Sunday, July 29, 2012

Ketika Shalat Jadi Berat

Gambar diambil dari sini
Dulu banget saya pernah baca tulisan seseorang yang ngaku pernah ketemu setan, dia nanya ke setan tentang bagaimana cara setan ganggu ketakwaan manusia. Lalu setan menjawab, waktu dia lihat manusia sholat, si setan itu mengajak teman-temannya yang sesama setan untuk naik ke atas punggung si manusia. Akibatnya manusia jadi merasa pegel sehingga sholatnya jadi dicepet-cepetin supaya segera selesai dan pegelnya ilang.

Sebenarnya saya nggak percaya tulisan itu karena saya rasa bisa ngerumpi sama setan itu lebih mustahilnya dengan ngerumpi sama Michael Jackson. Tapi nyokap saya pernah bilang sama saya kalau ngebangunin saya buat sholat subuh waktu jaman saya masih a-be-geh itu, kalau saya males bangun, itu pasti tandanya lagi ada setan lagi nyamar jadi bantal yang saya tidurin. Pikiran itu membuat saya jijik, jadi saya buru-buru mbanting selimut saya dan lari ke kamar mandi karena merasa meniduri setan.

Semalem, dalam khotbah pas taraweh di acara taraweh barengnya sekolah saya, pas tukang kotbahnya bicara, dos-q bilang bahwa pada jaman dulu, sholat paling berat itu sholat subuh. Atau sholat isya. Soalnya, situasinya dunia masih gelap, nggak ada orang di sekitar, lalu disuruh sembahyang. Membuat saya tercengang-cengang, memangnya sholat itu harus dilihat orang lain ya sampek-sampek sholat di situasi sepi aja begitu sulit untuk dilakukan.

Tapi sebenarnya saya nggak setuju sama Pak Tukang Kotbah. Buat saya, sholat paling berat itu adalah saat saya udah wudhu, tiba-tiba di pintu kamar bersalin nongol perempuan hamil mengerang-ngerang dengan jabang bayi yang kepalanya siap-siap mau nongol di ujung bokongnya. Dan saya satu-satunya dokter di situ yang kompeten buat nolong.

Kalau Anda gimana, sholat paling berat itu pas kapan?
http://laurentina.wordpress.com 
www.georgetterox.blogspot.com

Saturday, July 14, 2012

Saya Nggak Pernah Ganti Profile Picture

Sesungguhnya kamar bersalin itu, telah dirombak menjadi studio foto.

***

Minggu lalu, pas lagi nggak ada pasien di kamar bersalin, mendadak saya dan kolega-kolega saya sesama banci narsis mendadak punya ide gila foto-fotoan di situ. Maka jadilah tempat tidur pasien yang lagi nganggur kami panjat, lalu kami suruh kolega junior kami yang malang untuk memotret kami dengan segala gaya. Berhubung kami nggak mau susah, fotonya cukup pakai kamera HP aja. Selesai foto-fotoan, tiap foto langsung kami kirim ke masing-masing orang di dalam foto, sehingga tiap orang langsung bisa dapet hasilnya dengan cepat. Sambil berdoa semoga direktur rumah sakit nggak puyeng lihat tempat tidur pasien dirombak oleh dokter-dokternya buat jadi tempat foto-fotoan :p

Nah, kolega saya yang ikutan foto itu, dengan eforianya menyambar salah satu foto dan langsung ganti profile picture BBM-nya.
Tiba-tiba, dos-q menoleh kepada saya, dan berkata, "Ayo, ganti profile picture-mu. Kamu tuh ya nggak pernah ganti profile picture!"
Saya mendadak mengerutkan kening. Dan spontan bertanya, "Harus ya?"

***

Lalu, sorenya, temen lama yang sudah lama nggak kontak sama saya, kirim pesan ke saya, sekedar bertanya, apa saya masih idup. *Ya ampun. Memangnya berita kematian saya sudah masuk koran ya? Koran mana?*
"Kenapa gituh?" tanya saya.
"Nggak. Soalnya kamu nggak pernah status."
Dan saya pun ketawa. :D

***

Mereka-mereka yang Facebook-an sama saya pasti hapal kalau saya nggak pernah ganti status di Facebook. Dan saya nggak pernah ganti profile picture saya selama empat tahun terakhir. Saya nggak pernah update CV online saya itu. Hal-hal terbaru tentang saya rata-rata adalah foto yang di-tag atas nama saya, dan foto-foto itu kebanyakan di-upload-in sama my hunk, hahaha..

Sekitaran beberapa bulan lalu keponakan saya tanya kenapa saya nggak pernah ganti profile picture. Profile picture saya di semua jejaring sosial sama aja, di Facebook, di Twitter, di Yahoo Messenger, dan entah di mana lagi, saya nggak ingat. Keponakan saya terheran-heran karena dos-q tahu bahwa saya ini narsis berat. Katanya, "Anak jaman sekarang itu nggak gaul kalau picture-nya nggak ganti, Tante.."
Saya ketawa ngakak. Lalu saya berkata kepada keponakan saya yang baru berumur 13 tahun itu, "Njeng, masalahnya kan..Tante bukan anak-anak lagi.." Wkwkwkwkwk..

***

Masalahnya kan, KENAPA?

Yah, mungkin jawabannya simpel: Saya nggak nganggap itu penting.
Orang lain boleh-boleh aja ganti foto profile picture-nya setiap hari. Tapi saya nggak. Bukan saya nggak mau. Tapi saya punya hal-hal lain yang saya prioritaskan lebih penting untuk dikerjakan. :D

Lagian salah juga kalau orang nganggap saya nggak up-to-date lantaran saya nggak pernah update di Facebook. Biasanya saya malah balik bertanya, "Hari gini masih update di Facebook??! Twitter dong, TWITTER!"

Buat saya, update blog saya jelas lebih penting ketimbang update profile picture. Jadi biarlah foto saya si senyum anggun bergaun cokelat itu dihafal orang di mana-mana, siapa tahu itu jadi icon saya, hihihi..

***

Tapi my hunk akhirnya mengeluh ke saya kemaren. "Fotomu yang pake baju cokelat itu ganti opo'o.. Banyak lho foto-fotomu yang juga nggak kalah cantik.."
Dan mendadak saya jadi tertegun. Hngg..mungkin my hunk benar.
Nanti lah ya, saya ganti foto. Kalau saya sudah punya waktu. Moga-moga, setelah saya ganti foto, banyak orang merayakannya dengan mentraktir saya makan-makan. Belum tentu kan, saya ganti profile picture setahun sekali.. :D

Thursday, July 5, 2012

Yahoo dan Google Musuhan?

Sekitar tiga bulan lalu saya diamuk kolega senior gara-gara mereka kirim e-mail ke saya tapi saya nggak merespons. Saya sendiri terheran-heran karena saya nggak merasa terima e-mail dari mereka. Saya kan orangnya mobile, e-mail sudah saya setel di HP, jadi kalau ada e-mail masuk saya pasti langsung tahu karena toh saya nggak pernah matiin HP. Jadi bagaimana caranya dua orang ngeyel sudah ngirimin saya e-mail padahal saya nggak pernah terima apa-apa?

Karena penasaran, akhirnya saya buka e-mail saya pakai leptop, karena memang ada beberapa hal di versi website yang sering nggak nampak kalo halamannya kita buka pake versi mobile. Lalu pas saya buka, saya terhenyak. Ada pemberitahuan bahwa spambox saya berisi 12 biji. Saya mengernyit jijik, soalnya saya nggak suka nimbun sampah banyak-banyak di tempat spambox.

Saya buka spambox saya buat liat siapa aja yang udah ngirimin junk mail itu. Ada tukang jualan viagra. Ada tukang ajak judi rolet. Dan..satu e-mail yang nama pengirimnya saya kenali sebagai kolega senior saya.

Najis tralala. E-mail kolega saya masuk spam!

Kok bisa sih??

Akhirnya e-mail kolega itu saya evakuasi dan saya kembalikan ke inbox. Sambil menggerutu bagaimana caranya Gmail dengan cerobohnya bisa masukin e-mail seseorang ke spambox tanpa ijin saya. Pantesan saya nggak tahu kalo kolega saya kirim e-mail. E-mail yang masuk spambox nggak akan ada notifikasinya di HP saya!

Setelah itu, saya buka e-mail saya yang lain lagi, kali ini di Yahoo Mail. Lagi-lagi ternyata spambox saya isi belasan. Saya buka buat bersihkan. Dan..oh la la, di spambox sana ada e-mail dari kolega senior saya yang satu lagi!

"Rasanya aku mau pingsan.."

Baik Yahoo Mail maupun Gmail sama begonya, nggak bisa bedakan e-mail penting dan e-mail spam.

Lalu saya terhenyak. Eh, kolega senior saya yang kirimin e-mail ke Gmail saya, dos-q kirimkan e-mail-nya dari alamat Yahoo.
Sebaliknya, kolega saya yang satu lagi, yang kirimin e-mail ke Yahoo Mail saya, dos-q kirimkan e-mail-nya dari alamat Gmail!

Apakah ini berarti Gmail dan Yahoo Mail sama-sama memusuhi e-mail kiriman saingan masing-masing? Sehingga e-mail dari Gmail akan diperiksa ketat sedemikian rupa oleh Yahoo Mail sehingga kalau aneh dikit aja langsung otomatis masuk spam?

Saya sebenarnya mau nulis ini dari tiga bulan lalu, tapi saya sibuk.
Sampek kemudian tadi malem saya oprek-oprek Yahoo Mail saya dan mau bersihin spam, ternyata saya nemu e-mail penting dari teman saya di Selandia Baru. E-mail itu dikirimin dari Gmail.
Saya inget sih teman saya itu beberapa minggu lalu kirimkan e-mail broadcast ke banyak alamat. Mungkin itu sebabnya Yahoo Mail langsung mengecapnya tukang spam.

Tips supaya kirim e-mail nggak masuk spam di tempat tujuan:
1. Kalo bisa punya dua alamat e-mail, di Yahoo maupun di Gmail. Kalau alamat yang dituju itu di Gmail, kirimkan e-mailnya dari Gmail.
2. Jangan ngirim e-mail yang sama ke banyak orang a la broadcast itu. Biasakan kirim personal. Kalau mau kirimkan e-mail ke banyak orang pada saat bersamaan, gunakan Yahoo Group.
3. Pelihara password e-mail-mu, jangan dikasih tahu ke orang lain yang potensial gaptek, apalagi disebarin ke temen yang jadi anggota MLM atau jaringan agama aliran sesat.
4. Jangan pakai password yang sama untuk e-mail maupun untuk jejaring sosial. Gimana kalo password e-mail-mu ABCDEFG, terus password Twitter-mu ya ABCDEFG, password Facebook-mu ABCDEFG juga? Kreatif dikit, napa??
http://laurentina.wordpress.com
www.georgetterox.blogspot.com

Tuesday, July 3, 2012

Nguping Rumpian Dokter Sebelah

Dugem, pada hakekatnya adalah bersenang-senang. Mencicipi makanan sampek kenyang, menyeruput esgrim sampek lidah mati rasa kedinginan, pulang sambil sempoyongan dengan perut miring sebelah. Mabuk atau tidak, yang penting hati puas. Karena sesungguhnya, dugem artinya DUnia GEMbul alias makan-makan..

Suatu malam dua bulan lalu, saya dugem bareng my hunk di sebuah restoran Italia di kawasan Darmo. Kami ambil tempat di pojok, yang sudah saya analisa sedemikian rupa dan saya simpulkan bahwa tempat itu cukup strategis untuk melihat setiap stand makanan dan punya jarak perimeter yang sama dengan masing-masing stand, sehingga kalau kami masih keblinger, kami tinggal sambar penganan yang kami mau (yang nulis ini, aseli orangnya gembul abis)(tapi tetep cantik) (terserah deh, nurut aja) (lanjut!).

Lalu ternyata, di meja tetangga, ada segerombolan pengunjung yang langsung saya kenali, nampaknya adalah kolega-kolega saya dari kantor. Kami sama-sama dokter, tapi departemennya lain. Kalau di kantor, saya kan di lantai atas, kalau mereka itu di lantai bawah.

Nampaknya satu departemen itu lagi dugem bareng-bareng di restoran itu. Dengan berpiring-piring pizza di meja, plus gelas-gelas sloki yang malah diisi squash. Jumlah mereka yang banyak, plus volume suara yang keras, bikin saya bisa menguping pembicaraan mereka dengan mudah.

Dan astaghfirullah..mereka sedang bicara tentang pneumothorax! *tepok jidat*

Sudah jauh-jauh ke salah satu restoran paling fancy di kota dan yang diomongin masih urusan pneumothorax??

***

Kalau dokter ngerumpi sama sesama dokter lagi, pasti yang diomonginnya itu-itu lagi: Pasien yang sakitnya jelek. Kolega yang suka nikam dari belakang. Kongkalikong sama detailer yang tukang nipu. Rumah sakit dengan manajemen korup.

Saya bosan.

Mbok saya kepingin tuh jalan-jalan sama kolega-kolega saya sembari ngomongin hal-hal yang lebih variatif. Tentang harga tiket snorkling yang murah. Cari tukang jual wagyu yang enak. Atau salon pijet yang bisa bikin ketiduran. Yang pasti, bukan debat kusir soal urusan medis yang nggak jelas juntrungannya.

Makanya, kalau my hunk ngajak saya nemenin dos-q ketemu temannya entah siapa, saya hampir selalu semangat mengiyakan. Soalnya saya tahu temannya bukan dokter. Dan berkenalan dengan orang baru selalu kasih kita pengetahuan baru. Itu membebaskan kita dari dunia karier akademis kita yang cupet.

Sodara-sodara, ada yang kepingin jalan-jalan sambil makan-makan? Ayuk, ajakin saya ya..

*Foto diambil di sebuah tempat dugem pada sebuah hotel di Surabaya yang jualan nasi goreng. Alhamdulillah, waktu itu kami nggak ada yang ngomongin urusan medis.*
http://laurentina.wordpress.com
www.georgetterox.blogspot.com