai HP-nya lagi di hutan sekalipun.
3. Selalu pasang caption di bawah foto, biarpun gombalannya cuman sebaris doang. Tidak memungkiri sebuah foto bisa langsung “bicara” tanpa caption, tetapi sebuah caption akan membimbing penonton untuk memahami foto sesuai yang dimaksud oleh si fotografer. Jangan berharap bahwa setiap penonton akan selalu punya kecerdasan untuk memahami apa yang dipotret si fotografer. Nasehat kecil yang pernah gw dapat dari seorang wartawan senior, “Saat kita meng-upload suatu tulisan/gambar ke media cetak/on-line, selalu anggaplah bahwa pembacanya baru berumur 14 tahun.”

Ngomong-ngomong, saat ini gw lagi ngikutin para photoblogger berikut ini (screenshot-nya udah gw taruh satu per satu ya..). Kalau Anda ada waktu senggang, mampir aja ke tempat mereka yuk! *nyengir*
1. Eddy Fahmi
2. Christin Rina
3. Risdania
4. Widyarin Kusumaningtyas

Anda punya photoblog juga? Boleh deh dipromo di sini. Photoblog Anda udah sebulan lebih nggak di-update? Jangan dipromo di sini.. :-p