Monday, May 18, 2015

170000 IDR from your friend, Vicky Laurentina

Hi there,

Your friend Vicky Laurentina (vicky_laurentina@yahoo.com) wants to give you 170000 IDR off your first booking on HotelQuickly so you can enrich your life with last-minute, hassle-free travel. The app is so easy to use, you can book a room in just seconds.

Get the app now and use the invite code VLAUR6
www.hotelquickly.com

HotelQuickly saves travelers like you time and money by offering great deals on hand-picked 3 to 5 star hotels. On average, our prices are 28% lower than other websites in more than 120 destinations throughout 14 Asia-Pacific countries.


Terms and conditions:
You were not added to any mailing lists. The exclusive voucher is for new HotelQuickly users only. The HotelQuickly app is free and available on iOS, Android, and BlackBerry 10.

© 2014 HotelQuickly.com. All rights reserved.
Room D, 3/F, Chi Residence, 120 Connaught Road West, Sai Ying Pun, Hong Kong

Friday, May 8, 2015

Tips Menghindari Norak

Saya ini rada males cerita-cerita tentang harga barang-barang yang saya beli. Mulai dari yang sepele soal harga nasi ayam penyet di warungnya Mpok Siti, sampek harga tiket pesawat yang saya naikin. Karena saya males kalau sampai reaksi lawan bicaranya adalah ngomong, "Ih, mahal!"

Pernah suatu hari saya habis potong rambut di sebuah salon. Disapa emak-emak yang sudah tua, "Eh, baru potong rambut ya? Habis potong di mana?"

"XXXX," jawab saya kalem.

"Berapa potong di sana?"

"Cepek," jawab saya.

"Ih, mahal!"

Entah kenapa bawaan saya langsung sebel dengernya. Rasanya pengen ngejotos tuh emak-emak. Kesannya kayak dihakimin gitu, seolah-olah saya ini cewek yang tipe suka buang-buang duit cuman demi potong rambut. Duit duit gw, kok lu yang rese?

Thursday, May 7, 2015

Mengapa RS Sampai Tidak Laku Untuk Melahirkan

Masih nyambung dengan tulisan saya kemaren. Seorang dokter anak bekerja di rumah sakit di Surabaya, curhat ke koleganya. Isi keluhannya, kenapa ibu-ibu hamil jarang banget mau melahirkan di rumah sakit tempatnya bekerja. Padahal dokter-dokter di situ sudah pasang senyum ramah, susternya sudah dididik buat senyum kayak karyawan hotel, gedungnya juga bersih kayak hotel, kurang apa lagi sih? Kalau dari masalah biaya kayaknya nggak mungkin, sebab banyak rumah sakit yang semahal tempat ini, tapi ya masih laris aja. Tapi sepertinya kok rumah sakit ini dijauhi orang buat melahirkan.

Padahal kalau dijauhin terus, rumah sakit ini bisa kehilangan omzet dari pasar-pasar yang potensial. Yang kasihan tentu pegawai-pegawai yang kerja di situ, termasuk dokter-dokternya, nggak jadi dapet komisi dong?

Wednesday, May 6, 2015

Gumoh

Saya baru ngeh kosakata ini waktu ngunjungin kolega yang melahirkan sekitar empat tahun yang lalu.

Waktu itu pagi-pagi, saya dateng ke rumahnya membawa hadiah, dan bayi itu baru berumur sekitar delapan hari.

"Tunggu sebentar ya, Vick, aku mau nyusuin anakku dulu," kata kolega saya.

"Oke!" Saya langsung kepo. "Eh, Lex, aku boleh liat kamu nyusuin?"

"Boleeh!"

Saya kirain dia akan melakukan aksi aneh itu, mengangkat dasternya dan memperlihatkan asetnya yang segede buah semangka, lalu menyusuin anaknya. Saya, cewek yang waktu itu belom pernah tahu rasanya hamil apalagi melahirkan, sangat excited kalau lihat ibu menyusui karena itu proses yang belum pernah saya lihat.

Tapi temen saya malah ngeluarin..botol dot.

"Kamu nggak kasih ASI?" Saya kecewa.

Tuesday, May 5, 2015

Kau Bisa Baca Nggak?

Beberapa orang memang nggak senang membaca.

Sudah dibilangin, kalau mau komentar, tulis nama dulu. Supaya nyaman. Komentatornya nyaman, yang punya rumah juga nyaman.

Tapi tetep aja dateng-dateng ngoceh panjang-panjang sembari nggak nulis identitas.
Nggak bisa baca kah?

Segitu susahnya daftar ikutan Kelompok Belajar Paket C sampai baca instruksi simpel aja sulit?
Biar saya kasih tau Bang Anies nanti, mumpung dia lagi jadi menteri.

Eh, sebentar, Bang Anies itu menteri pendidikan dasar atau khusus ngurusin pendidikan tinggi?
*Saya juga nggak baca daftar menteri itu*
http://georgetterox.blogspot.com
http://laurentina.wordpress.com

Monday, May 4, 2015

Dokternya Menyerah Di Tangan Dokter

Saya selalu dimarahi kolega kalau habis pergi ke dokter.

"Kamu ngapain gitu aja ke dokter? Obatin sendiri!" Saya inget begitu kata kolega senior saya, sekitar beberapa tahun lalu, waktu saya minta ijin hengkang duluan dari acara main badminton bersama gara-gara saya kepingin ngejar prakteknya seorang spesialis THT.

"Saya sakit," jawab saya sambil ngelap idung saya yang meler. Sumpah, jorok banget.

"Kamu kan juga dokter!" Dos-q nuding saya.

Saya mendelik ke sang senior. Mau bilang, "Kita nggak boleh sombong, Bang!" tapi saya ogah menggurui.