Dalam pernikahan, selalu
ada yang pertama. Masak pertama. Nyuci baju pertama. Masang antene tv pertama.
Browsing rumah pertama. Mandi bareng pertama. Dan entah apa lagi yang pertama.
Ini sudah 10 malam
terakhir bulan Ramadhan dan tahu-tahu my hunk bilang kalau malam ini dos-q mau
ngumpul bareng temen-temennya. Sesama pria. Saya sih nggak keberatan, tetapi
itu jadi persoalan sewaktu dos-q bilang dos-q mau pulang subuh. Saya mengkeret.
Soalnya berarti itu konsekuensinya dos-q bakalan di luar rumah dari malem
sampek subuh. Berarti saya tidur sendirian dong malam ini?
He's always there beside me. Now he wants to beside himself for a while. |
Bukan saya nggak berani
tidur sendirian ya? Semenjak menikah, seumur-umur cuman satu kali saya tidur
sendirian di kamar, yaitu waktu my hunk pergi seminggu keluar kota untuk urusan
kerjaan. Sisanya bukan saya yang tidur sendirian, tapi saya yang ninggalin my
hunk tidur sendirian.. soalnya saya jaga rumah sakit.
Well, saya sendiri nggak
keberatan tidur sendirian selama itu urusan cari nafkah atau sekolah, tapi ini
kan.. ugh, semata-mata karena dos-q mau kumpul sama temen-temennya.
Yah, saya tahu sih kalau
sudah jadi kebiasaannya tiap tahun buat kumpul sama temen-temennya pada malam-malam
terakhir bulan Ramadhan. Mereka kumpul di mesjid, tahajud, denger khotbah, baca
tasbih dan entah apa lagi. Dos-q sendiri sudah melakukannya sejak dulu, sejak
kami masih pacaran dulu. Dulu saya mengira dos-q melakukannya karena
semata-mata dos-q masih membujang. Dan saya taunya temen-temennya yang sesama
begadang itu ya bujangan juga. Tapi saya kenal beberapa di antara mereka, dan
saya tahu kalau sebagian dari mereka tahun ini sudah punya bini juga, dan malah
ada yang sudah punya bayi segala. Kok ya masih ngumpul di luar malem-malem seeh?
Lalu mendadak saya jadi
cembokur karena dos-q milih begadang sama temen-temennya ketimbang tidur sama
bininya. (Yeah I know, ini sangat kekanak-kanakan.)(Biarpun cuman sekali aja
dalam setahun.) (Tetep aja, saya cembokur.) (Alinea ini menggunakan tanda
kurung terlalu banyak.)
Terus, mendadak saya jadi
malu juga sama diri sendiri. Tentang berapa banyak malam yang sudah dihabiskan
my hunk sendirian di malam hari sementara bininya jaga rumah sakit, melek lebih
banyak daripada satpam. Tentang berapa banyak waktu dan tenaga yang sudah dihabiskannya
cuman demi nganter jemput saya sekolah, karena sekolah saya nggak seperti orang
normal, di mana saya pergi sebelum matahari terbit dan saya pulang menjelang
larut malam. Mbok ya sebaiknya sekali-sekali saya membiarkannya jadi dirinya
sendiri, bukan terus-menerus menjadi guardian angel saya..
I may be not loving him
too much, I’m just loving myself too much.. Sampek-sampek nggak rela kalau
sekali-sekali saya nggak dijagain.
Alternatif terbaiknya,
saya ikutan kumpul sekalian sama jemaah itu malam ini, tapi ya Allah..mereka
semua laki-laki dan mereka semua pasti nggak tidur malam ini. Kalau saya nekad
begadang pisan, besok saya pasti ngantuk berat waktu kerja di rumah sakit. Atau
alternatif lainnya, saya kabur aja ke rumah sakit, toh di sana ada kamar tidur
buat mahasiswanya. Tapi malam ini kamar ceweknya lagi penuh soalnya ditempatin
sama temen-temen saya yang jaga, kok ya kebetulan yang giliran jaga malam ini
ya cewek-cewek. Kalau saya tidur di kamar cowok, bisa-bisa saya didamprat ntar
sama senior saya nanti (ampun, Maas!). Lebih serem lagi kalau saya nekat tidur
di tempat tidurnya pasien, bisa-bisa nanti saya di-vaginal touche sama
temen-temen saya sendiri..yaiks!
Ya Tuhan, tolong jagakan
suamiku, aku masih perlu dia buat mijitin aku besok-besok. Ya Tuhan, untuk teman-temannya
yang sesama nongkrong itu, suruhlah istri-istri mereka memanggil mereka pulang
satu-satu. Dan untuk teman-temannya yang masih jomblo, pertemukanlah mereka
dengan wanita-wanita, supaya mereka punya gandolan lain yang lebih menarik
ketimbang kumpul-kumpul di luar malem-malem bersama suami beta..