Saya ini rada males cerita-cerita tentang harga barang-barang yang saya beli. Mulai dari yang sepele soal harga nasi ayam penyet di warungnya Mpok Siti, sampek harga tiket pesawat yang saya naikin. Karena saya males kalau sampai reaksi lawan bicaranya adalah ngomong, "Ih, mahal!"
Pernah suatu hari saya habis potong rambut di sebuah salon. Disapa emak-emak yang sudah tua, "Eh, baru potong rambut ya? Habis potong di mana?"
"XXXX," jawab saya kalem.
"Berapa potong di sana?"
"Cepek," jawab saya.
"Ih, mahal!"
Entah kenapa bawaan saya langsung sebel dengernya. Rasanya pengen ngejotos tuh emak-emak. Kesannya kayak dihakimin gitu, seolah-olah saya ini cewek yang tipe suka buang-buang duit cuman demi potong rambut. Duit duit gw, kok lu yang rese?
*Belakangan saya baru nyaho kalau si emak tukang nge-judge senengnya potong rambut di salon yang nggak mahal (menurut dia), dan..sorry dori mori, hasil potongnya juga nggak terlalu bagus (menurut saya).*
Ada lagi cerita lain. Saya dan my hunk bawa burger ke sebuah acara keluarga. Burgernya standar aja sih, isi patty, keju cheddar, dengan selipan sayur-sayuran salad, dan roti bun-nya dari gandum berlumuran kacang wijen. Entah bagaimana itu burger dikerubutin orang di acara itu. Beberapa orang mengambilnya, lalu..memakannya separuh dan meninggalkannya di atas meja. Alasannya adalah..sayang, burgernya mahal, sayang banget kalau dihabisin sekarang.
Mungkin karena saya orang yang sangat menghargai makanan ya, jadi menurut saya, burger itu paling enak ya dimakan dalam keadaan hangat dan utuh. Bukan dimakan dalam keadaan dingin dan tinggal separuh karena dieman-eman.
Tahu saya yang bawa burgernya, saya ditanyain, berapa harga burgernya?
Dalam hal ini saya selalu jawab, "Ngg..nggak tahu. Suamiku yang bayar."
Padahal saya tahu persis harganya, cuman saya males aja kalau direaksikan, "Ih, mahal!" Apalagi kalau yang bereaksi gitu adalah orang yang nggak pernah beli burger. Dan nggak pernah bikin burger juga. (Tahukah Anda kalau burger itu adalah makanan paling gampang yang bisa Anda bikin di rumah? Bahkan nggak perlu kompor untuk bikin itu. Jauh lebih gampang daripada nanak nasi.)
Akhir-akhir ini orang ribut ngomongin kurs rupiah dolar yang sudah mulai nggak karuan. Minggu ini, satu USD sudah menyamain Rp 13k. Orang-orang mulai mengomeli presiden, dan lain-lain. Sepertinya orang sudah mulai panik mendengar headline berita "Nilai rupiah melemah.." dan sebangsanya yang berbunyi seperti itu.
Saya bahkan bingung kenapa orang harus panik. Memangnya lu beli cabe di pasar pake dolar? Nggak kan? Apakah harga sampo di kamar mandi lu akan naik cuman gara-gara rupiah melemah? Nggak kan? Karena minggu ini Lazada ngobral Lenovo-nya dan server-nya nyaris jeblok lagi lantaran semua orang ribut kepingin beli. Negara ini lucu, separuh penduduknya ribut karena rupiah melemah terhadap dolar (katanya), tapi separuhnya lagi ribut kepingin gadget terbaru.
Mbok yaa..pantesnya ribut sama nilai rupiah itu kalau sehari-harinya memang berurusan dengan dolar. Contoh, tiap minggu harus naik pesawat ke luar negeri, dan tiketnya harus dibeli pake dolar. Atau, tiap minggu harus beli server, dan server-nya dibeli pake dolar. Lha ini sehari-harinya masih pake Pertamax Ron 88 aja kok ribut soal 1 dolar = Rp 13k sih?
Ini yang dengan semena-menanya saya bilang norak. Norak liat orang potong rambut Rp 100k di salon. Norak liat orang makan burger yang cuman isi keju dan bacon. Norak liat kurs dolar mencapai Rp 13k. Bah.
Tips supaya nggak norak (karena saya tidak kepingin cuman mencela tanpa memberi solusi):
- Berlanggananlah situs-situs e-commerce seperti LivingSocial, GroupOn, PricePony, dan sebangsanya. Lihat harga haircut rata-rata sekarang berapa. Dan hitung, dengan harga segitu akan dapet service apa aja. Pake cuci blow nggak? Pake pijet kepala nggak? Kapsternya pendiam classy atau berupa bencong bawel? Bandingin sama barber yang biasa Anda pakai. Tuh.
- Belilah makanan di restoran, lalu tirulah sendiri cara memasaknya di rumah. Beli bahannya sendiri, potong-potong bahannya sendiri, masak sendiri di dapur Anda. Hitung berapa mili liter minyak yang harus dipakai, hitung berapa banyak gas elpiji yang harus dinyalakan, hitung berapa waktu yang Anda habiskan mulai dari mikirin belanjanya sampai ngabisin makanannya. Sekarang bandingkan dengan harganya kalau beli di restoran. Lebih capek mana? Lebih murah mana?
- Buka website maskapai penerbangan, lihat harga tiket pesawat dari kota tempat Anda tinggal ke kota tempat sepupu Anda tinggal. Sudah? Sekarang buka website kereta api, lihat harga tiket keretanya. Sudah? Sekarang, hitung berapa kali dalam setahun ini Anda ketemu sama dia. Tiga kali setahun? Sekali setahun? Atau malah tiga tahun sekali? Kira-kira kalau jarang ketemu, apakah chatting dengannya via Whatsapp membuat kalian tetap lebih dekat? Nah, masih mau bilang pulsa internet sekarang mahal? Lebih mahal mana dibandingkan tiket pesawat?
- Belilah dolar. Nggak usah banyak-banyak. Cukup 3-4 lembar aja. Simpan di rumah. Besok-besok, lihat, harganya dolar lebih mahal lagi atau masih lebih mahal hari ini. Kalau ternyata lebih mahal, katakanlah, "Alhamdulillah, untung kemaren gw udah punya simpenan."
Tapi kalau ternyata lebih murah, katakanlah, "Alhamdulillah, ternyata dolar yang kemaren naik itu, hanya naik sementara."
Dan lihatlah grafiknya mata-mata uang lain di dunia ini selain rupiah: Yen, gulden, rubel, franc, peso, lira. Dan lihat negara mana aja yang kurs mata uangnya terhadap dolar lebih lemot daripada rupiah. Banyak!
Di dunia ini, yang ribut soal "mahal", cuman mereka yang lebih melihat "price" ketimbang "value".
http://georgetterox.blogspot.com
http://laurentina.wordpress.com
Pernah suatu hari saya habis potong rambut di sebuah salon. Disapa emak-emak yang sudah tua, "Eh, baru potong rambut ya? Habis potong di mana?"
"XXXX," jawab saya kalem.
"Berapa potong di sana?"
"Cepek," jawab saya.
"Ih, mahal!"
Entah kenapa bawaan saya langsung sebel dengernya. Rasanya pengen ngejotos tuh emak-emak. Kesannya kayak dihakimin gitu, seolah-olah saya ini cewek yang tipe suka buang-buang duit cuman demi potong rambut. Duit duit gw, kok lu yang rese?
*Belakangan saya baru nyaho kalau si emak tukang nge-judge senengnya potong rambut di salon yang nggak mahal (menurut dia), dan..sorry dori mori, hasil potongnya juga nggak terlalu bagus (menurut saya).*
Ada lagi cerita lain. Saya dan my hunk bawa burger ke sebuah acara keluarga. Burgernya standar aja sih, isi patty, keju cheddar, dengan selipan sayur-sayuran salad, dan roti bun-nya dari gandum berlumuran kacang wijen. Entah bagaimana itu burger dikerubutin orang di acara itu. Beberapa orang mengambilnya, lalu..memakannya separuh dan meninggalkannya di atas meja. Alasannya adalah..sayang, burgernya mahal, sayang banget kalau dihabisin sekarang.
Mungkin karena saya orang yang sangat menghargai makanan ya, jadi menurut saya, burger itu paling enak ya dimakan dalam keadaan hangat dan utuh. Bukan dimakan dalam keadaan dingin dan tinggal separuh karena dieman-eman.
Tahu saya yang bawa burgernya, saya ditanyain, berapa harga burgernya?
Dalam hal ini saya selalu jawab, "Ngg..nggak tahu. Suamiku yang bayar."
Padahal saya tahu persis harganya, cuman saya males aja kalau direaksikan, "Ih, mahal!" Apalagi kalau yang bereaksi gitu adalah orang yang nggak pernah beli burger. Dan nggak pernah bikin burger juga. (Tahukah Anda kalau burger itu adalah makanan paling gampang yang bisa Anda bikin di rumah? Bahkan nggak perlu kompor untuk bikin itu. Jauh lebih gampang daripada nanak nasi.)
Akhir-akhir ini orang ribut ngomongin kurs rupiah dolar yang sudah mulai nggak karuan. Minggu ini, satu USD sudah menyamain Rp 13k. Orang-orang mulai mengomeli presiden, dan lain-lain. Sepertinya orang sudah mulai panik mendengar headline berita "Nilai rupiah melemah.." dan sebangsanya yang berbunyi seperti itu.
Saya bahkan bingung kenapa orang harus panik. Memangnya lu beli cabe di pasar pake dolar? Nggak kan? Apakah harga sampo di kamar mandi lu akan naik cuman gara-gara rupiah melemah? Nggak kan? Karena minggu ini Lazada ngobral Lenovo-nya dan server-nya nyaris jeblok lagi lantaran semua orang ribut kepingin beli. Negara ini lucu, separuh penduduknya ribut karena rupiah melemah terhadap dolar (katanya), tapi separuhnya lagi ribut kepingin gadget terbaru.
Mbok yaa..pantesnya ribut sama nilai rupiah itu kalau sehari-harinya memang berurusan dengan dolar. Contoh, tiap minggu harus naik pesawat ke luar negeri, dan tiketnya harus dibeli pake dolar. Atau, tiap minggu harus beli server, dan server-nya dibeli pake dolar. Lha ini sehari-harinya masih pake Pertamax Ron 88 aja kok ribut soal 1 dolar = Rp 13k sih?
Ini yang dengan semena-menanya saya bilang norak. Norak liat orang potong rambut Rp 100k di salon. Norak liat orang makan burger yang cuman isi keju dan bacon. Norak liat kurs dolar mencapai Rp 13k. Bah.
Tips supaya nggak norak (karena saya tidak kepingin cuman mencela tanpa memberi solusi):
- Berlanggananlah situs-situs e-commerce seperti LivingSocial, GroupOn, PricePony, dan sebangsanya. Lihat harga haircut rata-rata sekarang berapa. Dan hitung, dengan harga segitu akan dapet service apa aja. Pake cuci blow nggak? Pake pijet kepala nggak? Kapsternya pendiam classy atau berupa bencong bawel? Bandingin sama barber yang biasa Anda pakai. Tuh.
- Belilah makanan di restoran, lalu tirulah sendiri cara memasaknya di rumah. Beli bahannya sendiri, potong-potong bahannya sendiri, masak sendiri di dapur Anda. Hitung berapa mili liter minyak yang harus dipakai, hitung berapa banyak gas elpiji yang harus dinyalakan, hitung berapa waktu yang Anda habiskan mulai dari mikirin belanjanya sampai ngabisin makanannya. Sekarang bandingkan dengan harganya kalau beli di restoran. Lebih capek mana? Lebih murah mana?
- Buka website maskapai penerbangan, lihat harga tiket pesawat dari kota tempat Anda tinggal ke kota tempat sepupu Anda tinggal. Sudah? Sekarang buka website kereta api, lihat harga tiket keretanya. Sudah? Sekarang, hitung berapa kali dalam setahun ini Anda ketemu sama dia. Tiga kali setahun? Sekali setahun? Atau malah tiga tahun sekali? Kira-kira kalau jarang ketemu, apakah chatting dengannya via Whatsapp membuat kalian tetap lebih dekat? Nah, masih mau bilang pulsa internet sekarang mahal? Lebih mahal mana dibandingkan tiket pesawat?
- Belilah dolar. Nggak usah banyak-banyak. Cukup 3-4 lembar aja. Simpan di rumah. Besok-besok, lihat, harganya dolar lebih mahal lagi atau masih lebih mahal hari ini. Kalau ternyata lebih mahal, katakanlah, "Alhamdulillah, untung kemaren gw udah punya simpenan."
Tapi kalau ternyata lebih murah, katakanlah, "Alhamdulillah, ternyata dolar yang kemaren naik itu, hanya naik sementara."
Dan lihatlah grafiknya mata-mata uang lain di dunia ini selain rupiah: Yen, gulden, rubel, franc, peso, lira. Dan lihat negara mana aja yang kurs mata uangnya terhadap dolar lebih lemot daripada rupiah. Banyak!
Di dunia ini, yang ribut soal "mahal", cuman mereka yang lebih melihat "price" ketimbang "value".
http://georgetterox.blogspot.com
http://laurentina.wordpress.com