Akhrinya saya punya waktu
barang sejenak buat baca buku resep masakan yang udah saya beli empat bulan
lalu dan memutuskan untuk mencoba beberapa resep. Yang ringan-ringan aja,
jangan yang berat-berat. Lebih disukai kalau bahannya bisa dibeli di mall,
supaya my hunk nggak usah pusing mikirin tempat parkir kalau nganterin saya
belanja logistik dapur. Lebih disukai lagi kalau mallnya buka di atas jam
sembilan malam, karena memang biasanya saya baru pulang dari sekolah itu jam
sembilan malam. Lebih disukai lagi kalau barang yang di supermarket itu ditata
sesuai label pada raknya, jadi kita nggak perlu tanya-tanya sama pramuniaganya
kayak orang bego (ya memang bego, namanya juga nggak pernah masak!). Misalnya
kalau jeruk citrus jangan ditaruh di rak yang dilabelin jeruk sunkist, karena
ternyata harganya beda jauh. Demi Tuhan, apa bedanya jeruk citrus dengan jeruk
sunkist? Dua-duanya sama-sama jeruk!
Bagian yang menjengkelkan
adalah karena membandingkan selera makan dengan penghasilan keluarga ternyata
sama dengan membandingkan pasak ketimbang tiang. Njomplang, bok! Saya pengen
makan ini itu, tapi apa daya gajinya my hunk
ya segitu aja. Sebenarnya kalau saya pintar ngatur keuangan, dengan
penghasilan itu kami pasti bisa makan tiga kali sehari dan bisa nabung buat
ikutan rafting..asalkan saya belanja logistik di pasar. Siyalnya nggak ada
pasar deket rumah, kalau mau ke pasar itu harus naik mobil dulu sejauh dua
kilo. Dan ternyata pondok mertua indah tempat saya tinggal itu berlokasi di
belakang mall, tetangga saya kiri-kanan isinya orang-orang bermata sipit,
tukang becak aja sungkan nongkrong di perumahan kami, membuat saya jadi gemes
lantaran nggak bisa ke pasar. Lha kalau saya belanja harus ke mall lama-lama ya
my hunk bisa bangkrut, soalnya supermarket di mall deket rumah itu adanya ya
Ranch Market! Kalau saya mau maksa ke pasar sepulang sekolah ya bisa aja, tapi
mana ada pasar buka jam sembilan malem?
Makanya pas hari ini
Minggu, saya kedapetan nggak jaga rumah sakit, saya pun lempar selimut dan pake
celana jogging. Belagak pura-pura jogging padahal sebenarnya saya mau jalan
kaki nekat cari pasar. Nggak pa-pa deh jalan dua kilo, yang penting bisa ngirit
buat beli daging cincang buat bikin minced chicken (sambil bayangin resep minced chicken yang saya baca di buku
resep yang saya beli empat bulan lalu. Fotonya nampak sangat menarik dan
menggugah air liur.)
Baru jalan kaki keluar
dari jalannya rumah, tahu-tahu saya ketemu pedagang sayur di foto ini. Puji
Tuhan! Dia jual segala barang-barang aneh murah-meriah, mulai dari sayur bayem,
sayur buncis, kelapa, tomat, sampek daging ayam! Yippiee..nggak perlu jalan kaki
dua kilo deh gw buat ke pasar! Saya harus sabar berbaur mengantre supaya
bisa motret obyek dengan jelas (inget aturan nulis di blog ini, no picture =
hoax). Si pedagang rame banget dikerubutin emak-emak. Tadinya saya kirain
emak-emak yang mau belanja ini mbok-mbok yang jadi pembokatnya
tetangga-tetangga saya, tapi kemudian saya baru ngeh kalau ternyata yang sibuk
nawar-nawar ini ya tacik-tacik juragan juga alias tetangga-tetangga saya
sendiri yang bermata-mata sipit itu. (Semula saya nggak mengenali mereka,
karena biasanya saya melihat mereka dalam pakaian yang rapi. Tapi saya jelas
tidak pernah melupakan alis mereka yang disulam tattoo itu!) Mereka keluar dari
rumah masing-masing, cuman pake daster, sendal jepit, terus ngeyel nawar-nawar
sayur yang udah jelas dibanderol murah. Dasar, semua emak di seantero dunia ini
sama aja perilakunya kalau udah urusan beli logistik dapur. Padahal jelas-jelas
ada mall di depan kompleks rumah kita lho, Ibu-ibu..kok nggak pada belanja di
situ aja siih?
Hikmah dari tulisan ini
adalah:
1.
Semodern-modernnya
supermarket jualan sayur di mall, tetap aja nggak ada yang ngalahin nikmatnya
belanja di pasar becek yang jualan sayur dengan harga murah.
2.
Tinggal di
perumahan mewah tetep aja miskin, buktinya ya tetep aja fakir akses menuju pasar.
3.
Seseorang
harus mulai jadi investor untuk bikin perusahaan becak untuk mangkal di
perumahan tempat saya tinggal. Karena becak adalah alat vital untuk belanja ke
pasar.
4.
Tukang sayur
keliling adalah sahabat baru saya. Saya harus mencatat nomer HP-nya, siapa tahu
perlu dia buat delivery logistik darurat malem-malem. Emangnya cuman nomernya
Pizza Hut Delivery aja yang wajib ada di pintu lemari es kita?