Thursday, June 18, 2009

Dodol Jangan Lulus

Seorang teman yang tinggal di Bandung nanya ke gw minggu lalu, "Vicky sekarang ada di mana?"
Gw jawab, "Ada di Kalimantan."
"Kalimantannya di mana?"
"Di Kalimantan Tengah."
"Di kota mana? Apa di desa?"
"Tempatnya sih namanya Pulang Pisau. Orang-orang sini sebutnya kota, tapi gw sih lebih cocok nyebutnya dusun, hehehe.." gw menertawakan lelucon ironis gw yang sama sekali nggak lucu.
Tapi si teman nggak nangkep maksud gw. "Di mana tuh? Deket nggak sama Balikpapan?"
Ya ampun. Gw berhenti ketawa. "Nggak, Sayang. Balikpapan itu di Kalimantan Timur."
"Mmh..kalo sama Pontianak? Deket, nggak?"
Gw mulai kesiyan sama ilmu bumi teman gw yang cetek. "Noo..Pontianak itu di Kalimantan Barat. Gw kan di Kalimantan Tengah."
"Oo..si teman masih nggak ngeh juga. "Kalo ini nih..sama Kendari? Deket, nggak?!"
Mati gw.

Mungkin Anda juga ada yamg kayak temen gw itu. Ilmu buminya mengenaskan. Masa' sih nggak tau bedanya Balikpapan dengan Kalimantan Tengah? Nggak tau ya Kendari itu di Sulawesi? Kan dulu udah diajarin waktu kelas 5 SD? Dulu SD-nya di mana?

Ini adalah contoh kecil nyata betapa mengharukannya hasil pendidikan dasar di negeri kita. Anak SD tuh..kalo nggak apal ibukota-ibukota propinsi Indonesia, mendingan nggak usah lulus. Kesiyan, malu-maluin kalo udah segede umur kita-kita gini, nggak tau Pontianak di mana, nggak tau Kendari di mana. Terus taunya tentang Indonesia apa dong? Jakarta lagi, Bali lagi. Muter aja di situ terus. Tapi kalo ditanyain mana letaknya Los Angeles di peta buta, sambil merem aja udah bisa nunjuk dengan benar.

Masih banyak contoh lain dari mantan-mantan murid sekolah kita yang ngakunya udah lulus tapi otaknya dodol. Nggak tau 25 x 25 = 625. Nggak tau nulis "ke mana" itu kudu pake spasi di tengah. Nggak tau bahwa kelelawar itu bukan burung. Nggak apal sila ke-5 Pancasila. Dan bikin kita bertanya-tanya, dodol kok bisa lulus?

Pengumuman ujian nasional minggu ini membuktikan itu. Ribuan anak SMA mewek dan semaput gara-gara nggak lulus. Penyebabnya, mereka nggak mampu memenuhi standar kelulusan yang dinaikin 5%. Satu sekolahan nggak lulus gara-gara mereka nyontek dari bocoran ujian yang sama. Padahal tingkat kesulitan soal udah diturunin 5% pula. Siapa yang bloon di sini, Dek? Masa' ngerjain 55% soal dengan benar aja nggak bisa? Padahal udah pake kebetan bocoran kunci dari SMS gelap, pula. Bahkan copycat paling tolol pun nggak akan melakukan itu!

Orang kalo nggak belajar, nggak pantes lulus ujian. Orang nggak lulus sekolah, nggak pantes dapet pekerjaan bagus. Kalo orang bego tetap dipaksain lulus sekolah, hasilnya ya kayak temen gw itu. Nggak tau bedanya Kalimantan sama Kendari.

Bisa dibayangin kalo ntie dia mau pesan tiket liburan ke Bunaken.
Agen perjalanan: "Maaf, Mbak, penerbangan Bandung langsung ke Manado nggak ada. Adanya pesawat pagi ke Kendari dulu. Tapi kalo dari Kendari mau ke Manado, harus tunggu pesawat besok paginya lagi. Soalnya nggak ada pesawat yang sore."
Orang dodol: "Oh nggak pa-pa. Dari Kendari ada travel menuju Balikpapan, kan? Saya mau nginep aja di rumah sodara saya di Balikpapan sambil nunggu pesawatnya."
Agen: "Mbak, Balikpapan kan di Kalimantan Timur? Nggak ada travel dari Kendari ke Kalimantan Timur."
Orang bego: "Lho, Kendari bukannya ibukota Kalimantan Timur?"
Agen: "Mbak, ibukota Kalimantan Timur tuh Samarinda!"

Gw nggak setuju ujian nasional dihapus. Bangsa ini butuh anak-anak yang bisa ngerjain 55% soal dengan benar. Kalo anak nggak lulus ujian diijinkan masuk sekolah kedokteran, institut teknik, akademi militer, atau fakultas hukum, ya bubar nih negara!

Suruh anak-anak itu beli seragam baru buat gantiin seragam yang udah mereka coret-coret. Setrap mereka satu tahun lagi di kelas 12. Duuh..kalo lulusan ujian ulangan ecek-ecek aja sampai diangkat jadi pejabat negara, apa kata dunia?

http://georgetterox.blog.friendster.com
www.georgetterox.blogspot.com