Sepasang penganten berkostum
Jawa naik dan saat itulah seluruh penonton bertepuk tangan meriah. Pasangan itu
ke atas lagi namun mereka berdua mulai sempoyongan. Dalam waktu beberapa detik
saja mereka tak sanggup menahan berat badannya sendiri dan jatuh ke muka bumi.
Seluruh penonton melenguh kecewa..
Tukang sate. -Fahmi |
Beberapa saat kemudian,
seorang laki-laki muncul sambil memanggul angkringan sate di kedua bahunya.
Penonton yang sudah kecewa dengan penganten ambruk tadi, langsung
bersorak-sorai seolah menemukan atraksi penggantinya. Tapi si tukang sate
nampaknya keberatan sate, ia pun oleng dan jatuh terhempas ke tanah.
Kodok. -Vicky |
Jauh beberapa puluh meter
di hadapannya, seekor kodok sepanjang hampir sekitar 15 meter masih
bergerak-gerak anggun dengan tangan menggapai-gapai seolah berenang. Namun ia
tidak berenang di air, ia berenang di udara..
Anjing laut dan paus. -Fahmi |
Figures. -Fahmi |
Penganten Jawa, tukang
sate, dan kodok tadi, adalah bentuk figur layang-layang yang menghiasi langit
biru di sebuah festival layang-layang siang ini di Kenjeran Park, Surabaya. Festival yang konon digelar untuk ke-16 kalinya ini, memajang layang-layang
dalam beragam bentuk unik dari kota-kota di Indonesia. Ada bentuk dua dimensi
semacam reog dan wajah Bob Marley, dan ada juga bentuk-bentuk tiga dimensi
seperti burung, naga, dan figur yang paling banyak ditiru adalah ikan. Praktis langit
di atas lapangan Kenjeran Park itu jadi penuh dengan gambaran ikan-ikan terbang
di udara.
Festival layang-layang. -Vicky |
Perlombaan yang menyedot
perhatian kalangan fotografer di Surabaya ini ternyata betul-betul menantang
kamera. Orang-orang tumpek blek di sana, berebut ingin memotret layang-layang
lucu itu. Fotografer-fotografer maniak bertaburan di pinggir lapangan sembari
menguji ketangguhan zoom DLSR masing-masing. Sementara penonton-penonton
amatiran penggila Instagram macam saya yang cuman bermodalkan kamera HP terpaksa
bergerilya di tengah lapangan demi bisa motret dari jarak dekat. Panitia
berteriak-teriak dari corong mikrofon memperingatkan penonton supaya tidak
masuk lapangan terlalu jauh. Mereka takut bila mendadak ada angin kencang, benang
layang-layang raksasa yang sangat berat itu akan menyabet tubuh penonton.
Berusaha keras mempertahankan layang-layang di udara. -Fahmi |
Lomba ini seolah mengajari
penonton bahwa meskipun kelihatannya sepele, membuat layang-layang untuk
dilombakan, sebenarnya tidak gampang. Layang-layang yang kecil jelas kalah
heboh dibandingkan layang-layang yang sebesar anak paus. Layang-layang
hendaknya dibikin dengan warna segonjreng mungkin, karena layang-layang dengan warna
putih, biru, apalagi abu-abu, tidak akan kelihatan menarik difoto biarpun
terbangnya setinggi burung sungguhan. Layang-layang juga tidak boleh keberatan bahan
karena akan sulit melayang lantaran keberatan bobotnya sendiri. Bentuk layang
baru kelihatan sebagus desainnya yang di atas kertas bila anginnya cukup
kencang.
Blogger cantik yang lebih mirip turis. -Vicky |
Dan menonton festival
layang-layang itu sendiri juga harus sabar, karena ternyata peserta nggak mau
menerbangkan layang-layangnya kalau anginnya belum kencang-kencang amat.
Pasalnya, setiap layang-layang cuman dapet kesempatan naik melayang tiga kali,
kalau roboh ya didiskualifikasi. Dan karena butuh angin yang besar, praktis
festival harus dihelat di lapangan yang gersang. Alhasil, penonton harus berani
panas-panasan kalau kepingin dapet foto yang keren..
Catetan saya: Waktu kecil
saya sering lihat berita di tivi ada festival layang-layang. Hanya saja
festival itu pasti aja digelar di luar negeri. Seumur-umur nggak pernah saya
dengar ada festival layang-layang di Bandung, lagian saya tahu di Bandung nggak
ada lahan yang strategis buat jadi lokasi festival layang-layang. Jadi sekarang
pas diajakin my hunk nonton festival layang-layang di tempat yang jaraknya
cuman dua kilo dari rumah mertua saya, saya seneng banget. Lain kali mau ah
motret festival layang-layang lagi. Moga-moga peserta yang ikut pun lebih
banyak, dan bentuk layang-layangnya juga lebih variatif..
Semua gambar dipotret oleh Vicky Laurentina dan Eddy Fahmi.