Wednesday, September 4, 2013

Pak Guru Sudah. Dirimu?

Setelah ini saya jadi berpikir-pikir di mana sebaiknya saya beli skateboard.
***
Pagi ini dimulai ketika my hunk nganter saya ke rumah sakit. Menjelang pintu gerbang sekolah, mata saya tertumbuk pada sesosok pria tua menenteng sepeda di trotoar rumah sakit. Saya terperanjat mengenalinya, itu guru saya dan beliau berkeringat berbalut baju olahraga. My teacher bikes to work!

Tinggal 10 menit lagi acara sekolah kami akan dimulai dan kami masih di sini, di trotoar. Saya buru-buru turun dari mobil my hunk dan mempercepat jalan ketika masuk ke gedung, takut profesor sudah datang duluan di hall. Tapi saya masih belum lupa bahwa Pak Guru masih di trotoar, masih keringetan, masih pake kaos olahraga. Dan saya lihat tadi sepertinya sebuah mobil besar mewah menghampirinya, mungkin itu supirnya datang untuk menjemput sepedanya. Saya membatin tidak mungkin Pak Guru masuk rumah sakit dengan berpakaian seperti itu.

Saya masuk ke hall dan menghela napas lega karena profesor ternyata belum datang. Saat saya duduk dan berniat ngeblog, tahu-tahu pintu terbuka dan..itu Pak Guru masuk. Duduk di kursi favoritnya di pojok. Sudah pakai kemeja rapi. Tidak ada bekasnya sama sekali bahwa 10 menit yang lalu Pak Guru masih berseliweran di jalanan dengan bersepeda.



Apakah saya satu-satunya murid di hall ini yang memergokinya bike to work?

Padahal saya tahu rumah Pak Guru jauh banget, di Surabaya sebelah sono buanget. Saya jarang banget main ke daerah situ, saking jauhnya, kecuali kalau lagi niat mau beli bebek Palupi. Tapi Pak Guru naik sepeda dari rumah itu ke rumah sakit tempatnya mengajar..
***
Ada banyak alasan yang bisa bikin orang termotivasi untuk mengayuh sepeda jauh-jauh dari rumah ke kantor, tapi saya rasa Pak Guru memang serius ingin olahraga. Dan untuk dokter-dokter fakir-waktu-luang seperti kami, menyediakan waktu spesial untuk olahraga jelas tidak mungkin kecuali orangnya emang niat banget. Bahwa Pak Guru menyiasati itu dengan bersepeda dalam perjalanan ke kantor, saya bisa mengerti bahwa nampaknya itu waktu luang yang ada untuk berolahraga.

Kita ini sudah gede dan nampaknya sudah harus mulai mikir gimana caranya supaya tetap bisa hidup enak di masa depan. Nggak usah jauh-jauh mikirin tetangga yang kena stroke di umur 25 tahun, mulai dengan hal-hal kecil seperti ini, apakah saya masih kuat tawaf keliling mal cari sale sambil nenteng barang belanjaan di kedua tangan? Atau, apakah saya kuat begadang nonton balapan pacuan kuda sampek malem tanpa jatuh ngantuk di rapat besok paginya? Atau yang lebih sederhana lagi, apakah baju-baju di lemari masih muat di badan tanpa harus lepas kancingnya?

Menjaga berat badan supaya BMI tetap di bawah 23 sungguh tidak mudah. Mungkin itu sebabnya Pak Guru milih naik sepeda.

Saya, karena nggak punya sepeda, mencoba cara lain. Saya milih tidak jajan di kantin rumah sakit karena semua cemilan di situ bikin nagih. Sebagai gantinya saya bawa bekal makan siang dari rumah.
Untuk olahraga, saya milih jalan kaki pada hari weekend ke taman kota. Untungnya di Surabaya taman-taman kotanya cakep-cakep buat foto-fotoan.

Sebenernya saya kepikiran kepingin pake skate board ke sekolah. Tapi trotoar di Jalan Dharmahusada bolong-bolong euy..

Kalian, para jemaah blog saya yang perutnya sudah mulai buncit, sudah ngapain aja buat berolahraga?
www.laurentginekologi.wordpress.com
www.laurentina.wordpress.com
www.georgetterox.blogspot.com