Tuesday, November 4, 2014

Have Fun dengan Terminal 3 dan Bis DAMRI

Saya baru pulang dari bersenang-senang weekend lalu. Saya dan my hunk kemaren dapet rejeki diundang ke pernikahan sepupu my hunk di Bogor. Maka jadilah kami terbang dari Surabaya ke Jakarta. Waktu nyusun itinerary, kami sudah berangan-angan kepingin naik bis DAMRI dari Jakarta ke Bogor.
Suami istri asal Surabaya selfie
di dalam DAMRI Cengkareng-Bogor
Soalnya kami ini miskin pengalaman banget, sudah bertahun-tahun nggak pernah naik bis DAMRI antar kota. Kalau naik bis DAMRI di dalam kota sih pernah ya, tapi jarak jauh macam Jakarta-Bogor atau Surabaya-Sidoarjo sih enggak pernah, karena entah bagaimana kami selalu dapet mobil pribadi, bukan kendaraan umum.

Sekedar catetan buat saya sendiri, karena saya naik maskapai Air Asia, jadi saya turun di terminal 3 bandara Cengkareng di Jakarta. Dulu terminal ini berbagi dengan maskapai Mandala, tapi semenjak Mandala di-suspend maka Air Asia jadi pemakai terminal ini sendirian. Soal terminal 3 ini juga pertama kali buat saya, coz selama ini pesawat-pesawat yang saya tumpangin ke Cengkareng nggak pernah mendarat di terminal 3. (Padahal saya udah bilang ke pilotnya supaya saya turun di terminal 3 aja, tapi sama pilotnya nggak pernah dikasih. Huuh.)

Bosan dengan bandara Husein-nya Bandung yang ruang tunggunya kesempitan dan bandara Juanda yang selalu penuh dengan asap rokok dan orang-orang bersarung yang duduk ndeprok di ruang tunggu, saya merasa senang ketika mendarat di terminal 3 ini karena bersih. Bilik toiletnya cukup banyak. Conveyor belt-nya mungkin ada 4 atau 5, saya lupa. Cuman saya masih kurang sreg karena mushollanya sempit buanget. Musholla di gerbang kedatangan masih lumayan biarpun itu cuman sedikit space yang harus berbagi dengan toilet. Tapi musholla di gerbang keberangkatan masih amit-amit lantaran jemaah cewek masih campur dengan jemaah cowok dalam bilik yang sempit.

Penampakan gedung terminal 3 bandara dari halte bis
Keluar dari gedung terminalnya bandara, saya dan my hunk tanya-tanya satpam untuk cari halte bis Damri. Ternyata haltenya persis di seberang gedung, cuman perlu jalan semenit. Sepertinya jalur bis di halte itu dibagi tiga, dan bis yang menuju Bogor akan masuk via jalur ketiga. Tiket bis dijual oleh pegawainya Damri yang duduk di sebuah meja di halte, dan pegawainya adalah seorang mbak yang bermuka ramah dan informatif. Harga tiket per orang ke Bogor adalah Rp 50k. (Kakak saya naik Damri ini juga besoknya, dan ia mendapatkan harga Rp 75k. Ceritanya, ia dapet bis yang formasinya dua kursi di sebelah kiri dan satu kursi di sebelah kanan).

Saya sudah siap-siap bawa buku bacaan untuk nungguin bisnya dateng. Tapi belum sempat saya update-update status, bisnya sudah keburu dateng dalam tempo 10 menit semenjak saya beli tiket. Saya naik duluan ke bis karena tiket kami ternyata nggak ada nomer seat-nya sehingga saya harus nge-tag seat, sementara my hunk antre buat simpan koper di bagasinya bis. (Saya ketawa geli di dalam hati karena terakhir kali saya menyaksikan bokap saya masukin koper di bagasi adalah puluhan tahun lalu dengan bisnya Kramat Djati. Dan itu harus rebutan dengan koper-koper orang lain yang ogah tertib.)

Ruang tunggu di gedung keberangkatan terminal 3
Bis yang saya tumpangin formasinya dua kursi di kiri dan dua kursi di kanan. Sebetulnya ada wi-fi-nya, tapi koneksinya empot-empotan. (Ya sudahlah, barangkali kemampuan infrastrukturnya memang cuman segitu. Ini sudah mendingan daripada tujuh tahun yang lalu waktu saya masih suka naik Damri dari Bandung untuk kuliah di Jatinangor. Wi-fi? Khewan apaan itu?)

Sepanjang jalan saya ngeliatin pemandangan kota Jakarta dan nyocokin di peta Google Maps. (Sumpah, kelakuan saya kayak turis banget!) Tidak ada musik dangdut yang bernyanyi dari radionya bis. Oh, hidup begitu tenang dan nyaman.

Saya belum sempat ketiduran, ternyata bis sudah berhenti di terminalnya Bogor. Posisi terminal ini di sebelah mall Botani Square. Total perjalanan cuman 1,5 jam. Mungkin karena kami berangkat dari Cengkareng sekitar jam 8.30 pagi.

Sewaktu kami hendak pulang ke Surabaya melalui Cengkareng, sebetulnya kami kepingin naik Damri lagi, biar makin kerasa backpacking-nya. Tapi sepupu my hunk udah sewain mobil untuk anterin kami. Yaah.. :)

Komentar saya: Transportasi darat di Indonesia sebetulnya sudah lebih maju dalam 10 tahun terakhir. Nampak dari perbaikan untuk sistem bis DAMRI ini. Baik dari segi kenyamanan kendaraan sampai kualitas pegawainya. Mungkin saya mengharap halte bis di terminal 3 dibikin sama nyamannya dengan halte di terminal 1, dikasih AC gitu kek. Tapi yang lebih penting sebetulnya adalah pasang wi-fi di halte dan di dalam bis. Teteeep.. :D

P.S. Di terminal 3 ada J.Co dan Bakmi GM. Masalahnya, kalaupun Anda ini penumpang tapi nggak berangkat atau mendarat di terminal 3, Anda nggak boleh masuk ke kedai-kedai ini karena kedainya terletak di dalam gedung terminal. Jiyaaah...