Ketika saya masih
kanak-kanak dulu, bepergian ke pulau lain adalah konsep mewah yang jarang bisa
dialami oleh keluarga saya. Penyebabnya apalagi kalau bukan harga tiket pesawat
terbang yang masih cukup mahal. Dengan maskapai penerbangan yang jumlahnya
hanya sedikit, praktis kami sering tidak punya pilihan untuk sering-sering
liburan. Naik pesawat menjadi hal yang sangat mewah, bahkan melewati bandara
dan memandangi pesawat-pesawat yang parkir di depan hanggar saja sudah bisa
membuat saya iri. Batin saya waktu itu, alangkah senangnya bila bisa naik pesawat
itu, pergi ke kota lain yang tidak pernah saya lihat kecuali hanya bisa saya
baca dari majalah.
Air Asia mengubah itu
semua, ketika maskapai asal Malaysia itu merambah pelayanannya ke Indonesia.
Dengan memangkas biaya-biaya yang tidak terlalu perlu, seperti menyediakan
makanan, biaya reservasi, dan lain sebagainya, membuat acara bepergian naik
pesawat dengan tiket murah menjadi hal yang mungkin. Ketika terbang dengan
maskapai lain bisa memakan biaya sampai jutaan rupiah, saya bisa melenggang
liburan dengan hanya berbekal Rp 300-400 ribuan saja. Bahkan terbang dengan Air
Asia pun bisa sama murahnya dengan naik kereta api. Asyik kan? Siapa bilang
naik pesawat itu harus mahal?
Banyak sekali keunggulan
yang dapat saya alami untuk mengirit biaya bila naik Air Asia. Saya selalu
memilih self check in, alias check in sendiri pada komputer yang sudah
disediakan di ruang keberangkatan. Ini menghemat waktu saya karena tidak perlu
mengantre di depan loket check in.
Jika saya membeli tiket
Air Asia, saya selalu pilih bawa bagasi seminimal mungkin. Karena makin sedikit
bagasi yang kita bawa, makin sedikit juga biaya yang harus kita bayar. Dan jika
bepergian dengan orang lain pun, saya selalu pilih tidak booking nomor seat
supaya tidak menimbulkan biaya ekstra.
Air Asia ternyata juga
membuat hidup saya berubah, terutama merubah kebiasaan. Dulu-dulu jika hendak
berlibur saya harus menunggu pengumuman liburan kuliah atau cuti dari kantor
dulu. Bila sudah menjelang hari libur tiba, baru saya blingsatan mencari tiket
pesawat, itu pun juga baru saya beli jika anggaran saya cukup. Sekarang, dengan
adanya Air Asia, kebiasaan cari tiket menjelang liburan itu pun mulai hilang.
Karena Air Asia sering mengadakan promo tiket murah, dan jadwal penerbangan
dari tiket tersebut umumnya baru sekitar 6-12 bulan lagi, maka kini saya
cenderung menyesuaikan jadwal kerja saya dengan jadwal terbang tiket murah
tersebut. Akibatnya bukan lagi jadwal liburan yang menyesuaikan dengan jadwal
kerja, tetapi jadwal kerjalah yang menyesuaikan dengan jadwal liburan saya.
Liburan saya menjadi lebih terencana karena saya sudah membeli tiket jauh-jauh
hari, sehingga saya bisa menentukan target liburan tersebut akan berlangsung
berapa hari, menginap di mana, selama liburan itu hendak ke mana saja, dan lain
sebagainya. Hasilnya, liburan saya pun terasa lebih berkualitas J
Berlibur bersama Air Asia
juga cenderung lebih hemat. Bukan saja karena tiketnya yang sudah murah, namun
program kerja sama Air Asia dengan Tune Hotels dan grup Ibis Hotel bikin saya
bisa menginap di hotel-hotel yang bagus dengan harga diskon. Belum lagi
sekarang bila terbang ke Jakarta, dengan layanan karpet merahnya, Air Asia
menyediakan Golden Bird untuk menjemput kita di Jakarta dan mengantar sampai
tempat tujuan. Saya sendiri juga anggota BIG Points, yaitu program loyalti yang
menyediakan point setiap kali kita menggunakan layanan Air Asia. Akibatnya
setiap kali baru mendarat dari Air Asia, saya jadi bersemangat ingin naik Air
Asia lagi.
Ada yang paling saya
rindukan setiap kali naik Air Asia, yaitu membaca majalah Travel 3Sixty. Seperti majalah yang saya tunjukkan di foto di samping alinea ini, majalah
resmi terbitan Air Asia yang terselip di semua kursi pesawatnya ini adalah
teman setia saya yang bikin saya nggak pernah ketiduran tiap kali terbang.
Sebagai penulis, saya jujur bilang bahwa majalah ini keren dengan foto-foto
travelling yang berkualitas dan bikin ngiler ingin terbang ke lokasi fotonya.
Ditambah gaya penulisan majalahnya yang lincah dan penuh deskripsi tentang
tempat-tempat wisata yang ciamik, plus tips-tips yang bermanfaat jika pembaca
ingin pergi ke tempat-tempat tersebut. Sebagian tulisannya bahkan ditulis oleh
penumpangnya sendiri, karena Air Asia memang seolah ingin merangkul
penumpangnya untuk ikut membagikan kisah-kisah liburannya ke pembaca lainnya.
Sayang banget majalah ini nggak boleh dibawa pulang, karena kalau boleh, pasti
sudah jadi bahan koleksi saya di rumah, hahaha..
Sebetulnya ada bagian
yang paling sering saya omeli dari Air Asia, yaitu keterbatasan layanan
bagasinya. Kendati Air Asia kini mewajibkan penumpangnya membayar biaya bagasi
sedikitnya 15 kilogram setiap kali terbang, namun biaya kelebihan bagasinya
cenderung lebih mahal. Sebenarnya ini bagus, karena memaksa penumpang jadi
terbiasa untuk tidak membawa terlalu banyak bagasi jika berlibur. Seperti yang
kita ketahui, umumnya orang yang pulang berlibur akan membawa bagasi yang lebih
banyak daripada saat berangkat liburan, karena tambahan bawaannya berupa
souvenir yang dibelinya di tempat liburan (dan seringkali kebiasaan konsumtif
membuat kita membeli souvenir-souvenir yang tidak perlu). Dengan adanya biaya
kelebihan bagasi yang mahal ini, kita akan jadi berpikir berkali-kali untuk
belanja souvenir secara berlebihan. Maka, selama liburan pun kita akan lebih
cenderung memilih untuk cari pengalaman petualangan ketimbang mencari barang
oleh-oleh. Liburan kita akan terasa lebih kaya karena kita memilih “membeli
pengalaman”, bukan “membeli harga”.
Masih banyak hal yang
saya harapkan dari Air Asia di masa datang. Terutama saya ingin Air Asia
melebarkan rute penerbangannya ke Indonesia bagian timur. Masih banyak
tempat-tempat liburan menarik di area Indonesia yang saya ingin bisa terjamah
oleh Air Asia, seperti Raja Ampat, Flores, Ora, Makassar, dan Soroako.
Seandainya Air Asia bisa terbang ke sana dengan tiketnya yang terbilang lebih
murah daripada maskapai-maskapai lain itu, saya yakin pariwisata Indonesia akan
semakin terangkat dan pendapatan daerah-daerah tersebut pasti meningkat.
Akhirnya, tentu yang paling menikmati manfaatnya adalah daerah tersebut. Turis
pendatang senang, dan penduduk lokal juga pasti bangga bila Air Asia mendarat
di sana.
Semoga dengan 10 tahun
pelayanan Air Asia di Indonesia ini, semakin banyak orang bisa bepergian
keliling Indonesia dan bahkan sampai ke mancanegara. Dan semoga dengan adanya
Air Asia ini, semakin banyak juga orang yang bisa menikmati liburan
sebesar-besarnya meskipun dengan anggaran pribadi yang terbatas. Karena liburan bukanlah hal mewah, melainkan pemicu
agar kita bisa menikmati pekerjaan kita dan menjadi manusia yang lebih
produktif lagi. Bersama Air Asia, liburan itu adalah lifestyle. J