Hari Jumat ini adalah
hari ketika populasi pengunjung mesjid mendadak naik pesat. Tapi pagi ini saya
dikejutkan berita bahwa pejabat tinggi Kementerian Agama ditetapkan oleh KomisiPemberantasan Korupsi sebagai koruptor haji.
Diskusi di forum social
media pun ramai. Logika simpelnya, haji adalah ibadah. Untuk beribadah yang
satu ini, perlu biaya dan ijin dari Pemerintah Arab Saudi untuk bisa masuk ke
negara mereka pada tanggal 10 Dzulhijjah itu. Kalau biaya sudah dikeluarkan untuk
mendapatkan ijin, kenapa juga biaya ini masih harus dirampok oleh birokrat yang
padahal bertugas melindungi orang yang kepingin naik haji? Dosa apa yang lebih
kejam dari itu?
Jenuh ngomongin korupsi
yang kayaknya susah diberantas selama pemimpin negaranya masih seneng bagi-bagi
jabatan ini, diskusi forum pun jadi menyeret ke topik baru, “Apakah kalau kita
kepingin naik haji harus melibatkan Kementerian Agama yang potensial mengorupsi
duit kita?”
Faktanya:
1) Pemeluk agama
Islam di dunia ini ada milyaran dan semuanya kepingin naik haji. Tapi Masjidil
Haram belum cukup luas untuk menampung mereka semua, jadi pemerintah Arab Saudi
mematok kuota untuk setiap negara yang mau mengirimkan penduduknya yang ingin
naik haji. Termasuk Indonesia. Tahun ini, kuota haji reguler Indonesia adalah 155.200 orang. Maka diberlakukanlah sistem antre. Siapa yang udah ambil nomer antre
duluan dengan cara menyetorkan Setoran Awal Ongkos Naik Haji, dia boleh
berangkat duluan.
2) Ongkos NaikHaji tahun ini USD 3219. Kalau dikurskan, kira-kira sekitar Rp 37 juta rupiah.
Ada banyak orang Muslim Indonesia yang punya duit sebanyak ini, tapi tidak
semuanya dari mereka bisa berangkat ke Mekkah karena terbatas oleh kuota dan
harus mengantri.
3) Saat ini,
antrean orang Muslim yang kepingin naik haji dengan ONH biasa sudah mencapai 15
tahun. Jadi kalau Anda kepingin naik haji dengan ONH reguler dan baru daftar
sekarang, mungkin Anda baru bisa berangkat 15 tahun lagi.
4) Cara lain
untuk berangkat naik haji adalah dengan pakai ONH Plus. Dengan pakai ONH Plus,
Anda bisa berangkat tahun ini, nggak usah gabung sama kuotanya pemerintah
Republik Indonesia yang cuman 155.200 orang itu. Tapi biayanya lebih tinggi,
mungkin paling dikit USD 8000. Tergantung fasilitas yang disediakan oleh agen
travel yang menangani keberangkatan hajinya. Salah satu sumber yang saya
dapatkan, bisa mencapai USD 12000.
Di Indonesia, banyak
orang, mungkin termasuk Anda, bela-belain nabung supaya bisa naik haji. Nggak
peduli dia harus nunggu antrean 15 tahun, dia rela supaya tabungannya mencapai
USD 3219. Malah banyak yang maksa supaya duitnya mencapai segitu, mulai dari
jualan sawah, jualan ternak, dan lain-lain.
Persoalan antre ini juga
lumayan pelik. Untuk boleh mengantre tahun ini, seorang calon jemaah kudu
nyetorin setoran awal seharga Rp 25 juta rupiah. Jadi kira-kira kalau tiba
waktunya dia berangkat nanti, dia tinggal nyetorin Rp 12 juta rupiah lagi aja
(karena total ONH-nya kan Rp 37 juta rupiah). Berangkatnya kapan, nunggu
antrean kuotanya dong.
“Wuih, lamanya, mau berangkat haji dengan murah-meriah 15 tahun lagi aja kudu bayar Rp 25 juta sekarang. Nanti-nanti aja ah bayarnya, kalau udah punya duit 37 juta.”
Persoalannya, kita semua
berhadapan dengan monster yang nggak kelihatan, bernama inflasi. Inflasi di
Indonesia rata-rata 10% setiap tahunnya. Jadi, bila ONH tahun ini USD 3219,
tahun depan mungkin akan lebih tinggi lagi, bisa-bisa mencapai angka USD 3600.
Itu baru setahun, gimana kalau baru bisa berangkatnya 15 tahun lagi? Dengan
inflasi 10% per tahun, bisa-bisa ONH sudah melonjak sampai USD 15000.
Seorang kawan malah punya
ide. Jika berangkat 15 tahun lagi dengan ONH reguler aja kudu bayar USD 15000,
kenapa nggak berangkat aja tahun ini dengan ONH Plus yang paling banter cuma USD
12000? Kan kalau pakai ONH Plus gini malah jadi lebih murah daripada nungguin ONH reguler 15 tahun lagi?
Rakyat proletar biasanya
akan menjawab, “Kami nggak punya uang segitu. Pekerjaan kami hanyalah p*****.”
Tapi orang-orang yang mindset-nya
sudah tajir (bukan tajir secara genetik, apalagi tajir secara nepotisme) akan
bilang, “Kalo gw bisa berangkat haji tahun ini, gw akan berusaha supaya gw bisa
pergi dan gw nggak mau nunggu 15 tahun lagi dengan nyetor Rp 25 juta ke
birokrat yang mungkin bisa mengkorup duit gw.”
Lupakan menabung dengan celengan ayam dan deposito. Pikirkan soal investasi.
Jika dalam sebulan kita
bisa menahan pengeluaran sampai Rp 1 juta, kita bisa berangkat 10 tahun lagi.
Pengeluaran apa yang gampang banget buat ditahan? Rokok. Minyak goreng.
Obat-obatan. Paru-paru kita nggak perlu jadi hitam cuman gegara kebiasaan nggak
penting. Makan daging cincang yang ditumis lebih sehat daripada makan ayam
goreng tepung. Kalau anak sakit, sms aja ke teman yang dokter. Kalaupun harus
ke dokter, minta obat generik toh sama mujarabnya dengan obat-obatan paten.
Jika Tuhan belum memanggilmu untuk naik haji, kenapa tidak kita saja yang menyapa-Nya duluan?
Disclaimer: Saya awam
soal haji, apalagi soal biaya dan birokrasinya. Kalau ada yang harus dikoreksi,
tolong kasih tahu di kolom komentar ya. J