Jadi, malem ini saya lagi duduk di kantor nungguin ruang gawat darurat sembari berdoa semoga semua wanita dalam keadaan sehat dan tidak datang kemari lantaran mengeluh berdarah-darah dari sela-sela selangkangannya. Ya know, tidak ada dokter yang seneng dapet pasien berat kalau tengah-tengah malem begini, tidak saat mata sudah mulai kriyep-kriyep, kadar kortisol sudah mulai turun, dan gairah kerja sudah mulai reduksi lantaran dipakai kerja seharian. Saya lagi browsing di leptop, sembari playlist saya muterin Gloria Estefan dan Axl Rose (kalau Anda nggak tahu siapa itu Axl Rose, saya bisa pastikan Anda pasti jauh lebih ingusan daripada saya. Axl Rose itu yang nyanyi Sweet Child O' Mine sebeum di-recycle oleh Sheryl Crow. Awas kalau Anda juga nggak tahu siapa itu Sheryl Crow!), lalu perawat di kantor nyetel tivi dan..voila, di tivi ada kontes boyband dan girlband.
Saya ngeliat tivi dan mematung kaku. I think I wanna die. Ya Tuhan, kenapa di dunia ini harus ada boyband dan girlband?!
Boyband dan girlband membanjir baru-baru ini, sungguh-sungguh mengotori tivi, membuat saya tidak punya pilihan lain kalau nyetel tivi selain terpaksa nontonin show-nya Mario Teguh atau Jakarta Lawyers Club. Dokter kok nontonin pengacara? Mereka ada di setiap channel, setiap jam, setiap menit. Membosankaaann!
Ini semua gegara Smash. Cowok-cowok yang air mukanya dibikin imut itu seolah-olah jadi prototype, dan dengan cepat produser-produser musik mengira bahwa resep artis macam ginian bisa digandakan. Kau kumpulkan lima orang, dandanin mereka dengan wax dan gel rambut, ajari mereka joget-joget, dan beri lagu yang mutunya so-so. Bayarkan segepok uang untuk membuat mereka tampil di Dahsyat, bikin cewek-cewek menjerit-jerit, dan..jadilah boyband!
Beberapa hal yang bikin saya empet setengah mati lihat boyband dan girlband:
- Jumlah personelnya banyak banget. Ya Tuhan, ini mau nyanyi apa mau demo?
- Bajunya sama semua. Mengingatkan saya pada baju di Pasar Atum, bayar cepek dapet lima. Bajunya pasaran!
- Seolah-olah nggak cukup, tatanan rambutnya juga sama semua! Kayak anak-anak panti asuhan baru dipanggilin tukang potong rambut, semuanya dipotong dengan gaya rambut yang sama..
- Anehnya, biarpun ada banyak macamnya boyband dan girlband, tapi kok gaya narinya sama semua.. Apakah koreografer yang ngelatihnya juga sama? Misalnya hari Senen ngelatih girlband A, besok hari Selasanya ngelatih girlband B?
- Lagunya sangat-sangat tidak bermutu! Persis model pop permen karet, lagunya begitu mudah dikunyah, begitu mudah dibuang dan dilupakan..
- Dan yang paling penting, saya nggak yakin grup-grup kayak gini bakalan tahan lama. Alasannya simpel aja, coz anggotanya ada tujuh! Susah ngebagi honornya tuh. Anggap aja sekali manggung dihargain Rp 10 juta, gimana caranya ngebagi Rp 10 juta jadi tujuh?
Kenapa sih orang-orang tivi itu begitu percaya bahwa pertunjukan boyband dan girlband bisa mendongkrak pemasukan iklan di tivi? Atau jangan-jangan saya aja yang udah ketuaan sampek kesulitan mengapresiasi cewek-cewek jual tampang berambut panjang potongan a la Korea yang jingkrak-jingkrak a la ababil dan berkostum a la Sailormoon?
*Sudahlah, Vic, daripada kau mengomel terus, bagaimana kalau kau mulai mendirikan girlband juga? Siapa tau bisa masuk tivi dan nyaingin Cherry Belle..*
Eh ya, adakah blogger yang kepikiran mau bikin girlband atau boyband? Gabung dong, saya juga mau ikutan, hihihi.. Tapi saya maunya grupnya unisex, jadi di grup itu ada personel cewek dan personel cowok sekaligus.. (maumu, Vic!)
Yu now mi so eeell..