Saturday, December 24, 2011

Postulat si Kambing Jantan

Her: "Mas, katanya Raditya Dika, cewek yang bisa naik angkot dan nyuci baju sendiri itu seksi.
Berarti gw dong?"
Him: "Kamu percaya sama manusia setengah salmon itu?"

Monday, December 19, 2011

Ingin Seperti Blog, Ingin Seperti Plurk

Ketika saya melihat tampilan profil Facebook saya yang teranyar, tidak bisa menyangkal, saya langsung teringat Plurk.

Tampilan profil Facebook saya setelah diutak-atik pakai Timeline.
Dengan fondasi utama berupa garis vertikal persis di tengah-tengah display yang menandakan lini masa khas Plurk, saya segera menuduh Facebook berusaha mengadopsi timeline a la Plurk untuk menampilkan profil anggotanya. Cuman bedanya kalau Plurk punya garis timeline horizontal, Facebook membuatnya vertikal. Di kiri-kanan garis, berjejer legenda yang kalau di-expand sebenarnya adalah update-update-an yang di-post oleh si empuny profile. Semua post tetap diurut dari atas ke bawah, yang paling atas adalah post yang terbaru tentu saja, tetapi diatur kiri-kanan, gitu lho.

Bagian yang paling eye-catching, menurut saya, justru header-nya. Facebook memberikan space kosong yang cukup gede selebar banner untuk tempat kita menaruh foto favorit kita. Menurut rencana arsitekturnya Facebook, foto yang ditaruh selebar banner ini boleh kita pilih sendiri, untuk menyiratkan citra apa yang ingin ita buat saat orang pertama kali buka profil kita. Foto lebar a la banner inilah yang mengingatkan saya akan blog. Bukankah kita sendiri sering kebingungan milih foto buat ditampilkan di header blog kita?

Di bawah header, ada sederetan boks kecil yang masing-masing menampilkan preview teman-teman, foto, dan hal-hal yang jadi favorit kita. Boks Friends memasang foto dari enam orang teman kita, dan umumnya teman yang ditampilkan di sini adalah teman yang paling banyak gentayangan di Facebook baru-baru ini. Foto yang di-preview juga foto yang paling banyak dikasih jempol atau paling banyak dikomentarin.

Bagi saya, meskipun feature ini banyak miripnya dengan media-media sosial lain, ini tetap saja kemajuan buat Facebook karena berhasil membuat profil tiap anggotanya jadi lain daripada yang lain. Jadi nggak setel membosankan hanya dengan satu foto di sudut kiri atas doang.

Facebook sendiri menerangkan di situsnya, bahwa desain profil Timeline yang mereka tawarkan ini bertujuan supaya pemilik profil bisa menerangkan di "CV online"-nya ini tentang apa yang terjadi pada mereka dalam kurun waktu terakhir. Dengan hanya menarik scroll di kanan display dan melihat timeline, orang bisa menilai secara garis besar dengan lebih akurat tentang siapa pemilik profil ini, apa aktivitas kesehariannya, bagaimana perjalanan hidupnya, apa yang menjadi minatnya, dan lain-lain. Facebook juga menambahkan bahwa kita bisa menampilkan hal-hal di masa lalu yang ingin kita tampilkan persis pada tahun yang kita inginkan. Misalnya jika Anda punya tim sepakbola sendiri di tahun 1995, maka Anda tinggal menekan timeline pada tahun 1995, dan post-kan foto tim sepakbola Anda lengkap beserta tag nama-nama teman Anda, maka publish-lah itu di timeline tahun 1995. Ya, meskipun pada tahun segitu belum ada Facebook.

Pertanyaan yang menggelitik, apakah dengan tampilan kayak gini, pencitraan empunya profile-nya akan jauh lebih menarik?

Jawab saya, tergantung. Mengingat kekuatan paling besar dari tampilan profile ini dibangun dari foto, jadi kalau empunya profile jarang nge-posting fotonya sendiri, mungkin profile-nya hanya akan plain saja dan hanya akan didominasi foto-foto teman-temannya yang kebetulan menyapanya di wall-nya atau comment di status-nya (itu juga kalau ada temannya yang mau nge-wall atau comment status ya..)

Singkat kata: Kau sendirilah yang bertanggung jawab untuk membuat dirimu tampak lebih menarik!

Ada yang mau coba ngubah profil Facebook-nya jadi versi Timeline? Silakan coba tutorialnya di sini dan langsung jadi dalam satu menit. Kasih tahu kesan-kesan Anda ya :)

Sunday, December 18, 2011

Ada Saos Inggris di Burung Dara

Burung dara saos Inggris, Mie Tokyo, Nginden, Surabaya.
Saban kali saya cari resep burung dara di internet, pasti yang ketemunya adalah burung dara saos mentega. Nggak pernah saya nemu varian saos-saos lainnya, paling saya nemu burung dara saos jeruk, tapi kebanyakan selalu aja burung dara saos mentega.

Jadi sewaktu saya ke sebuah restoran Cina di kawasan Nginden semalem, saya disodori pilihan antara burung dara saos mentega atau saos Inggris. Saya milih saos Inggris, karena kalau saos mentega kan sudah banyak fotonya di internet, jadi saya mau potret sesuatu yang berbeda. (Oke, alasan saya milih menu makanan adalah karena saya berharap tampang makanannya cukup eye-catching untuk dipotret).

Maka keluarlah burung daranya, dan ternyata nampaknya burung dara saos Inggris nggak beda-beda jauh tampangnya dengan saos mentega. Lagian setelah saya baca dengan teliti lagi, resep-resep burung dara saos mentega menggunakan kecap Inggris sebagai bumbunya. Maka terbitlah pertanyaan saya sebagai mahasiswa kost yang jarang banget masak, apa bedanya kecap Inggris sama kecap biasa? Kenapa saya susah nemu kecap Inggris di minimarket sebelah apartemen saya?

P.S. Ada yang seneng makan burung dara kayak saya? Kita kencan yuuk.. ;)

Friday, December 16, 2011

Sakit Jiwa Boleh Hamil?

Disclaimer: Semula saya mau nulis judulnya "Bolehkah Orang Gila Hamil?" Tapi kolega-kolega saya dari Departemen Psikiatri sering bilang bahwa penggunaan kata "orang gila" itu salah kaprah. Karena yang betul itu "kelainan jiwa". Dan kelainan jiwa itu spektrumnya luas, mulai dari gangguan jiwa sampek yang sakit jiwa. Kalau yang gentayangan nggak jelas di jalan-jalan dan nggak pakai baju itu sakit jiwa. Tapi kalau yang suka marah-marah di status Facebook dan galau nggak jelas di Twitter sampek update statusnya lima kali sehari padahal nggak ada yang komen, itu jelas gangguan jiwa.

Departemen saya dikonsulin departemen Psikiatri. Alkisah, ada seorang perempuan putus dari pacarnya, lalu dikawinpaksa dengan cowok yang nggak dia maui. Semenjak kawin paksa ini, menurut keluarganya, si cewek jadi berubah kepribadian. Yang tadinya rame jadi pendiam, yang tadinya cerewet jadi banyak mengurung diri di kamar. Sampek kemudian dia hamil.

Repotnya, semenjak hamil, dia jadi beringas dan marah-marah nggak jelas melulu. Dia benci semua orang, ya bonyoknya, ya sodaranya, lebih parah lagi dia benci suaminya. Keluarganya yang panik, membawanya ke dokter. Singkat kata, dia dirawat di rumah sakit, masuk ke bangsal untuk pasien-pasien sakit jiwa.

Pasien ini ternyata ngidap skizofrenia paranoid. Penjelasan gampangnya, penyakit ini adalah penyakit nggak bisa membedakan kenyataan dengan khayalan. Dan yang menjengkelkan, dia curigaan terhadap semua orang. Dia mengira semua orang ingin mencelakai dia. Sekarang kami para dokter yang mau jadi dokter kandungan, takut si ibu curigaan sama bayinya juga. Lha kalau dia berusaha membunuh anaknya sendiri gimana?

Untungnya si janin masih bagus, dan dosen-dosen saya pikir mendingan tuh pasien nanti melahirkan dengan operasi Caesar aja. (Nggak kebayang kalau nanti dia melahirkan lewat vagina, orang gila + stress mengejan bukanlah kombinasi yang menyenangkan. Oops..nggak boleh sebut "orang gila" ya?)
Kedua orang tua si ibu sudah bilang, nanti kalau bayinya lahir, bayinya akan diasuh oleh mereka berdua (kakek-nenek si bayi). Nggak masalah sih yang itu. Sekarang yang jadi masalah, si pasien ini ternyata susah banget disuruh minum obat buat nyembuhin sakit jiwanya. Sebulan lalu dia sempat rada enak diajak ngomong, karena itu psikiater memulangkannya ke rumah sambil membekalinya pil kecil-kecil. Ternyata selama di rumah, si pasien pundung nggak mau minum obat lagi, dan akibatnya si pasien jadi kumat lagi gokilnya sehingga keluarga terpaksa mengopnamekannya lagi.

Kami yang kerja di bagian kandungan, bingung mikirin gimana kalau nanti si ibu ini hamil lagi? Bisa-bisa nanti skizonya kumat lagi dan bukan tidak mungkin kalau hamil lagi dia akan berusaha membunuh janinnya. Maka nggak ada jalan lain selain merayu keluarga si pasien supaya pasien ini boleh ikut KB. Persoalannya, metode KB apa yang cocok buat ibu dengan sakit jiwa yang disuruh minum obat sendiri aja nggak mau?

Sebagian kolega saya bilang, baiknya si ibu dioperasi steril aja. Nanti kan dia melahirkan dengan Caesar, sambil dikeluarin janinnya ya sambil dibikin mandul, gitu. Kan gampang tuh tinggal sekali jalan. Nggak perlu kuatir lagi dia bakalan hamil, kumat nggak waras lagi dan mencelakai janinnya.
Tapi sebagian kolega saya yang lain nggak setuju. Perempuan berhak hamil. Dan perempuan berhak menentukan sendiri apakah dia ingin hamil atau tidak. Termasuk menentukan apakah dia ingin membuat dirinya tidak hamil. Ya, meskipun dia sakit jiwa.

Si suami sendiri nggak bisa bikin keputusan. (Kami kalau mau bikin operasi mandul pasti harus minta ijin suami pasiennya dulu. Itu protokolnya). Dia menyadari bahwa istrinya nggak layak mengasuh anaknya sendirian, tapi dia juga nggak kepingin istrinya dibikin mandul. Mungkin, jauh di lubuk hatinya yang dalam, dia berharap suatu hari nanti istrinya akan sembuh, dan mereka bisa mengasuh anak mereka bersama-sama seperti keluarga normal (dan mungkin si istri perlahan akan belajar mencintainya pelan-pelan). Dan operasi steril jelas akan mengacaukan impian itu.

Tadi pagi, kami putuskan untuk tidak mensterilisasi si pasien. Soalnya, kolega-kolega di Psikiatri bilang bahwa bisa aja kemungkinan si pasien ini sembuh. Kalau si ibu sampek sembuh, dan dia sudah keburu dioperasi steril, bisa jadi suatu hari nanti dia akan menuntut dokter-dokter karena telah sengaja membuatnya mandul. Meskipun mungkin, dokter membuatnya mandul karena ingin menyelamatkan si pasien dari kehamilan yang sulit dihadapi oleh si pasien.

(Saya sendiri tidak yakin dia akan sembuh. Dulu saya diajari bahwa skizofrenia yang timbul pada usia muda seperti ini akan sulit sekali sembuhnya. Tapi saya bukan mahasiswa psikiatri, ini jelas bukan kompetensi saya, barangkali lebih baik kalau saya mempercayai kolega-kolega saya di Psikiatri saja, karena mungkin mereka benar karena mereka punya ilmunya).

Saya menulis ini untuk kasih wacana ke Jemaah blog saya, bahwa setiap manusia punya hak yang sama. Setiap perempuan berhak hamil jika dia ingin. Setiap perempuan berhak mengenakan kontrasepsi jika dia ingin. Dan yang juga sama pentingnya, setiap perempuan berhak untuk menolak kontrasepsi jika dia masih kepingin punya anak lagi.

Dan kita tidak bisa memutuskan bahwa seseorang tidak berhak untuk punya anak. Siapapun dia, meskipun kita mengira dia tidak punya cukup akal untuk bersikap rasional. Entah karena dia masih di bawah umur, atau karena dia sakit jiwa..

Monday, December 12, 2011

Artis Sendirian

East Coast Center, Keputih, Surabaya, semalam.
Kelemahan besar piano adalah pemainnya menghadap sayap piano itu sendirian, akibatnya dia hanya akan terkonsentrasi pada pianonya, pada musiknya. Dia tidak menghadap penonton, akibatnya dia tidak tahu apakah penonton mendengarkannya atau tidak. Apakah penonton menikmati musiknya atau tidak. Intinya, tak ada interaksi antara artis dan pendengar.
Sebenarnya akan jauh lebih baik jika sayap piano diputar balik, sehingga sayap berada di depan, dan pemain akan bisa main piano sembari melihat wajah penonton. Dia bisa main sembari sesekali melempar senyum ke penonton, dan itu akan membuat penonton lebih betah menikmati pertunjukannya.
Jika saya main piano di hadapan keluarga besar dan teman-teman saya, saya selalu nanya dulu, lagu apa yang mereka ingin saya mainkan. Saya lebih seneng kalau saya main dan penonton ikutan nyanyi. Kadang-kadang sementara jari saya main, saya memandang tajam ke seorang penonton tanpa mengucapkan apa-apa. Itu cara saya mengkomunikasikan musik yang saya mainkan, seolah-olah saya bermain piano itu hanya untuk dia.
Penonton mungkin tidak ikutan nyanyi jika aslinya lagu itu memang instrumentalia. Apalagi kalau nomernya klasik macam The Swan Lake atau Fur Elise. Makanya saya jarang mainkan lagu-lagu semacam itu jika saya sedang berada di depan penonton. Meskipun saya sendiri punya background musik klasik, tapi saya memakai aliran klasik itu sebagai gaya, sedangkan lagu yang saya suka mainkan rata-rata dari genre rock. Saya sendiri pemuja Axl Rose, orangnya sangar tapi dia sendiri menang kontes piano klasik pada umur sembilan tahun. Itu adalah genre yang cukup tidak nyambung, mengingat musik klasik sebetulnya diajarkan untuk membuat seseorang jadi lembut dan anggun (yang kalau kebablasan, orangnya akan jadi melankolis alias menye-menye).
Yang jelas, seorang pianis baiknya tidak menjadi artis sendirian. Kecuali dia bermain seorang diri di ruangan tertutup, hendaknya dia sadar bahwa musik yang dia mainkan harus bisa dinikmati orang lain. Jadi kalau disuruh main di mall, bermainlah sambil menghadap penonton, dan mainkan lagu di mana penonton bisa ikutan nyanyi dengerin lagu itu. Karena musik adalah alat komunikasi, bukan sekedar alat pamer bakat dan kemampuan belaka.

Sunday, December 11, 2011

Car Free Day yang Kebablasan

Penjajah baru bernama sepeda.
Foto oleh Eddy Fahmi.
Seiring dengan maraknya tren bersepeda, masalah-masalah baru yang timbul oleh kendaraan ini mulai bermunculan.

Mulai dari pengendara sepeda yang nggowes massal di jalur mobil, sampek-sampek mobil nggak kebagian jalan. Pengendara yang jatuh dan gegar otak lantaran nggak pakai helm. Sampek sepeda-sepeda pixie yang nggak ada remnya itu.

Hari ini Minggu dan mendadak bermunculan orang-orang naik sepeda dari mana-mana menuh-menuhin jalan. Sepertinya mereka akan pergi ke satu tujuan: Taman Bungkul, karena di kawasan Darmo sana diadakan hari bebas mobil.

Hey, car free day-nya dihelat di Darmo kan? Bukan di Embong Malang sini kan? Jadi kenapa mobil-mobil yang mau jalan di Embong Malang sini nggak kebagian jalur?

Saya rasa mestinya penggowes bisa bersikap lebih bijak. Jalan jangan dipake semua, tapi bagi-bagilah karena yang makai jalan nggak cuman sepeda. Kan bisa bikin satu jalur buat sepeda, satu jalur lagi buat mobil. Gimana kalau ada ambulans mau lewat, mosok harus permisi dulu sama rombongan sepeda?

Saturday, December 10, 2011

Geret Koper ke Ruang Ujian

Salah satu syarat menjadi dokter spesialis kandungan adalah harus mengikuti ujian nasional. Ujiannya hampir sama seperti ujian negara umumnya, kandidat-kandidat datang ke kota tempat ujian yang sudah ditentukan, lalu masuk ke ruang ujian untuk bertemu pengujinya.

Ketentuan yang kudu dipatuhin antara lain, bahwa tiap kandidat yang mau masuk ke ruang ujian, nggak boleh bawa HP. Alhasil panitia malah kerepotan sendiri ngumpulin HP-HP kandidat. Sebetulnya yang saya kuatirkan malah kalau HP-nya itu ilang pas lagi disimpen panitia.

Hari ini saya mengasistensi ujian nasional Obstetri Ginekologi dan kami melayani 50 kandidat. Kolega saya sampek bela-belain bawa koper buat nampung HP-HP dokter yang mau ujian spesialis itu. Modusnya, tiap kandidat dapet satu kantong plastik buat masukin HP, nanti kita kumpulin 50 kantong yang akan kita simpen dalam koper. HP akan dikembalikan ke pemiliknya jika ujian sudah selesai. Tidak perlu kuatir tertukar coz tiap kantong sudah dilabelin sesuai nama pemiliknya. Dan sebelum nyerahin HP pun baik pemilik HP dan panitia penjaga HP sudah melakukan ijab kabul tertulis.

Selalu ada masalah untuk tiap solusi. Ada kandidat yang ternyata nggak matiin HP-nya sebelum dititipin ke panitia. Alhasil tuh HP kedap-kedip melulu kalau ada panggilan masuk. Untung alert-nya cuma kedap-kedip, bayangin kalau pakai ringtone yang super banter dan ringtone-nya lagu Ayu Tingting pula. Kasihan panitia yang ketiban tugas jagain HP kalau dipaksa dengerin ringtone gituan, pasti dia berdoa supaya ujiannya cepet selesai..

Saya mikir, kenapa upaya kayak gini baru dipraktekin di ujian nasional untuk pendidikan setingkat S2? Kenapa nggak dipraktekin sekalian buat ujian-ujian nasional SMA dan SMP yang sering bikin ricuh gitu? Supaya nggak ada lagi berita kecurangan ujian nasional gara-gara muridnya kedapatan bawa HP ke ruang ujian. Apakah Dinas Pendidikan nggak tega nyuruh guru-guru pengawasnya ngegeret koper? Kalau nggak modal sedia koper kan bisa pakai karung goni, atau bahan lain yang lebih murah. Lha gimana kalau murid-muridnya dibiarkan bawa HP ke ruang ujian, sanggupkah kita percaya bahwa mereka semua tidak akan kirim-kirim jawaban via BBM?

*Ah, Vicky, kamu kayak nggak pernah ujian SMA aja. Mosok sih nggak pernah buka-buka HP waktu ujian?*
(Idih, waktu saya SMA kan belum musim HP, nggak pernah lah saya kirim-kirim jawaban pakai HP.. :p*

Friday, December 9, 2011

Pepesan Kosong Bernama Jamkesmas

Sering terjadi, pasien hamil di rumah sakit tempat saya bersekolah nggak bisa kontrol berobat lantaran nggak bisa bayar. Alasannya, karena surat asuransi pemerintah yang membayarinya berobat belum diperpanjang. Padahal, ibu hamil kan harus kontrol berobat rutin supaya kita bisa memastikan ibu dan bayi sehat wal afiat pada persalinan nanti.


Jemaah Georgetterox mungkin tahu bahwa Pemerintah menanggung biaya pengobatan sebagian rakyat miskin di negeri ini. Penanggungan itu dilakukan melalui asuransi bernama Jamkesmas alias Jaminan Kesehatan Masyarakat. Dengan asuransi Jamkesmas ini, pemegang kartu Jamkesmas bisa berobat gratis ke rumah-rumah sakit pemerintah. Termasuk pasien hamil pemegang kartu Jamkesmas, dia boleh kontrol hamil dan melahirkan gratis, selama kartunya masih berlaku, tentu saja.


Di lapangan, konsep gratis ini nggak berjalan semudah yang dijalankan. Kartu Jamkesmas itu cuman berlaku selama sebulan. Jika masa berlakunya habis, pemegangnya kudu perpanjang lagi ke Puskesmas. Tidak sembarang Puskesmas berwenang untuk memperpanjang kartu seseorang, karena Puskesmas yang berwenang adalah Puskesmas di kecamatan tempat orang itu tinggal. Bisa dibayangkan, seorang pemegang kartu Jamkesmas kudu dateng ke Puskesmas setiap bulan hanya untuk perpanjang masa berlaku kartunya, setiap kali dia ingin pergi berobat ke rumah sakit pemerintah.


Mungkin kedengerannya ribet karena seseorang kudu bolak-balik setiap bulan cuman buat berobat. Tapi saya memandangnya dari sisi lain. Ini seperti kamu punya kartu diskon buat karaokean di suatu tempat dugem, tapi kartu diskon itu hanya berlaku sebulan. Penyelenggara tempat karaoke tentu nggak mengharapkan kamu nyanyi gratis di situ seumur hidup, sama seperti Pemerintah nggak mengharapkan kamu miskin terus hanya untuk supaya kamu bisa berobat gratis. Karena itu dibikin setting seolah kamu cuman miskin selama "sebulan". Moga-moga dalam sebulan, kamu bisa menabung cukup supaya kamu bisa bayar pengobatan, jadi kamu nggak usah ngejar-ngejar perpanjang kartu Jamkesmas lagi.


Tapi konsep itu tinggal mimpi karena orang ternyata lebih seneng miskin terus (baca: dibayarin Pemerintah terus-menerus) supaya bisa berobat. Saat ini, separuh lebih pasien rumah sakit tempat saya bersekolah, adalah pemegang kartu Jamkesmas yang sudah langganan berobat. Rumah sakit tempat saya bersekolah kewalahan, lantaran nombokin pasien Jamkesmas yang penyakitnya memang butuh banyak biaya, sementara Pemerintah nggak kunjung bayarin asuransi Jamkesmas yang seharusnya di-cover oleh Pemerintah. Dalam bentuk sederhana, persediaan obat-obatan di rumah sakit mulai habis karena rumah sakit kesulitan beli stok baru. Rumah sakit nggak bisa belanja obat banyak-banyak karena uang saku yang dimiliki rumah sakit sudah habis. Rumah sakit kehabisan uang, karena Pemerintah belum bayar utang asuransi Jamkesmas-nya kepada rumah sakit. Pelik.


Beberapa hari yang lalu, rumah sakit tempat saya bersekolah, dengan tenang mengumumkan bahwa penduduk miskin di Surabaya yang ingin berobat di situ, harus bayar. Soalnya, Pemerintah Kota Surabaya belum bayarkan utang Jamkesmas atas warganya ke rumah sakit. Warga Surabaya ngamuk setengah mati, coz kesannya, orang miskin dilarang sakit. Meskipun kalau ditilik-tilik, sebetulnya rumah sakit tempat saya bersekolah tidak akan sampek hati menolak pasien miskin seandainya Pemerintah-nya Surabaya mau bayarkan utang Jamkesmas-nya yang nunggak milyaran itu ke rumah sakit.


Dulu saya pernah ditanyain seorang jemaah Georgetterox, kenapa di negeri ini, dokter begitu pelit sekali mengijinkan orang miskin berobat gratis? Saya selalu tersenyum baca pertanyaan itu, karena pertanyaan itu menandakan jelas bahwa penanya tidak tahu situasi yang sebenarnya. Coba gantilah kata "dokter" di atas dengan kata "rumah sakit", maka kau akan ketemu jawabannya. Di dunia ini nggak ada yang gratis, Bung. Kau bisa saja tanya-tanya gratis ke dokter, tapi untuk mendapatkan obat tentu akan ada yang harus kaubayarkan. Jika kau tidak bisa membayar obat, maka kau harus cari orang lain untuk membayarkannya untukmu. Pemerintah sudah baik hati mau membayarkan obatmu asalkan kau masuk dalam daftar pasien Jamkesmas, tinggal rumah sakit yang akan bekerja mengobatimu. Tetapi rumah sakit juga tidak akan bisa bekerja kalau Pemerintah belum membayar atas nama dirimu, gitu lho.


Dalam pendapat saya yang paling jujur, di negeri ini nggak ada orang yang miskin-miskin amat. Semiskin-miskinnya orang, kalau dia masih bisa beli rokok, maka dia nggak miskin. Kenapa? Coz berarti dia menaruh rokok sebagai prioritas lebih utama ketimbang membelikan keluarga dan dirinya sendiri beberapa bungkus nasi. Sedangkan, nggak ada sejarahnya orang bisa mati gara-gara dia nggak bisa merokok, tapi sudah banyak orang mati kelaparan gara-gara dia nggak bisa makan. Karena itu, coba tengoklah pasien-pasien Jamkesmas yang keluarganya berserakan di ruang tunggu rumah sakit, dan hitunglah berapa keluarganya yang merokok. Anda akan tahu, bahwa nggak semua pemegang asuransi Jamkesmas itu memang betul-betul miskin..


Kita ini nggak miskin duit. Melarat jelas tidak. Tapi yang sudah dipastikan, sebagian besar dari kita memang miskin mental. Miskin mental untuk menjaga diri tetap sehat. Miskin mental untuk mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Miskin mental untuk tidak bergantung kepada selembar kartu bernama Jamkesmas..

Tuesday, December 6, 2011

Melukis dengan Sambel

Burger, Hi Tech Mall, Tambaksari, Surabaya.
Ini cuman saos, padahal. Tapi suka tidak suka, saya terpaksa mengakui bahwa penampilan saos yang disemprot-semprot dikit ini bikin burger yang cuman isi keju + selada + daging aja bisa bikin laper yang ngeliatnya. Ini mendongkrak nilai jual si burger, dari yang tadinya modal awalnya cuman Rp 3k, bisa naik sampek 3-5 kali lipat, tergantung di mana kau menjual burgernya.

Yang satunya, itu juga cuman bubuk kayu manis yang dibubuhin a la ceprok-ceprok di piring pancake. Tidak bisa dicocol oleh pancake-nya, bahkan dijilat langsung pun akan nampak seperti kurang kerjaan. Tapi ceprokan bubuk kayu manis ini bikin pancake-nya nampak lebih cakep ;)

Kadang-kadang, kalau saya lagi bikin proyek di dapur, waktu yang saya habiskan buat menghias-hias pakai saos ataupun bubuk ini jauh lebih banyak ketimbang bikin makanan utamanya. Bahan lukis yang paling saya sukai adalah mayonnaise dan whipped cream :)

P.S. Foto-fotonya saya jepret sendiri lhoo..

Pancake, Mayang Suki & Pancake, Gubeng, Surabaya.

Monday, December 5, 2011

Orangnya Harus Bejibun, Ya?

Disclaimer: Tulisan berikut ini penuh celaan, jadi kalau Anda nggak suka bahasan penuh hina-dina, silakan tekan tanda silang di sebelah kanan atas dan nggak usah baca sampek selesai. *kedipin sebelah mata kayak orang setep*

Jadi, malem ini saya lagi duduk di kantor nungguin ruang gawat darurat sembari berdoa semoga semua wanita dalam keadaan sehat dan tidak datang kemari lantaran mengeluh berdarah-darah dari sela-sela selangkangannya. Ya know, tidak ada dokter yang seneng dapet pasien berat kalau tengah-tengah malem begini, tidak saat mata sudah mulai kriyep-kriyep, kadar kortisol sudah mulai turun, dan gairah kerja sudah mulai reduksi lantaran dipakai kerja seharian. Saya lagi browsing di leptop, sembari playlist saya muterin Gloria Estefan dan Axl Rose (kalau Anda nggak tahu siapa itu Axl Rose, saya bisa pastikan Anda pasti jauh lebih ingusan daripada saya. Axl Rose itu yang nyanyi Sweet Child O' Mine sebeum di-recycle oleh Sheryl Crow. Awas kalau Anda juga nggak tahu siapa itu Sheryl Crow!), lalu perawat di kantor nyetel tivi dan..voila,  di tivi ada kontes boyband dan girlband.

Saya ngeliat tivi dan mematung kaku. I think I wanna die. Ya Tuhan, kenapa di dunia ini harus ada boyband dan girlband?!

Boyband dan girlband membanjir baru-baru ini, sungguh-sungguh mengotori tivi, membuat saya tidak punya pilihan lain kalau nyetel tivi selain terpaksa nontonin show-nya Mario Teguh atau Jakarta Lawyers Club. Dokter kok nontonin pengacara? Mereka ada di setiap channel, setiap jam, setiap menit. Membosankaaann!

Ini semua gegara Smash. Cowok-cowok yang air mukanya dibikin imut itu seolah-olah jadi prototype, dan dengan cepat produser-produser musik mengira bahwa resep artis macam ginian bisa digandakan. Kau kumpulkan lima orang, dandanin mereka dengan wax dan gel rambut, ajari mereka joget-joget, dan beri lagu yang mutunya so-so. Bayarkan segepok uang untuk membuat mereka tampil di Dahsyat,  bikin cewek-cewek menjerit-jerit, dan..jadilah boyband!

Beberapa hal yang bikin saya empet setengah mati lihat boyband dan girlband:
- Jumlah personelnya banyak banget. Ya Tuhan, ini mau nyanyi apa mau demo?
- Bajunya sama semua. Mengingatkan saya pada baju di Pasar Atum, bayar cepek dapet lima. Bajunya pasaran!
- Seolah-olah nggak cukup, tatanan rambutnya juga sama semua! Kayak anak-anak panti asuhan baru dipanggilin tukang potong rambut, semuanya dipotong dengan gaya rambut yang sama..
- Anehnya, biarpun ada banyak macamnya boyband dan girlband, tapi kok gaya narinya sama semua.. Apakah koreografer yang ngelatihnya juga sama? Misalnya hari Senen ngelatih girlband A, besok hari Selasanya ngelatih girlband B?
- Lagunya sangat-sangat tidak bermutu! Persis model pop permen karet, lagunya begitu mudah dikunyah, begitu mudah dibuang dan dilupakan..
- Dan yang paling penting, saya nggak yakin grup-grup kayak gini bakalan tahan lama. Alasannya simpel aja, coz anggotanya ada tujuh! Susah ngebagi honornya tuh. Anggap aja sekali manggung dihargain Rp 10 juta, gimana caranya ngebagi Rp 10 juta jadi tujuh?

Kenapa sih orang-orang tivi itu begitu percaya bahwa pertunjukan boyband dan girlband bisa mendongkrak pemasukan iklan di tivi? Atau jangan-jangan saya aja yang udah ketuaan sampek kesulitan mengapresiasi cewek-cewek jual tampang berambut panjang potongan a la Korea yang jingkrak-jingkrak a la ababil dan berkostum a la Sailormoon?

*Sudahlah, Vic, daripada kau mengomel terus, bagaimana kalau kau mulai mendirikan girlband juga? Siapa tau bisa masuk tivi dan nyaingin Cherry Belle..*

Eh ya, adakah blogger yang kepikiran mau bikin girlband atau boyband? Gabung dong, saya juga mau ikutan, hihihi.. Tapi saya maunya grupnya unisex, jadi di grup itu ada personel cewek dan personel cowok sekaligus.. (maumu, Vic!)

Yu now mi so eeell..