Monday, October 14, 2013

Kejar Paket A Gagal

Di Bandung, sewaktu nungguin pesawat yang akan membawa saya pulang ke Surabaya, saya baru ngeh bahwa di ruang tunggu keberangkatan bandara, sekarang ada mesin minuman. Anda tahu mesin itulah, yang kita masukin duit ke dalamnya, lalu setelah itu minuman akan keluar dan kita boleh ambil minumnya.

Terakhir kali saya lihat mesin ini waktu saya jalan-jalan ke Sinx. Perbedaan mesinnya, kalau di Sinx, mesinnya bersedia kasih minum meskipun kita cuman kasih koin. Tapi mesin yang di Indonesia, mesinnya cuman mau dikasih duit kertas, baru dia mau kasih kita minum. Kalau kasih koin doang, mesinnya ngelepeh koinnya. Yah kayaknya sebelas dua belas dengan pengemis di Cianjur yang ngelepeh kalo cuman dikasih koin. Padahal koinnya seribu. Dan koin seribu itu jarang banget. Pengemis siyalan. Nggak ngerti barang langka.


Kembali ke cerita mesin. Karena saya kurang kerjaan, nggak sengaja saya lihat seorang pengunjung mencoba beli minum di mesin itu. Duitnya sempat ditolak mentah-mentah oleh si mesin, tapi setelah mencoba berkali-kali, akhirnya si pengunjung berhasil mendapatkan minuman yang dia mau. Saya mengamatinya dan menyadari kesalahan umum yang biasa dilakukan pengguna mesin minuman di Indonesia.

1. Kasih duit yang kusut. Mesinnya nggak bisa baca, maka si mesin ngelepeh duitnya.
2. Lampu masih nyala, tapi dia udah keburu buka pintu mesinnya. Karena mesin masih nge-brew kopinya, maka mesinnya nggak mau meladeni.

Bukan masalah mesinnya sombong, nggak mau duit kusut atau nggak mau ngegodok kopi cepet-cepet. Tapi sebetulnya kesalahan paling umum customer Indonesia memang "nggak mau baca".

Jelas-jelas di pintu mesin itu ada tulisan: "Petunjuk Penggunaan Mesin. Masukkan lembar uang yang tidak kusut ke lubang. Pilih minuman yang Anda inginkan. Tunggu selama lampu nyala. Bila lampu padam, silakan ambil minumannya di balik pintu."

Dari awal si mesin sudah kasih tahu aturan mainnya. Tapi si customer nggak mau baca. Lha yang salah siapa?

Tapi ini bukan sekali dua kali orang kesasar gara-gara nggak baca. Berapa kali kita melintasin jalan sepi padahal jelas-jelas ada tulisan Dilarang Masuk. Atau sudah tahu di tiket parkir dikasih tahu jangan ninggalin barang berharga di mobil, tapi tetep aja ngamuk ke tukang parkir kalau balik ke parkir dan nyadar kalau leptop yang disimpen di bangku belakang udah raib. Yang paling sering adalah kalau kita ngedownload aplikasi dan di awal udah disodorin segepok Term and Condition, terus tanpa baca T n C kita langsung scroll ke bawah dan mencet "I Agree".

Lha solusinya gimana? Saya ragu kalau seluruh orang Indonesia disuruh ikut Kejar Paket A, mereka tetap nggak bakalan mau baca petunjuk pada mesin minuman. Apalagi disuruh baca T n C sebelum ngedaftar ikutan Linked-In. Karena bukan kita ini nggak bisa membaca, tapi karena kita memang nggak mau membaca. Males.

Sewaktu saya mengakhiri paragraf ini, seorang bapak mendekati mesin dan celingak-celinguk kiri kanan sebelum memasukkan duit. Saya menunduk pura-pura lihat HP, dan saya lihat duitnya ditolak. Dia cuman mencoba satu kali, lalu dia mundur. Apakah dia merasa malu karena gagal masukin duit ke mesin minuman dan takut ketahuan orang yang nggak dia kenal?
www.laurentginekologi.wordpress.com
www.laurentina.wordpress.com
www.georgetterox.blogspot.com