Friday, April 10, 2015

Berhadapan dengan Si Tunnel Vision

Orang nggak hamil: "Nanti melahirkan di mana?"
Saya: "Mungkin di Rumah Sakit P."
Orang nggak hamil: "Sama dokter siapa?"
Saya: "Nggak tau, gimana dokternya yang piket aja nanti pas saya dateng ke situ."
Orang nggak hamil: "Lho, emang selama ini periksanya sama siapa?"
Saya: "Oh, ganti-ganti. Kadang sama dokter K, kadang sama dokter L, kadang-kadang malah sama dokter M. Yaah tergantung pas saya dateng ke sana adanya siapa yang lagi praktek."
Orang nggak hamil: "Oh bukan sama dokter H*rt*n*?" (Sambil nyebut makhluk beruban paling kejam sekota yang nggak pernah njahit perut pasiennya sendiri setelah Cesar dan selalu nyuruh asistennya buat njahit.)
Saya: "Hahahaa..saya nggak mau sama orang itu!" (Sambil pasang gestur melambaikan tangan dan pasang ekspresi jijik.)
Terus orang nggak hamilnya langsung diem.

Ma'am, saya tahu kalau situ bisa hamil lagi, kamu ingin diberesin sama H*rt*n*. Tapi saya tidak kepingin disentuh sama dia, saya nggak peduli biarpun mungkin situ pikir dia dokter terbaik se-Indonesia.

Ini rahim saya, saya yang menentukan dengan siapa saya ingin mencari pertolongan medis, dan pendapat situ nggak ada nyantolnya sedikit pun di kepala saya. Eh, nyantol ding, setidaknya buat bahan ngeblog.

Belajarlah untuk tidak nyuruh orang lain berpikir seperti caramu berpikir.



P.S. Alasan saya gonta-ganti dokter: Supaya ada variasi pengalaman berhadapan dengan bermacam-macam orang. Jadi pengetahuannya lebih banyak.
Dan itu membantu saya lebih objektif untuk membuat keputusan cara melahirkan.
http://georgetterox.blogspot.com
http://laurentina.wordpress.com