Sedianya hari ini mestinya saya ngikut pembagian es krim gratis yang
dihelat oleh Wall’s di Taman Bungkul, Surabaya. Tapi pagi ini saya malah
nyantol di taman dekat rumah mertua, niat awal mau jogging tapi malah berakhir
dengan berburu motret burung hantu.
Semenjak kemaren my hunk dapet gosip dari temen-temennya bahwa Wall’s mau
bagi-bagi es krim gratis hari ini pada car free day di Taman Bungkul. Nggak
cuman di Surabaya, tapi di delapan kota lainnya di Indonesia (salah satunya di
Bandung, lainnya nggak tahu di kota mana aja). Saya berencana ke sana sih.
Tapi
sejak seminggu yang lalu saya udah niat pagi ini mau ke acara World Veterinary
Day yang diadain anak-anak mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan-nya Universitas
Airlangga di taman dekat rumah mertua. Yang menarik, di sana ada pemeriksaan
gratis buat hewan-hewan piaraan oleh dokter hewan. Saya pun tertarik kepingin
Ternyata yang terjadi, di sana rame dengan komunitas satwa pamerin
piaraannya, mulai dari piara ular sampek burung hantu. Jadilah saya
motret-motret buat nanti dipamer-pamerin di Instagram. Keasikan motret, kok
lama-lama hari sudah siang. Saya mbatin, kalau sesiang ini saya maksa ke Taman
Bungkul pasti nggak kebagian parkir enak. Maka rencana nyambangin acara
bagi-bagi es krim gratis pun batal.
Walikota turun sendiri ke taman untuk memunguti tanaman-tanaman yang rusak diinjak-injak pemburu es krim gratis. Gambar diambil dari sini |
Taman Bungkul rusak diinjak-injak pengunjung berbaju merah yang berebut es krim gratis. Gambar diambil dari sini. |
For your information, semenjak Tri Rismaharini terpilih jadi walikota, Surabaya memang beken sebagai kota yang banyak tamannya. Taman kota di sini cakep-cakep, dan penduduk sering banget rekreasi ke taman meskipun cuman buat duduk-duduk doang. Risma sendiri juga bukan jenis pejabat tipikal Indonesia yang parlente dan tukang nyuruh-nyuruh dari balik meja, dos-q adalah pejabat yang sering turun sendiri ke lapangan dan nanem taneman pake tangannya sendiri yang jarinya gemuk-gemuk kayak petani itu. Taman Bungkul adalah hasil karyanya, dan berita bahwa taman ini sudah menang sebagai salah satu taman kota paling keren di Asia sudah sering bolak-balik nongol di internet sampek saya bosen bacanya.
Saya, yang semula kecewa karena pagi ini gagal ke pembagian es krim gratis,
jadi bersyukur karena batal pergi. Ternyata, (yang nggak terdengar oleh gosip
dari teman-teman my hunk kemaren) pembagian es krim cuman berlaku buat
pengunjung yang dateng pake baju merah. Dan hari ini saya jogging pake baju
warna pink pupus, hihihi..
Lagian saya sudah mulai bosen kalau buat dapet es krim gratis aja harus
berebutan gitu. Mungkin karena umur saya udah mulai tua saya udah
mulai sok jual mahal saya bosen terlibat dalam sensasi ngejar gratisan
semenjak saya berburu kopi gratisan pasca pemilu kemaren. Cuman es krim aja kok
ribut padahal saya bisa bikin sendiri di rumah. Tapi entahlah kalau yang
dibagiin gratis itu reksadana atau surat kepemilikan rumah, hahaha..
Ini untung cuman tanaman yang rusak terinjak-injak gegara chaos kecil. Lha
kalau yang terinjak-injak itu manusia?
Sekedar info, sekitar tahun 1998-1999 empat orang pernah meninggal dalam sebuah acara meet n greet sebuah band mancanegara di Jakarta. Penyebabnya ternyata gegara panitianya nggak ngatur jalur pintu masuk dan pintu keluar yang cukup untuk seluruh penonton, sehingga penonton nggak tertib dan berebutan melalui akses yang sempit. Empat orang meninggal dalam chaos itu cuman gegara terinjak-injak. Kasihan banget.
Sebetulnya manajernya Unilever Indonesia sudah angkat bicara soal kerusuhan di Bungkul ini. Bilang bahwa mereka sudah kordinasi dengan Polda dan Dinas Pertamanan. Mereka siap ganti rugi untuk kerusakan yang timbul.
Saya nggak bisa ngitung berapa lama tumbuhnya tanaman yang bisa ditanam kembali oleh Unilever untuk menggantikan tanaman yang rusak. Tapi saya menyeringai Unilever harus mengurangi laba mereka tahun ini untuk bayar denda gegara chaos pagi ini. Moga-moga harga sahamnya jadi turun, sehingga para penggila pasar modal pun bisa beli, hihihi..
Kalian jemaah blog saya yang budiman, kalau ditanggap disuruh jadi event
organizer, pastikan bahwa kalian bisa menanggung pengunjung yang dateng. Supaya
acara yang mestinya untuk mempromosikan brand itu, nggak sampai berubah jadi kerusuhan
yang merusak. Menyediakan jumlah petugas keamanan yang cukup, izin bising ke
kepolisian, bikin jalur dari pita, itu penting lho. Bukan nggak memercayai pengunjung buat tertib. Tapi masalahnya:
nggak semua orang cukup cerdas untuk sudi mengantre. Atau minimal, cukup cerdas untuk tidak menginjak rumput yang ditanam pakai pajak rakyat.
Akhirul kata, saya mau ngutip komentar dari temen-temen saya yang ribut
ngomongin kerusuhan itu di socmed. “Kalau mampu beli es krim di toko, mending
nggak usah ikut-ikutan berburu es krim gratis deh. Kayak yang nggak punya duit
aja.”
Err..sebetulnya bukan es krimnya kan yang diburu. Tapi sensasi cari
gratisannya itu kan yang diinginkan orang-orang, hihihi..