Friday, March 16, 2012

Tanya Suaminya!

Kerjaan saya tiap hari menginterogasi ibu-ibu hamil. Salah satu evaluasi yang mesti saya lakukan adalah memperkirakan kapan perempuan-perempuan ini akan melahirkan. Salah satu metode paling akurat buat memperkirakan tanggal kelahirannya itu adalah menghitung dulu kapan ibunya terakhir kali dapet menstruasi. Tapi ini justru paling susah, karena sebagian besar ibu justru nggak inget kapan terakhir kali mens.

Saya: "Bu, kapan terakhir datang bulan, Bu?"
Ibu (mengelus perutnya yang menggembung bak naga nelan rumah): "Aduh, saya lupa.."
Saya: "Dikira-kira dong, Bu. Bulan apa kira-kira mens terakhir? Agustus? Juli?"
Ibu: "Ngg..kayaknya bulan lima, Dok.."
Saya: "Bulan Mei ya? Tanggal berapa?"
Ibu: "Ngg..tanggalnya nggak inget, Dok.."
Saya: "Coba diinget-inget lagi.. Tanggal belasan? Tanggal 20-an?"
Ibu: "Biasanya sih tanggal muda, Dok.."
Saya: "Tanggal berapa itu? Tanggal 1? Tanggal 5? Tanggal 7?"
Ibu: "Saya lupaa.."
Saya: -__-"

Beberapa ada yang lebih parah. Ini salah satu pasien hamil pertama yang nggak bisa bahasa Indonesia sama sekali dan cuman bisa ngomong bahasa Madura. Terpaksalah pembicaraan ini saya bikin dalam bahasa Madura yang patah-patah.
Saya: "Bu? Hamil, Bu?"
Ibu: "Enggih.." (Iya..)
Saya: "Hamil berapa bulan, Bu?"
Ibu: "Ta' oni.." (Nggak tahu..)"
Saya: (mulai bingung, lalu saya ingat bahwa salah satu metode menginterogasi tanggal mens adalah bertanya dari menikah sampek menyadari hamil itu butuh berapa bulan) "Ibu, Ibu kawin berapa tahun?"
Ibu: "Situng.." (Satu..)
Saya: "Ibu kawin bulan apa?"
Ibu: (diam sebentar sementara terengah-engah, maklum ibunya preeklampsi) "Bulan Rejeb.."
Saya: (nangis darah lantaran nggak apal penanggalan Hijriyah)

Lalu saya teriak ke suster di rumah sakit. "Buu..bulan Rajab itu bulan apa kalo tahun Masehi??"
Suster: (kebingungan dan membolak-balik kalender di ruangan, kalendernya gambar obat-obatan dikasih detailer dari farmasi *a*** Farma) "Dok, di sini adanya tanggalan Cina.."
Saya: "Dasar pedagang imperialis!"

Ibu-ibu hamil ini memang kadang-kadang menjengkelkan. Kontrol kehamilan hampir nggak pernah, dateng-dateng cuman buat minta USG. Giliran ditanya hamil berapa bulan, mendadak amnesia.
"Yakin Ibu hamil sembilan bulan? Atau sepuluh bulan?" tanya saya melirik waswas ke perutnya yang menggembung tanggung. Batin saya, kalo cuman hamil sembilan bulan berarti dia masih oke. Tapi kalo sampek hamil sepuluh bulan dan perutnya kecil gitu, berarti si bayi sudah tua dan terabaikan dengan berat yang kecil di dalam selama berbulan-bulan.
"Sembilan kok, Dok..seingat saya sih.." jawab si ibu ketawa meringis.
"Jadi ibu terakhir mens bulan apa? Mei apa Juni?"
Si ibu diam sebentar. "Lupa.."
Saya pegang meja. Takut pingsan saking gemesnya. Akhirnya saya melirik suaminya dengan tatapan lu-punya-bini-yang-lu-buntingin-tapi-kok-nggak-lu-suruh-periksa-ke-mana-mana-selama-ini-sih.
Suaminya mesem-mesem tengsin, dan akhirnya berkata, "Seingat saya memang bulan Juni itu masih keluar darah, Dok. Belum bersih sekali.."
Saya: "Sampeyan inget soalnya sampeyan yang berkepentingan ya?"
Suaminya: "Hehehee.." (Nyengir)

***

90 persen wanita di dunia ini punya siklus mens yang nggak teratur. Ada yang keluar empat minggu sekali, ada yang keluarnya sampek tujuh minggu sekali. Tidak heran banyak yang tidak menyadari bahwa dirinya hamil. Ada yang terlena dengan absennya sampek tahu-tahu tersadar bahwa dia sudah nggak mens tiga bulan. Tahu-tahu pas periksa ternyata hamil lima minggu.

Lalu saya jadi inget sendiri. Eh, saya terakhir kali mens tanggal berapa ya? Siklus saya rasanya teratur, tapi saya lupa aja persisnya tanggal berapa.

Lalu saya ngomong ke my hunk, "Aku sekarang pikun ya? Kok aku lupa ya mens terakhirku tanggal berapa?"
My hunk (enteng menjawab): "Kamu terakhir kali mens itu tanggal X."
Saya: (kaget) "Lho, kok Mas inget?"
My hunk: "Soalnya tanggal segitu kamu jadi sensi dan bad mood terus.."