Tuesday, December 31, 2013

Edisi Tepok Jidat

Maka suatu hari seorang perempuan didorong di atas sebuah tempat tidur ke unit gawat darurat, megap-megap. Seorang mantri menatap perutnya yang menggembung, dan berteriak, "Obgyn mana? Hamil nih!"

Seorang asisten dokter kandungan datang tergopoh-gopoh, "Selamat sore, Ibu. Namanya siapa?"

Si pasien menjawab dengan megap-megap, "Ho..ti..mah..!"

Dengan cekatan sang asisten mengeluarkan alat-alatnya untuk periksa detak jantung janin. "Baik, Bu Hotimah, sabar ya.. Kami periksa dulu anak di perutnya ya? Ini anak keberapa? Anaknya masih gerak? Periksa hamilnya di mana ya?"

Sang mantri menyela, "Sebentar, Dokter! Jangan buru-buru (ditindak dulu)! Pasiennya belum ndaftar (untuk dirawat), Dok! Nanti kayak yang di Manado itu pula, kita lagi yang kena!"

Sang dokter celingak-celinguk, mengenali seorang wanita lugu berdiri di pinggir si pasien, lalu melambaikan tangan, "Bu! Keluarganya ya? Ke loket, Bu! Daftar dulu!"

Keluarga si pasien langsung ngibrit ke loket di sebelah luar ruang gawat darurat.

Singkat cerita, si pasien akhirnya melahirkan. Bayinya yang ternyata kecil banget itu, dilarikan ke NICU. Dokter anak megang-megang si bayi, lalu menyambar kertas untuk menulis resep.

Dalam hitungan menit, seorang bidan keluar dari NICU, lari ke ruang tunggu, dan berteriak, "Huwariyah! Huwariyah! Keluarga Ibu Huwariyah!"

Ada 20 atau 30 orang di ruang tunggu, semuanya keluarga pasien, tapi semuanya toleh-toleh kanan-kiri. Tidak ada yang menjawab.

"Keluarga Ibu Huwariyah!" Seru si bidan lagi.

Tidak ada yang berdiri. Beberapa orang ikut berteriak, "Huwariyah? Ada Huwariyah?"

Seorang keluarga pasien bangkit dan berjalan tertatih-tatih ke bidan.
"Bapak keluarga Ibu Huwariyah?" Tanya bidannya.
Si laki-laki menjawab, "Bukan. Saya keluarga Bu Puji Astutik. Mau nanya, Bu Puji apa sudah bangun, Suster? Soalnya saya mau njenguk.."

Si bidan pasang muka facepalm. "Grrrh..!"

Beberapa saat kemudian, bidan itu masuk ke ruang bersalin dan menghampiri para asisten dokter kandungan. "Dok, pasien asal Madura yang sampeyan lahirkan tadi sore itu ditinggalin sama keluarganya ya? Ini bayinya butuh dibeliin obat tapi ndak ada keluarganya!"

Asisten dokter kandungan menoleh. "Lho? Tadi ada kok orangnya. Kecil, pake kerudung, mukanya kayak mau nangis terus.."

"Ndak ada! Saya manggil-manggil di ruang tunggu, ndak ada yang nyahut!"

"Ada!" Sergah sang dokter. Ia bangun dari kursinya dan menghampiri si pasien. "Ibu Hotimah, ibu punya nomer telepon keluarganya yang bisa kami hubungi?"

Pasiennya masih linglung. "Engg..saya.. lupa.."

"Lho?" Bidannya terheran-heran. "Dok, saya nanyain keluarga Bu Huwariyah, bukan Bu Hotimah!"

Dokternya terheran-heran. "Huwariyah? Saya ndak punya pasien nama Huwariyah hari ini."

"Dokter gimana sih?? Kan tadi sore dokter lahirkan pasien ini!" Seru bidannya ngeyel.

"Saya nggak ngelahirin Huwariyah, saya ngelahirin Hotimah kok! Masak saya ndak tau siapa yang saya lahirkan?" Kata si dokter. Ia menghampiri si pasien. "Bu, Ibu namanya siapa?"

"Ho..ti..mah.." Si pasien terengah-engah. Ia menggapai-gapai tangan dokternya.

Dokternya melempar pandangan ke bidan apa-kubilang-kau-ini-nggak-percaya-padaku.

Bidannya mengerutkan kening melambaikan rekam medis. "Tapi di catetan administrasi sini namanya Huwariyah.."

Si dokter mengangkat bahu.

"Dok..Dok.." Pasiennya menggapai-gapai tangan dokternya gelisah.

"Ada apa, Bu Hotimah? Oksigennya kurang besarkah?" Dokternya mengutak-atik selang oksigen yang menempel ke pasien.

"Dok..Dok.." Pasiennya terengah-engah.

Sang dokter terhenyak. "Ya, Bu Hotimah?"

"Dok.. Dok.."

Sementara bidannya langsung lari ke loket di lantai bawah. Menghampiri petugas yang duduk mengetik-ngetik. "Mas, Mas, sori nyela.."

"Apaan sih, Mbaak?" Tanya si petugas tanpa menoleh.

"Sampeyan tadi nerima pendaftaran pasien melahirkan nggak?"

"Hm..iya. Orang Madura itu kan?"

"Namanya siapa?" Tanya bidannya.

"Sampeyan ini gimana sih, Mbak Bidan? Pasien sudah kadung masuk ruang tindakan kok sampeyan masih nanya nama? Namanya Huwariyah!"

"Haduh, Maas! Namanya bukan Huwariyah, namanya Hotimah! Sampeyan ini gimana siih?"

Sang petugas loket, nggak terima disalahkan, langsung menyanggah sengit, "Kan saya nanya ke keluarganya, 'Mau ndaftar ya, Bu? Asalnya dari mana?'.. Keluarganya jawab, 'Madura, Pak..'.. 'Baik,Bu. Namanya siapa?'.. Terus keluarganya jawab, 'Huwariyah..!'"

Tiba-tiba dokter tadi nongol dan nyolek-nyolek bahunya bidan. "Bu, pasiennya nama betulannya Hotimah."

"Dok, hari ini nggak ada pasien bernama Hotimah. Yang mana lagi Hotimah itu?" Sekarang petugas loketnya ikut nyela.

"Pak, tadi ada keluarga pasien asal Sampang Madura yang saya suruh daftar ke sini?" Tanya dokternya.

"Iya."

"Orangnya cewek, kecil, pake kerudung, mukanya kayak mau nangis terus?"

"Iya, Dok!" Sahut petugas loket terheran-heran.

Dokternya sekarang pasang muka facepalm. "Pak, nama betulnya itu Hotimah. Si pasien barusan ngaku ke saya, Huwariyah itu sebenernya nama sodaranya, yang ngedaftarin pasiennya ke sini tadi.."
Powered by Telkomsel BlackBerry®