Tuesday, November 11, 2014

Ketika Polisi Salah Gerebek Tempat Game

Alkisah di sebuah kota di Jogja (ini sebenernya maksudnya apa sih?), ada polisi dilaporin warga sipil. Konon menurut penerawangan si warga itu, ada sebuah bangunan yang konon orang-orangnya di dalemnya suka main game. Kalo diliat-liat yang punya lahan itu orangnya tajir. Tapi kerjaannya nggak jelas. Mosok cuman main game aja bisa setajir itu? Jangan-jangan bangunan itu sebenarnya sarang judi yang berkedok tempat main game?

Dengan berazaskan laporan sang warga penerawang, maka suatu hari polisi datang ke tempat itu menggerebeknya. Pertama di gerbang dihadang satpam, ditanyain mau apa. Karena satpamnya bingung ada manusia berpakaian preman mau mausk ke tempat itu. Tapi si polisi berkostum preman malah membogem mentah sang satpam dan menyerbu masuk.


Tiba di dalem, polisinya takjub liat semua orang di situ nampak sibuk padahal mereka cuman main game. Si polisi ngeyel maksa ketemu pemimpin tempat itu, mau nanya penghasilan orang-orang di tempat itu berapa. Sementara orang-orang yang ada di dalemnya, yang lagi bekerja, malah bingung mengerutkan kening sembari memandangi polisi-polisi preman itu dengan tatapan seolah berkata, "Who da hell are you?"

Akhirnya seseorang yang rupanya cukup berwenang di situ tanya baek-baek, mau apa preman-preman itu. Setelah tahu bahwa preman-preman ini sebenarnya adalah polisi, sang pekerja menjelaskan bahwa bangunan itu adalah kantor, bukan warnet game apalagi sarang judi. Kantor ini adalah badan usaha, cabang dari Gameloft. Gameloft itu developer game asal Perancis, yang nyebar-nyebarin game-nya ke seluruh dunia dengan berpartner bareng operator telfon seluler, pabrik ponsel, media, dan lain-lain. Tapi si polisi masih ngeyel bertanya, "Nge-gym di sini seharinya berapa?"

Para pekerja bingung, kenapa polisi ini sudah dijelasin tentang permainan komputer, malah nanya soal tarif fitness..?

***

Kisah ini cuman dramatisir dari penggerebekan polisi terhadap sebuah perusahaan developer game di Jogja kemaren.

Memang repot bekerja di industri kreatif itu. Karena kreatif, jadi nggak ada protokol formal-formalan. Efeknya pada kelakuan pengusahanya dan karyawan-karyawannya. Dari penampilan aja kelihatan begajulan, nggak pakai seragam resmi kayak PNS, nggak necis kayak teller bank. Padahal omzet duitnya banyak. Nggak heran kalau orang yang kurang piknik pun nggak percaya bahwa industri kreatif itu "bekerja".

Saya pernah punya teman yang kerja jadi web developer. Suatu hari ia ingin mematuhi kewajibannya sebagai warga negara yang baik, yaitu ingin daftar NPWP. Maka terjadilah wawancara sinting di kantor pajak ini:
Petugas pajak: "Kerjanya apa, Mbak?"
Teman saya: "Saya web developer."
Petugas pajak: "Apa itu?"
Teman saya: "Mmh..saya bikin website."
Petugas pajak: (terdiam sebentar) (mengira-ngira sumber penghasilan teman saya) "Ooh..Mbak ini punya warnet ya?"
Teman saya: (pengen garuk-garuk tanah)

Sementara itu, negara kita punya banyak banget orang-orang yang pintar bikin software dan software-nya laku keras dijual ke mancanegara. Tapi banyak orang yang kayak gini nggak dapet kerjaan di Indonesia karena mereka ternyata cuman lulusan SMK, jadi nggak bisa daftar ujian CPNS. Dan buat mereka, kuliah S1 informatik di ITB dan ITS ternyata mahalnya na'udzubillah. Namun mereka tetap tajir karena software mereka dibeli dalam dollar. Itu membuat mereka bisa mensejahterakan emak-emak mereka, merenovasi tegel rumah menjadi ubin, dan membelikan ayah mereka sepetak sawah. Lalu tetangga mereka yang kepo, yang kebetulan cuman pegawainya dinas kabupaten dan paling banter cuman bisa jadi petani penggarap, bingung dari mana anak-anak ini dapet penghasilan banyak cuman dengan "main komputer" setiap hari. Dan mulailah mereka menyebar-nyebar isu bahwa anak-anak muda ini telah mengubah loteng kamar mereka menjadi "pesugihan".. :D

Moral of the story:
- bekerja secara online harus sabar. Sabarnya adalah menghadapi tetangga yang suka kepo bin sirik melihat kita nampak "menganggur"
- kalau memang bikin kantor web developer, pasanglah plang supaya nggak dikira warnet game sarang judi
- petugas pajak harus ngerti bahwa bisnis internet development merupakan bisnis yang potensial menuai sumber pajak yang banyak, nggak kayak bisnis warnet yang penghasilannya nggak tentu
- lakukan riset dulu yang teliti kalau mau menganiaya usaha orang. Kalau sampai salah aniaya, bisa di-bully para socmed-enthusiast se-Indonesia lhoo..
- makanya thoo..semua orang di seluruh Indonesia harus melek internet, dan internetnya dipakai untuk kegiatan produktif, bukan cuman buat pesbukan melulu. Denger itu, Tiiff..
http://georgetterox.blogspot.com
http://laurentina.wordpress.com