Thursday, January 30, 2014

Facial Itu Diapain?

Seorang kawan pria nanya ke saya dengan malu-malu, facial itu diapain. Soalnya dos-q habis potong rambut dan salonnya nawarin discount buat facial. Saya yang tahu persis bahwa dos-q bukan metroseksual, memandang wajahnya dan memutuskan bahwa mukanya memang tidak semulus Vanness Wu, pantesan ditawarin facial sama kapster salonnya.

Kawan saya menolak tawaran discount itu, tapi dos-q tetap penasaran, jadi dos-q tanya ke saya. Saya memandangnya sebagai bahan buat nulis blog. Dan saya yakin masih banyak pembaca blog saya juga nggak tahu facial itu diapain.



Facial itu pada dasarnya adalah cuci muka. Tapi prosesnya panjang, bisa sampek 45-60 menit. Dilakukan di salon. Nggak bisa di rumah, kalau mau serius.

Di salon sering ada bermacam-macam paket. Facial plus masker. Facial plus ozone. Facial plus detoks. Dan entah apa lagi. Saya cuman akan jelasin facial aja.

Kapster akan suruh kita tiduran di tempat tidur. Beberapa salon minta kita copot baju di ruangan khusus. Intinya yang harus terekspos kulitnya itu adalah muka sampek bahu.

Lalu muka dicuci pake susu pembersih. Sambil dicuci, muka kita dipijet-pijet. Pijetnya kurang lebih seperti diurut-urut. Konon dengan pijetan ini akan melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah di muka. Nggak perlu dibayangkan berlebihan, nggak ada sejarahnya muka kita macet cuman gegara nggak pernah dipijet.

Setelah itu muka kita akan diolesin lulur. Lulur ini akan dipijetkan di muka. Fungsi dari bubuk lulur ini ialah supaya sel kulit mati yang numpuk di kulit muka ikutan luruh bersama bubuk lulur nanti. Lulur ini nanti didiemin di muka kita selama sekitar 10 menit, baru setelah itu muka kita diseka pake air.

Berikutnya adalah penguapan. Di sebelah muka kita ada semacam alat sorot berisi uap yang akan disorotin ke muka kita. Uap ini hangat, dan akan disorotin ke muka selama sekitar 10 menit. Sebetulnya manfaatnya, uap panas ini akan membuka pori-pori di kulit muka kita. Cuman efeknya ya itu, muka jadi keringetan.

Maka sebelum penguapan itu, kapster akan nutupin mata kita dengan kapas (beberapa salon ada yang nutup pakai mentimun biar sok-sokan back-to-nature gitu). Jadi kalau Anda nanti tahu-tahu ditutup matanya, nggak usah meronta-ronta seolah-olah seperti disekap. Biasa aja lagi..

Kenapa pori-pori harus dibuka? Sebab..eng ing eng..jerawat kita mau dipencet, Sodara-sodara!
(Caution: Kalau Anda mau muntah, tombol silang ada di sebelah kanan atas monitor ini).

Dengan membuka pori-pori, maka isi jerawat akan gampang dikeluarin. Ngeluarinnya pake beragam alat. Ada yang pake pinset, ada yang pake pencabut komedo khusus. Jangan harap kapsternya ngeliat jerawat kita pakai mikroskop (dia kapster, bukan dokter). Dia nembak komedonya tergantung pengalaman dia sendiri. Ada yang saking semangatnya, dia bakalan mencet jerawatnya sekuat tenaga. Ada juga yang nganggep jerawatnya belom mateng, jadi dia tinggalin dan nggak dia pencet.

Siyalnya yang mencet-mencet itu suka sakitnya nggak ketulungan. Makanya sering ada nasehat, kalau lagi hamil jangan sok-sok facial di salon. Adegan mencet jerawatnya itu bisa bikin nyeri yang malah ngerusak aliran darah ke janin lho.

Efeknya facial apa? Satu, kulit muka memang lebih bersih. Kan sel kulit matinya udah ilang.
Dua, jerawatnya yang gede-gede itu ilang. Kalau mencetnya bener.
Tiga, kulit muka jadi bengkak. Karena penguapan bikin pembuluh darah jadi lebar, alhasil muka jadi merah. Yah, nggak semerah partai PDI lah. Tapi minimal jadi mirip kepiting rebus.
Empat, infeksi kulit. Bisa terjadi pada facial yang dilakukan di salon-salon yang alat-alatnya nggak steril.

Facial adalah tindakan (yang sebetulnya medis) tapi dilakukan tanpa informed consent. Manfaatnya ada. Tapi kalau ada efek samping, ya pelanggan nggak bisa nuntut salon, paling-paling ya ngedumel.