Friday, June 8, 2012

Biarkan Saja HP Itu!

Dear Adek-adek,

Kakak tahu bahwa Kakak ini sudah bangkotan, jauh umurnya di atas Adek-adek yang saat ini sedang jumpalitan menghadapi ulangan umum atau THB atau TPB atau entah apalah namanya itu.

Tapi Kakak menulis ini karena tahu bahwa sebenarnya masih ada sebagian kecil pengunjung blog Kakak masih berumur sepantaran kalian, jadi Kakak ingin menolong menghibur hati kalian yang sangat gundah. Karena mungkin saat ini kalian sedang merasa seperti di neraka, karena kalian sedang menghadapi 60 atau 80 soal pilihan berganda, dan konsekuensi dari tidak bisa melingkari 45 persen jawaban yang benar adalah kalian tidak bisa naik kelas. Ya, Kakak mengerti perasaan kalian.

Yang tidak bisa Kakak pahami, kalian gundah hanya karena kalian tidak boleh memegangi HP kalian selama ujian. Itu??

Adek-adekku Sayang, akan Kakak ceritakan bagaimana Kakak waktu masih culun pakai seragam putih biru dulu.
Tahukah dulu, setiap pagi Kakak pergi ke sekolah hanya pakai bemo. Dan Kakak hanya membawa uang 2000 perak. Ya, 2000 saja! Kenapa cuma dikit, ya soalnya tarif bemo waktu itu cumak 300 perak sekali jalan, jauh dekat sama aja. Jadi pulang pergi cuma 600. Makanya tiap hari Kakak selalu pulang bawa duit 1400, jumlah yang cukup banyak untuk ditabung setiap hari, bukan? Seharusnya Kakak sudah kaya sekarang, andai saja sodara-sodara Kakak tidak iseng naik ke atap gedung DPR dan menyuruh Soeharto turun sehingga seluruh dunia jadi tahu kalo Indonesia itu tukang nunnggak utang dan akibatnya negara lain jadi males minjemin duit ke negara kita sehingga harga-harga di Indonesia merangsek naik (alangkah rumitnya Kakak menulis tanpa titik koma pada kalimat sebanyak tiga baris, pasti kalian tidak mengerti ini, ah sudahlah).

Dan jaman dulu Kakak pergi ke sekolah tidak bawa HP, Adek-adek. Jaman dulu itu Nokia nggak musim, belum ada Blackberry, apalagi iPhone bikinan Abang Steve Jobs itu. Makanya Kakak terheran-heran kenapa sekarang sodara-sodara tua Kakak ribut membekali anak-anak mereka dengan HP. Apakah mereka takut kalian kesasar jadi mereka membekali kalian alat untuk berteriak minta tolong? Dulu orang tua Kakak tidak takut Kakak kesasar, karena Kakak sekolah di tengah kota, dan Kakak tahu bahwa kalo Kakak kesasar tinggal lihat arah gerak matahari sehingga Kakak tahu jalan pulang ke rumah. Orang tua Kakak juga tidak takut Kakak diculik orang asing di tengah jalan, karena memang tidak ada orang yang mau menculik Kakak. Betapa tidak mau, karena Kakak ini orangnya tidak sopan, tiap kali lihat orang bahlul Kakak selalu mencaci-maki mereka dengan kata-kata, "Dasar pengikut Nazi!" "Komunis bloon!" "Fasis najis!" Siapa mau menculik anak kecil yang lidahnya macam silet begitu?

Jadi, Adek-adek, kalo sekarang HP kalian disita selama ulangan, janganlah resah, janganlah gundah. Simpan saja HP kalian di rumah. Berpakaianlah seperti gelandangan kalau mau ke sekolah, bawalah seragam kalian dalam tas karung goni, ganti baju seragam begitu sampek di sekolah. Tak ada yang mau merampok gelandangan, Adek-adek, kecuali mungkin Tramtib yang lagi kekurangan setoran :)

Kalo kalian eman-eman sama HP kalian, bawa saja HP kalian, simpan di dalam sepatu. Kalo kalian disuruh ngumpulin HP di depan kelas, jangan ngaku kalo kalian simpan HP di dalam sepatu. Guru mana yang mau menggeledah sepatu kalian, apalagi kalau kalian pake kaos kaki yang sudah seminggu tidak dicuci??

Kalo guru kalian rada paranoid dan nggak percayaan, oke, kasihkan saja HP kalian yang nggak bisa nyala, sudah jatuh dari puncak Gunung Salak sampek lima kali, dan sudah baret sana-sini sampek tukang tadah HP bekas di Roxy Mas aja males nampungnya. Kalo ilang kan nggak rugi-rugi amat. Lagian guru-guru itu tidak pernah bermaksud merampok HP kalian, Adek-adek. Mereka hanya menjalankan protokol konyol yang disuruh boss mereka yang bernama kepala sekolah (dan kepala sekolah itu disuruh oleh boss mereka yang bernama kepala dinas pendidikan, dan kepala dinas pendidikan itu disuruh oleh walikota atau bupati, dan lain-lain yang kalian akan tahu sendiri nanti setelah kalian mencapai cita-cita yang kalian sangka kalian idam-idamkan, yaitu menjadi pegawai negeri). Atau memang, mereka hanya senang mengumpulkan HP di atas meja mereka. Tahukah kalian bahwa ada sebagian kecil orang di dunia ini yang semula bercita-cita jadi tukang jualan HP tapi akhirnya malah berakhir jadi guru pengawas ujian?

Selamat ulangan umum, Adek-adek. Semoga kalian tidak gundah lagi memikirkan HP kalian. Suatu hari nanti kalian pasti akan berada di posisi Kakak, yang ingin sekali hidup satu hari saja tanpa HP. Betapa tidak, HP Kakak bunyi hampir setiap jam, mending kalo isinya undangan buat makan-makan, ini kok bunyinya, "Uangnya dikirim aja kesini diBank DANAMON a/n RAHMAT DARMAWAN
No. Rek: 0035-4026-2890
Sms aj kalau sdh dikirim,trms" Siapa itu Rahmat Darmawan? Orang kere yang butuh duit kah?? Saya sudah cek semua contact list di Facebook saya, nggak ada tuh yang namanya Rahmat Darmawan..
http://laurentina.wordpress.com
www.georgetterox.blogspot.com