Thursday, April 12, 2012

Yang Kepo Yang Diputus

Pernah nggak Anda iseng mencari seorang teman di daftar "friend" Anda di jejaring sosial dan menyadari bahwa nama si teman sudah hilang? Bagaimana reaksi Anda waktu itu? Biasa aja? Atau kaget?

Saya terkejut. Dan bertanya, ada apa ini?

Jadi ceritanya, semalam mendadak saya teringat seorang kolega yang tahun lalu sering dugem sama saya tapi akhir-akhir ini kami jarang ketemu. Saya cuman kepingin tahu kabarnya, jadi pertama-tama saya cari namanya di daftar messenger saya. Dan saya terhenyak. Namanya sudah nggak ada.

Eh, kok gw dihapus sih? Atau account lu rusak?

Penasaran, lalu saya buka Facebook, dan cari namanya di daftar friend. Dan terkejutlah saya, kami sudah nggak "friend"-an lagi. Hehehe..saya kepo ya, tapi diputus di dua jaringan sosial, menurut saya, bukanlah insiden yang hanya kebetulan.

Saya mencoba mengingat-ingat, saya punya salah apa sama dos-q. Apakah saya pernah bikin dos-q tersinggung? Wew..saya nggak merasa. Apakah kehadiran foto saya di daftar friend-nya membuat dia merasa nggak nyaman? Ngg..nampaknya nggak mungkin, soalnya sudah tiga tahun saya nggak pernah ganti foto dan saya jarang banget update status di Facebook maupun di messenger. Lagian lho, saya cuman centil di blog, dan seingat saya, dos-q kan nggak pernah baca blog saya.

Jadi, daripada saya su'uzhon nggak jelas, saya mencoba meneliti foto-foto yang pernah membuktikan bahwa kami pernah "bersama-sama". Lalu saya cek seorang kolega lain, yang pernah dugem bareng kami juga, dengan keponya saya menyelidiki hubungan kita semua. Dan terkejut lagi, ternyata kolega yang ini juga diputus pula sama kolega yang mutusin kontak saya. Dan entah berapa orang lagi, nggak cuman saya, yang ternyata juga sudah diputus. Hey.

Ada sih beberapa kolega yang nggak diputus. Kemudian saya iseng analisa kecil-kecilan, apa persamaan antara kami yang diputus dengan kolega yang nggak diputus, dan apa perbedaan antara kami yang diputus dengan kolega yang nggak diputus. Ya oloh, kepo banget deh saya, tapi saya tetap penasaran. Dan lebih kaget lagi mendapatkan kesimpulannya.
Jawabannya: Persamaannya: Kita semua sama-sama kolega mudanya. Perbedaannya: Kami yang diputus adalah cewek, kolega yang sama-sama kolega muda tapi nggak diputus adalah cowok. Harap diketahui, kolega yang mutusin kontak dengan kami ini adalah laki-laki yang jauh lebih tua dari kami dan sudah punya anak.

Oh my gawd, saya ngakak dalam hati menertawakan teori saya yang super cemen. He's a man, please deh. Apakah bukan kebetulan kalau kontak-kontak yang diputusinnya adalah cewek-cewek cantik dengan senyum riang yang kebetulan senang dugem?

Kalau memang bener demikian, kenapa harus putus?

Saya nggak suka, gitu lho. Saya ngerti orang berhak aja untuk mutusin pertemanan sama saya, tapi ya saya rada kecewa juga kalau orang nggak mau temenan sama saya, apalagi mengingat saya nggak punya pikiran jelek tentang orang tersebut. Kami toh telah bekerja sama dengan baik, have good times together, dan kami akan selalu jadi kolega permanen, eman-eman aja kalau sampek nggak putus. Membayangkan bahwa sekitar 10-20 tahun lagi, kalau ketemu di pertemuan kolegium, apakah kita akan salaman basa-basi tetapi dalam hati kita ada yang nyaut, "Ih, lu kan dulu nge-delete nama gw dari messenger lu.."

Untung yang diputus bukan cuman saya, jadi saya nggak begitu tersinggung. Tapi membayangkan teori saya tentang "he shouldn't continue the links that he has approved to make with incidentally beautiful girls" bikin saya feeling nggak nyaman.

Lalu suara hati saya berkata, "Baiklah, urusan pertemanan ini nggak usah didramatisir, masih banyak orang lain yang bisa diajak temenan. Lagian, who da hell cares about konco-koncoan bikinan Research in Motion atau bikinannya Mark Zuckenberg?"

Untuk yang baca tulisan ini dan merasa kesenggol: Maaf ya, Mas, kalau saya punya salah. Moga-moga panjenengan memang nggak sengaja nge-delete nama saya karena panjenengan gaptek, dan moga-moga nama saya kehapus dari Facebook panjenengan hanya semata-mata karena Facebook panjenengan kena hack. Oh ya, suatu hari nanti saya pasti akan konsul ke panjenengan, jadi please jangan pura-pura nggak kenal. Burung pelikan burung cendrawasih, sekian dan terima kasih.

Monday, April 2, 2012

Minggir! Minggir! Saya Mau Lewat!

Kalau lagi nyetir terus ada voojrider dengan sirene meraung-aung itu rasanya sebel banget deh, soalnya kan itu seperti diteriakin, "Minggir, minggir! Gw mau lewat!" Eh eh, ternyata Tuhan Mahaadil, sekarang saya dikasih kesempatan buat nyuruh orang minggir, hihihi..

Ceritanya saya kan lagi dinas di rumah sakit kabupaten, dan boss punya pasien hamil yang sakit jantung. Sehubungan sekarang si ibu sudah waktunya melahirkan, boss berpendapat bahwa sakit jantungnya itu bisa memberatkan si ibu setelah melahirkan nanti, maka diputuskan bahwa sebaiknya pas persalinan nanti si ibu kudu diawasin dokter jantung. Persoalannya di rumah sakit tempat saya magang sekarang belum ada dokter jantungnya, jadi boss mau rujuk aja tuh pasien ke rumah sakit yang ada dokter jantungnya. Supaya aman, si pasien akan dianterin ambulans ke rumah sakit tujuan itu dengan dianterin oleh dokter, jaga-jaga siapa tahu si pasien brojol duluan di jalan. Dan coba tebak siapa dokter yang disuruh nganterin? Ya empunya blog yang cantik jelita ini.. *kedip-kedip kayak orang sawan*

Saya, didaulat suruh nganterin pasien pakai ambulans langsung excited setengah mati. Lha meskipun saya dokter yang sudah malang-melintang di rumah-rumah sakit, tapi saya harus kasih tahu rahasia yang super malu-maluin: Saya belum pernah naik ambulans! Lho, kok bisa? Ya bisa aja, soalnya tugas saya kan separah-parahnya terima pasien gawat atau ngirim pasien gawat ke rumah sakit lain, dan pada prakteknya pasien itu selalu ditemenin perawat, bukan oleh dokter. Walhasil saya nggak pernah naik ambulans. Tahu dalemnya ambulans pun nggak pernah, saya ngerti dalemnya ambulans pun cuman dari film-film, wkwkwkwk.. Jadi ketika saya naik ambulans sekarang, saya kudu menahan tangan buat nggak gatel merogoh kamera supaya nggak foto-fotoan diri saya sendiri di dalem ambulans. Malu sama pasiennya dong ah.. *mesem-mesem kecut*

Jadi, apa yang dulu saya kira ini-itu tentang ambulans, ternyata berbalik 180 derajat begitu saya duduk di samping kursi pak supir ini.
1. Saya kirain ambulans itu dilengkapi radio-radioan buat kontak sama rumah sakit tentang kondisi pasien yang mau dianterin. Ternyata, nih ambulans yang saya tumpangin, jangankan radio, tape mobil pun kayak baru dicopot. Apakah diandalkan semua paramedis dan dokternya bakal kontak-kontakan pakai HP? Lha kalau lagi berada di hutan yang nggak ada sinyal teleponnya gimana?
2. Saya kirain di dalem ambulans ada mesin kejut jantung buat jaga-jaga siapa tahu pasiennya asistol di tengah jalan. Ternyata, bisa nemu tabung oksigen aja udah syukur..
3. Saya kirain ambulans yang sering dipake buat ngangkut pasien kecelakaan bakalan dilengkapi dengan alat pengaman buat penumpangnya. Ternyata seatbelt yang saya pakai ini, tidak lain dan tidak bukan hanyalah selembar selendang berbahan keras yang nggak ada tombolnya. Sekarang saya malah kebingungan kenapa mereka pasang selendang-selendangan ini. Apakah untuk mencegah supir ambulansnya ditilang kalau ada razia polisi?

Tapi ada juga yang bikin saya seneng, soalnya nih ambulans nyalain sirenenya meraung-raung di atas kap. Orang-orang jadi minggir semua, saya jadi berasa pejabat, hehehe.. Bunyi sirene itu seolah-olah mau bilang, "Minggir! Minggir! Vicky mau lewat!" Padahal yang lewat kan cuman pasien hamil yang lagi tidur nyenyak, ketubannya belum pecah pula.. :p

Dan ternyata ambulans nggak ngebut-ngebut amat biarpun sepertinya setiap orang udah.minggir. Speedo-nya lho, nggak beda-beda jauh dari kecepatan bokap saya kalau lagi lari di jalan tol. Lampu merah yang mahalelet pun diterabas, merdeka!

Hohoho.. besok-besok saya bakalan minta naik ambulans lagi ah. Tapi buat nganterin pasien aja, jangan jadi yang dianterinnya, hihihi..