Thursday, January 29, 2009

Jabatan-jabatanan


Staf ahli. Kedengarannya mengagumkan. Gw ngira jabatan itu untuk orang yang dihargai ilmunya, yang saking pinternya sampai diangkat jadi penasehat buat seorang pemimpin. Nah, hari ini gw baru belajar bahwa ternyata jabatan staf ahli itu ngga selalu asyik.

Gw belajar istilah itu tahun lalu. Waktu itu boss gw mengumumkan dirinya ditawarin jadi staf ahli untuk militer Angkatan Darat, dan semua orang langsung tepuk tangan. Nah, gw yang waktu itu masih bermental beo (yaa..sekarang masih beo juga sih..:p), ikut-ikutan applaus, biarpun gw ngga tau apa bagusnya jadi staf ahli. Kata kolega senior gw sih, kalo ada dokter yang diangkat jadi staf ahli untuk Angkatan Darat, berarti kalo Kepala Staf Angkatan Darat butuh pertimbangan apapun yang menyangkut kesehatan prajuritnya, maka dokter yang bersangkutan itu yang akan dimintai pendapatnya. Jadi, tidakkah staf ahli itu posisi yang terhormat sekali?

Ngga selalu. Nah, minggu ini, bupati di sebuah kabupaten yang ngga usahlah gw sebut namanya, biar kalian aja tebak-tebak sendiri.. melantik seorang mantan kepala dinas menjadi staf ahli bupati. Padahal, orang yang gw ceritain ini, sudah enak-enak menikmati posisinya sebagai kepala dinas terdahulu. Sampai suatu hari di hari kerja, sang kepala dinas ini tau-tau papasan sama bupati di Bandara Cengkareng. Sang bupati langsung marah-marah coz sang kepala dinas malah berkeliaran di Jakarta tanpa surat perjalanan dinas, padahal mestinya dos-q kan berada di area kerjanya di Cali. Buntut dari insiden itu adalah mutasi sang kepala dinas menjadi staf ahli bupati.

Itu ngundang banyak kekecewaan, apa pasal? Coz, ternyata yang namanya staf ahli bupati itu, cuman namanya doang yang staf ahli. Tapi pada prakteknya, kalo bupati perlu ambil keputusan apapun yang menyangkut disiplin ilmu sang staf ahli, staf bersangkutan ngga pernah ditanyain. Sang staf cukup masuk kerja aja saban hari seperti biasa, tapi ilmunya ngga pernah diaplikasikan buat kemajuan daerah itu, coz bupatinya juga ngga pernah make dia. Untuk sisi anggaran daerah, ini jelas pemborosan sumber daya manusia. Untuk staf yang bersangkutan, ini perintah terstruktur untuk makan gaji buta. Bagi bupati terkait, dia terhindar dari benjol coz udah melaksanakan hukum yang mewajibkan bupati buat mengangkat staf ahli demi membantu tugas-tugasnya.

Lepas dari masalah skandal jepit kelas lokal ini, gw menyorot makna dari jabatan staf ahli itu sendiri. Bagaimana seorang staf ahli militer bisa dianggap keren, sedangkan staf ahli pemerintah daerah malah ngga dianggap apa-apa. Padahal namanya sama-sama staf ahli. Katanya sih, masih lebih keren jadi kepala dinas ketimbang jadi staf ahli. Gw ngga terlampau ngerti. Tapi menurut gw, kalo pemerintah daerah punya staf ahli yang ngga dipake, mendingan jabatan itu ngga usah ada aja sekalian. Kata para penggemar parodi satir, itu namanya jabatan-jabatanan. Kata orang Madura, itu namanya tan-jabatanan.

Kita semua mimpi jadi pejabat. Pejabat itu artinya punya jabatan. Staf ahli itu pejabat juga, kan? Tapi kalo jabatan itu ngga ada artinya, lantas apa gunanya?

Sebab, hidup itu harus bermakna. Buat diri sendiri, dan buat orang banyak.