Friday, October 16, 2015

Lebih Tenang Dipayungi Kantor, atau Beli Asuransi?

Karena, sakit itu menguras dompet dan bikin kerjaan jadi keteteran. Memaksa tetap kerja padahal badan lagi sakit, bikin performa jadi lelet, dan buat kantor yang mempekerjakan sendiri pun jadi tidak asyik. Bagi penderitanya sendiri, sakit adalah momentum buat mengancam kesejahteraan. Risetnya perusahaan sumber daya manusia Towers Watson bilang bahwa sakit itu bikin bokek lantaran tempat berobatnya sering boros menyuruh pemeriksaan lab ini itu. Plus obat-obatannya yang harganya sering melilit pinggang. Mengharap asuransi kesehatan? Duh, preminya saja mahal nian. Belum lagi kalau pasiennya centil mampir-mampir berobat ke tempat-tempat alternatif yang tidak kompeten lantaran mengharap murah. Makin tinggilah biaya yang kudu keluar cuma karena sakit.

Sebenarnya permasalahannya tidak akan sebegitu peliknya kalau saja orang yang sakit itu ditolong biayanya oleh kantor tempat dia bekerja. Ya dong, kan orang bekerja banting tulang itu untuk kepentingan kantornya, maka produktivitas pegawai adalah sumber untuk profit kantornya juga. Tapi di Indonesia, tidak semua orang punya peluang untuk mendapat pekerjaan, sehingga tidak semua orang yang sakit bisa dibayari oleh kantornya. Bahkan yang sudah dapat pekerjaan pun belum tentu juga dapat asuransi kesehatan dari kantor. Karena kalau perusahaannya sendiri masih usaha kecil-kecilan, dan profit usaha belum besar-besar amat, mana sanggup pemiliknya membayari biaya semua karyawannya yang jatuh sakit?

Memiliki jaminan dana kesehatan merupakan bagian dari perencanaan keuangan.
Gambar diambil dari sini
Kalau ingin sakit yang tidak bikin miskin, baik pegawai maupun bossnya ya tentu kudu mencantumkan jaminan kesehatan dalam perencanaan keuangannya. Jaminan ini bisa datang dibayari oleh kantornya, bisa juga dari pegawainya sendiri punya asuransi kesehatan. Di masa kini asuransi bukan lagi barang mewah, karena makin banyak asuransi mikro dijual dengan premi yang harganya semurah pulsa telepon. Bahkan usaha CV kecil-kecilan pun bisa bikin asuransi untuk pegawai-pegawainya, meskipun mungkin jumlah anak buahnya cuma lima orang. Mudah?

Wednesday, October 14, 2015

Swaranabya: Lirik Puisi Musik Jadi Satu

Genre lagu musikalisasi puisi baru nongol beberapa tahun belakangan, dan belum banyak band yang bisa menampilkan musik ini. Swaranabya, band asal Semarang, merupakan salah satu contoh band yang mengkhususkan dirinya main di genre musikalisasi puisi. Mereka mengambil lirik puisi, baik puisi karya mereka sendiri maupun karya orang lain, lalu menyanyikan kata-kata puisinya secara terstruktur.

Kenalkan Swaranabya, band beranggotakan tiga orang. Tri Styawan a.k Iwan, personelnya bertindak memainkan gitar sebagai pengendali kunci nada. Personel lainnya, Ipanx Arsyad, bertugas membawa jimbe (sejenis alat perkusi yang mirip tifa) dan biola untuk menciptakan nuansa dalam lagu. Latree Manohara, menggawangi grup ini sebagai vokalis dan punya rentang suara yang melengking.


Swaranabya membawakan lagu musikalisasi puisi
dalam penampilan mereka di Solo, bulan Agustus lalu.
Foto diambil dari sini

Tampil membawakan lima lagu sebagai bintang tamu di Malam Puisi Surabaya di Kaya Resto pada weekend lalu, Swaranabya bikin penonton yang sudah mulai kelelahan ingin pulang, terpaku di kursi masing-masing. Baru membuka lagu pertama, Dinding yang Retak di Bulan Januari, penonton sampek tertegun dan menaruh HP masing-masing. Panitia tergopoh-gopoh mematikan lampu supaya suasana temaram, padahal penonton sudah kadung tercekam beku terbius penampilan Swaranabya.



Penampilan Swaranabya dalam lagu musikalisasi puisi di Kaya Resto, 10 Oktober 2015
Gambar diambil dari sini




Tuesday, October 13, 2015

Kotajancuk: Kumpulan Penggila Puisi

Seperti apa sih kumpulan pecinta puisi itu? Dalam pengetahuan kalangan orang awam, lirik puisi diapresiasi di gedung-gedung teater; contoh kalau bukan berupa lomba baca puisi ya pembacaan monolog/dialog berupa baris-baris yang bunyi suku katanya mirip (dan itu membuat saya susah membedakan mana puisi, mana lirik lagu rap). Tapi komunitas Kotajancuk, kumpulan penggemar perangkai kata-kata puisi di Malam Puisi Surabaya ini, mengubah suasana pembacaan puisi jadi gaul.

Ilham, contoh salah satu penampil di acara komunitas Kotajancuk
Gambar diambil dari sini


Monday, October 12, 2015

Banjir Kata-kata Puisi di Kafe Gaul

Dugem saya di acara pecinta kumpulan puisi ini jauh banget dari stereotype orang penyair. Kawan-kawan yang biasa merangkai kata-kata puisi ini nggak ada mirip-miripnya sama pujangga penggombal yang biasa bikin lirik puisi cinta; orang-orang ini nggak romantis. Style-nya nggak klasik juga kayak pembaca karya-karyanya Chairil Anwar. Nggak cupu bin nerdy. Dan style-nya juga nggak mirip mahasiswa militan yang bisa berhari-hari nggak mandi gegara sibuk bikin puisi. Penampil terakhirnya malah bacain contoh puisi pake mode lagu musikalisasi puisi.

Donal membacakan kata-kata puisi diiringi Iwan dalam Malam Puisi Surabaya
Gambar diambil dari sini

Monday, October 5, 2015

Berbagi Cara Menjadi Pengusaha

Menjadi pengusaha muda itu sebenarnya asik. Duit dimodalin sendiri, usahanya dijalanin sendiri, hasilnya juga dinikmatin sendiri. Tetapi pada prakteknya, masih banyak pengusaha newbie (dan bahkan yang sudah menjadi pengusah sukses sekalipun) yang keteteran. Biarpun filosofinya udah jadi boss buat diri sendiri, nyatanya banyak yang jam tidurnya tersunat lebih sering daripada yang masih kerja ikut orang lain. Lebih parah lagi, banyak yang merasa udah keluar modal, tapi nggak merasa modalnya balik biarpun usaha udah jalan. Entah itu profitnya kurang, atau justru malah tekor. Dan pengusaha-pengusaha ini bingung, problem utamanya ada di mana sih?
Para wanita berbagi di pojok ruangan tentang
bagaimana menjadi pengusaha.
Foto oleh Vicky