Tuesday, September 30, 2014

Sejahtera Ketika Tua Nanti

Manusia tumbuh, bertambah usia, dan akhirnya menua. Ketika menjadi tua, kita kepingin hidup kita yang enak-enak saja. Bermain bareng cucu, bisa makan segudang, bebas main kartu Uno sama tetangga tiap malam Jumat, tanpa harus mikirin sakit-sakitan meskipun cuman sekedar encok. Alangkah indahnya hidup ini.

Persoalannya, kita jarang banget lihat orang tua seperti itu sekarang. Tengok deh nenek-kakek kita, atau tetangga-tetangga kita yang seumuran nenek-kakek kita. Apa kira-kira isu mereka kalau lagi ngobrol sama kita? Selain mengeluh sakit-sakitan, kesepian, ternyata keluhan tersering adalah masalah ekonomi. Kita sering melihat rumah-rumah yang dihuni orang pensiunan umumnya gelap, kadang-kadang kotor berdebu, baju mereka lusuh. Sebenarnya ciri khas pensiunan itu, orangnya sering ngirit. Mulai dari ngirit listrik, ngirit pel, sampai ngirit deterjen.



Alasan utama orang ngirit biasanya simpel: mereka takut besok-besok tidak bisa hidup seenak sekarang. Apalagi pensiunan yang jelas-jelas penghasilannya nggak sebanyak dahulu waktu masih bekerja. Mereka ngeri tahun depan mereka kehabisan uang, apalagi hidup di negara yang tiap presidennya hobi menaikkan harga BBM.

Semenjak dahulu, orang sudah diajarin turun-temurun untuk menghindari risiko kekurangan uang ketika pensiun ini dengan cara menabung. Orang tua kita mengajari kita untuk menabung di bank dalam bentuk deposito, dengan harapan tabungan kita akan bertambah karena mendapatkan bunga. Diharapkan jika kita rajin menyisihkan penghasilan kita untuk deposito, maka deposito itu akan bisa memenuhi kebutuhan kita pada masa pensiun kelak.

Namun di masa kini, deposito di bank tidak relevan lagi untuk jadi dana pensiun. Kenapa?

1) Sakit
Karena ternyata kadang-kadang dalam perjalanan hidup ada kejadian-kejadian tidak terduga yang membutuhkan uang banyak sehingga kita terpaksa mencairkan isi tabungan kita. Contohnya, kita menderita sakit parah yang menyebabkan harus dirawat di rumah sakit. Perawatan di ICU dan tindakan operasi termasuk hal-hal yang paling banyak mengeluarkan uang dari sekian pos untuk biaya kesehatan.
Sebagai ilustrasi, perawatan di ICU untuk rumah sakit pemerintah per harinya minimal Rp 1 juta, dan untuk merawat penyakit demam berdarah di ICU rata-rata butuh tiga hari.
Biaya operasi Cesar untuk melahirkan di rumah sakit pemerintah minimal Rp 5 juta, belum termasuk obat dan sewa kamar inapnya. Di Indonesia, dari sekian banyak persalinan yang terjadi, sekitar 30% harus dioperasi Cesar untuk menyelamatkan ibu atau bayinya karena kondisi fisik yang tidak bisa melahirkan normal.

2) Inflasi
Inflasi di Indonesia rata-rata adalah 10% setiap tahunnya, artinya harga barang umumnya naik 10% tiap tahun. Sebagai contoh, jika beras merk X 5 kg yang biasa kita nikmati harganya Rp 50.000, maka tahun depan harganya akan naik Rp 55.000. Konsep inflasi ini jadi penting karena bunga deposito di bank di Indonesia, saat ini rata-rata hanya 6-8%/tahun. Jadi sebanyak apapun kita menabung uang di deposito, tidak akan bisa memenuhi kebutuhan beras kita di masa depan karena kenaikan harga barang di negara kita adalah 10% per tahunnya.

SOLUSI ?
Kita tidak mungkin berharap kita tidak akan sampai harus dirawat di rumah sakit, karena kita juga tidak tahu rencana Tuhan untuk menguji kemampuan keuangan kita. Dan tidak mungkin melarikan diri ke negara yang kira-kira inflasinya lebih rendah, karena inflasi terjadi di semua negara, bahkan di negara yang perekonomiannya paling stabil sekali pun. Tapi ada jalan keluar yang bisa kita siapkan untuk menjaga agar keuangan kita di masa pensiun nanti agar gaya hidup kita tetap bisa seperti sekarang, yaitu dengan memiliki asuransi kesehatan dan investasi.

1) Asuransi kesehatan
Asuransi yang ideal mestinya menjaga agar kita tidak sampai jatuh ke keadaan harus dirawat di rumah sakit. Di Indonesia, ada empat penyakit yang paling sering membuat orang harus dirawat di rumah sakit, yaitu 1) Penyakit jantung, 2) Serangan stroke, 3) Sakit paru-paru, 4) Kecelakaan yang menyebabkan harus dioperasi. Penyakit nomor 4) mungkin adalah musibah yang tidak bisa dihindari. Akan tetapi penyakit nomor 1), 2), dan 3) adalah penyakit yang seharusnya gejala-gejalanya sudah bisa dirasakan sejak awal, sehingga penderitanya bisa diobati hanya dengan berobat jalan. Dengan hanya cover biaya berobat jalan menggunakan asuransi kesehatan, penderita tidak akan sampai jatuh ke tahap penyakit yang sudah parah sehingga sampai perlu membobol depositonya hanya untuk biaya ICU apalagi operasi.

2) Investasi
Pada dasarnya investasi adalah kegiatan menanamkan uang pada alat investasi untuk menghasilkan nilai uang yang lebih banyak. Ada banyak contoh alat untuk investasi, misalnya:

a) emas
Kita membeli emas batangan, lalu menjualnya kembali dengan harga yang lebih mahal. Kesulitan dari investasi emas ini adalah kita harus mencari toko mas mana yang mau membeli emas batangan milik kita dengan harga yang kita inginkan.

b) saham
Kita menanamkan modal di perusahaan seseorang dalam bentuk surat pernyataan kepemilikan saham, lalu mencairkan modal tersebut saat harga saham tersebut sudah lebih mahal. Kesulitan dari investasi saham ini adalah karena perusahaan yang kita modali ini tidak kita kelola sendiri, maka kita harus pandai memilih perusahaan mana yang kinerjanya baik sehingga kita percaya bahwa modal kita akan kembali dengan untung.

c) reksadana saham
Kita menyetorkan uang di sebuah perusahaan manajemen investasi, lalu perusahaan manajemen itu akan memutar uang kita untuk memodali banyak perusahaan. Ketika perusahaan-perusahaan yang dimodali sudah menghasilkan laba, laba akan diberikan kepada kita selaku penyetor uang. Kesulitan dari investasi reksadana ini adalah nilai reksadana yang bisa berkurang, terutama jika perekonomian negara goyah, sehingga nilai modal kita bisa berkurang pada saat kita ingin menjual reksadana tersebut.

d) perusahaan sendiri
Kita menyisihkan uang untuk membeli produk tertentu, lalu menjual produk tersebut dengan harga yang lebih mahal. Atau kita membuat produk sendiri, lalu menjualnya dengan harga yang lebih banyak daripada nilai produksinya. Kesulitan dari investasi ini adalah kita perlu punya kemampuan berwiraswasta yang harus dilatih dalam jangka waktu lama.

Investasi yang paling tinggi keuntungannya adalah properti. Baik itu dalam bentuk tanah, bangunan rumah, atau sekedar unit apartemen. Karena harga properti tidak pernah turun dan tingkat keuntungannya bahkan lebih tinggi daripada keuntungan saham.

Saat ini hanya 10 persen penduduk Indonesia yang punya asuransi dan investasi. Karena kesadaran rakyat di negara kita untuk memikirkan kesejahteraan masa pensiun masih kurang. Jika Anda ingin hidup senyaman sekarang di masa tua nanti, sebaiknya Anda mulai menyisihkan dana sedikit demi sedikit untuk membeli premi asuransi dan memilih investasi. Asuransi dan investasi ini tidaklah mahal, karena jika kita memikirkan manfaatnya, maka nilai manfaatnya di masa depan jauh lebih besar daripada harga yang harus kita bayarkan sekarang untuk memiliki asuransi dan investasi tersebut.
http://georgetterox.blogspot.com
http://laurentina.wordpress.com