Sunday, January 20, 2013

Mualaf Belajar Pelan-pelan

Tak ada bayi baru lahir langsung bisa berjalan. Pasti mereka belajar merangkak dulu pelan-pelan.

***

Seperti biasa, setiap tanggal 25 Desember, saya ngirimin ucapan selamat Natal ke teman-teman saya yang Protestan dan Katolik. Ini kebiasaan saya semenjak kecil yang saya piara bertahun-tahun. Teman-teman saya sudah hafal itu. Dan lucunya, selalu ada aja satu-dua orang yang bilang selamat Natal ke saya padahal saya nggak nyelametin duluan. Mungkin karena tampang saya mirip Tionghoa, kalau diteropong dari puncak Monas pakai sedotan.

Bicara soal Tionghoa, hampir selalu temen-temen saya yang Tionghoa itu Nasrani. Sedikit sekali dari mereka yang ternyata Budha atau Konghucu.

Lalu saya semakin bertambah umur, dan teman-teman saya makin banyak. Termasuk teman baru pun makin bejibun juga dan teman-teman baru ini kebetulan dari bangsa bermata sipit pula. Jadi waktu Natal kemaren, saya dengan spontan kirim message ke teman saya, sebut aja namanya Ronald, yang baru saya kenal beberapa bulan, selamat Natal.

Terus..Ronald membalasnya begini, "Makasih, Buu! Btw, aku muslim lho, hehehe.."
Saya langsung malu berat!



Besoknya saya cerita ke my hunk, "Ronald itu ternyata bukan Kristen ya? Aku sampek mokal waktu di-message itu!" Soalnya kan my hunk yang ngenalin saya ke Ronald.
My hunk: "Lho, Ronald itu Islam.."
Saya: "I thought he was Chinese! Lha waktu kita ketemuan sama dia di mall itu, aku liat pacarnya itu juga Cina!"
My hunk: "Ronald itu muslim, tapi pacarnya Kristen. Keluarganya Ronald itu campur-campur, ada yang Islam, ada yang Kristen. Dia pergi sholat Jumat kok. Tapi kalo ada keluarganya yang makan-makan babi, dia juga ikutan makan.. :D"
Saya: "Whuaaattt??"

***

Mengajari seseorang yang baru masuk Islam, hampir sama susahnya seperti mengajari bayi berjalan. Kecuali sudah diajari sejak kecil, seseorang yang umurnya sudah setua Ronald (dan praktis juga setua saya ini) pasti sulit memahami hal-hal aneh: Kenapa kita harus berolahraga membungkuk dan sujud 17 kali sehari, kenapa kita harus cuti makan 30 hari dalam setahun termasuk nggak boleh minum air seteguk saja, kenapa kita nggak boleh makan babi sama sekali.

Jadi saya mengerti bagaimana susahnya menjadi mualaf.

Ini bukan masalah belajar tentang "ini nggak boleh dan itu boleh", tapi memahami esensi mengapa Tuhan melarang kita makan babi lebih baik daripada sekedar melarangnya tanpa memberi tahu alasannya.

Nah, saya bukan mualaf, tapi saya nyaris sama begonya dengan mualaf. Adakah yang bersedia memberi tahu saya, kenapa kita tidak boleh makan sirip ikan hiu? Karena ada yang jual sirip ikan hiu di kawasan Manyar Kertoarjo dan my hunk menolak mentah-mentah waktu saya ajak ke sana..
www.laurentginekologi.wordpress.com
www.laurentina.wordpress.com
www.georgetterox.blogspot.com