Harap disadari bahwa gw mencari gambar ilustrasi di atas dengan susah-payah. Jadi tolong jangan ada yang repot-repot ngelaporin gw ke polisi dengan tuduhan pelanggaran UU APP. Cuman orang mesum yang mau mikir bahwa gambar di atas itu mesum. Apa mereka nggak tau bahwa bokong di atas itu mahal sekali?
Karena post ini bercerita tentang bokong, makanya gw kudu nyari gambar bokong sebagai pendukung cerita. (Ya iyalah, masa' gambar pendukungnya berupa foto gw lagi? Apa nggak bosen penonton liat muka gw melulu?) Dan ternyata nyari gambar bokong itu susah banget. Seharian di Palangka kemaren gw nyari orang yang mau dipotret bokongnya, bukannya mau malah gw jiper sendiri coz takut digampar. Mending kalo cuman digampar, lha kalo gw disiram bensin dan dilemparin korek api gimana? Nanti kan Little Laurent nangis-nangis sambil nyembah, "Ampun, Paak..Jangan bunuh saya, huhuhu..Saya belum kawin.."
*Emangnya kalo mau mati harus kawin dulu ya?*
Karena gagal nyari gambar idup, maka gw terpaksa balik ke senjata awal gw, yaitu reproduksi amatiran dari majalah. Sialnya majalah yang ada di apartemen gw cuman majalah mode, bukan majalah porno. Ada gw nemu gambar bokong, tapi gw nggak suka model celana dalamnya. Ada juga gambar bokong, tapi nggak jelas bentuknya. Akhirnya gw nemu gambar di atas ini, yang sebenarnya maksudnya bukan gambar bokong, tapi gambar laptop. Ya sudahlah!
Tulisan ini sebenarnya titipannya teman gw, Gracie, 26, bukan nama sebenarnya.
(Sori Nek, nggak gw tulis nama asli lu. Lha lu belum bayar premi??)
*Sok banget deh lu, Vic, nggak mau nulisin orang kalo nggak dibayar. Emangnya lu kira diri lu siapa sih?*
Suatu hari Gracie berkunjung ke rumah seorang teman. Biar rada seru ceritanya gw bumbuin dikit ya, Cie!
Seorang asisten pribadi dari temannya itu menyambutnya dengan ramah. "Eeh..Mbak Gracie, gimana kabar? Lama deh nggak main ke sini!"
Gracie mengangguk sopan. "Iya ya? Angelina ada?"
(Lagi-lagi, Angelina ini juga bukan nama asli. Lha lu nggak kasih tau nama temen lu, Cie!)
"Ada, ada di kamarnya. Ke atas aja, Mbak! Duh, Mbak Gracie makin lama makin cantik aja deh," kata si asisten pribadi, lalu nepuk bokongnya Gracie. Plok!!
Gracie kaget dan naik pitam. "Ediann!" pikirnya. "Nekat bener nih bedinde mukul bokong gw!"
Cerita itu dicurhatin Gracie ke gw sambil marah-marah. Gw ngakak berat, sementara Gracie ngamuk total. Katanya Gracie, dia merasa dilecehkan. Dan pelaku pelecehannya ini sama-sama cewek!
Gw akuin aja ya, Gracie temen gw ini emang sexy. Lha mungkin coz dia seorang penari. Makanya wajar aja kalo bokongnya semok dan bikin gemas orang lain.
"Tapi itu pelecehan!" jerit Gracie.
Gw bilang mungkin si asisten pribadi tidak berpikir bahwa ini pelecehan. Dia merasa nyaman dengan Gracie, jadi dia merasa bebas aja nowel Gracie.
"Please deh, Vic, gw nggak kenal dia, getu loh!" dengus Gracie.
(Bukannya mau diskriminatif ya, tapi Gracie memang nggak pernah gaul sama bedinde-bedinde teman-temannya.)
Jadi delik pertama di sini, Gracie merasa diperlakukan tak pantas oleh seorang pembantu rumah tangga yang terlalu sok akrab.
Dan delik ini nggak cuman berhenti di situ.
"Dan bokong itu adalah private parts!" tukas Gracie marah-marah. "Kita aja kalo nggak sengaja nyenggol boob-nya orang lain kan kita selalu bilang sori!"
Oh ya? Gw mengerutkan kening. Gw nggak pernah mengucapkan itu setiap kali gw rebutan belanja bandeng presto yang lagi diobral. Kalo gw harus meladeni somasi ibu-ibu yang nggak sengaja gw sikut boob-nya yang ukuran 38C itu, dan mensomasi balik ibu-ibu yang nyenggol onderdil gw, bisa-bisa hari gw nggak akan pernah selesai. Tapi apakah itu tanda bahwa kita nggak cukup peduli kalo onderdil kita terlecehkan oleh sesama jenis? Apakah keamanan boob kalah penting ketimbang bandeng presto?
Lalu gw bilang, mungkin si asisten pribadi tidak mengira bahwa nepuk bokong itu juga sama haramnya dengan nowel Nona Ceria atau meremas boob. Pada dasarnya pelecehan seksual sangat tergantung pada asumsi individu mengenai norma kesopanan.
Gracie ngamuk lagi menegaskan delik keduanya. "Nepuk bokong orang itu tidak sopan!" tegasnya. Lalu dia minta gw nulis ini di blog gw.
Gw bisa aja nyuruh Gracie buat mukul balik bokong si asisten pribadi, tapi kita terlampau terpelajar untuk melakukan hal itu. (Ternyata, jadi orang terpelajar itu nggak melulu enak ya?)
Bokong adalah properti pribadi. Nggak boleh ditowel, ditepuk, apalagi dipukul. Nggak pandang bulu apakah yang nyenggol itu lawan jenis atau sesama jenis. Mari kita lindungi kesejahteraan bokong masing-masing dari tangan orang-orang yang nggak bertanggung jawab!
Karena post ini bercerita tentang bokong, makanya gw kudu nyari gambar bokong sebagai pendukung cerita. (Ya iyalah, masa' gambar pendukungnya berupa foto gw lagi? Apa nggak bosen penonton liat muka gw melulu?) Dan ternyata nyari gambar bokong itu susah banget. Seharian di Palangka kemaren gw nyari orang yang mau dipotret bokongnya, bukannya mau malah gw jiper sendiri coz takut digampar. Mending kalo cuman digampar, lha kalo gw disiram bensin dan dilemparin korek api gimana? Nanti kan Little Laurent nangis-nangis sambil nyembah, "Ampun, Paak..Jangan bunuh saya, huhuhu..Saya belum kawin.."
*Emangnya kalo mau mati harus kawin dulu ya?*
Karena gagal nyari gambar idup, maka gw terpaksa balik ke senjata awal gw, yaitu reproduksi amatiran dari majalah. Sialnya majalah yang ada di apartemen gw cuman majalah mode, bukan majalah porno. Ada gw nemu gambar bokong, tapi gw nggak suka model celana dalamnya. Ada juga gambar bokong, tapi nggak jelas bentuknya. Akhirnya gw nemu gambar di atas ini, yang sebenarnya maksudnya bukan gambar bokong, tapi gambar laptop. Ya sudahlah!
Tulisan ini sebenarnya titipannya teman gw, Gracie, 26, bukan nama sebenarnya.
(Sori Nek, nggak gw tulis nama asli lu. Lha lu belum bayar premi??)
*Sok banget deh lu, Vic, nggak mau nulisin orang kalo nggak dibayar. Emangnya lu kira diri lu siapa sih?*
Suatu hari Gracie berkunjung ke rumah seorang teman. Biar rada seru ceritanya gw bumbuin dikit ya, Cie!
Seorang asisten pribadi dari temannya itu menyambutnya dengan ramah. "Eeh..Mbak Gracie, gimana kabar? Lama deh nggak main ke sini!"
Gracie mengangguk sopan. "Iya ya? Angelina ada?"
(Lagi-lagi, Angelina ini juga bukan nama asli. Lha lu nggak kasih tau nama temen lu, Cie!)
"Ada, ada di kamarnya. Ke atas aja, Mbak! Duh, Mbak Gracie makin lama makin cantik aja deh," kata si asisten pribadi, lalu nepuk bokongnya Gracie. Plok!!
Gracie kaget dan naik pitam. "Ediann!" pikirnya. "Nekat bener nih bedinde mukul bokong gw!"
Cerita itu dicurhatin Gracie ke gw sambil marah-marah. Gw ngakak berat, sementara Gracie ngamuk total. Katanya Gracie, dia merasa dilecehkan. Dan pelaku pelecehannya ini sama-sama cewek!
Gw akuin aja ya, Gracie temen gw ini emang sexy. Lha mungkin coz dia seorang penari. Makanya wajar aja kalo bokongnya semok dan bikin gemas orang lain.
"Tapi itu pelecehan!" jerit Gracie.
Gw bilang mungkin si asisten pribadi tidak berpikir bahwa ini pelecehan. Dia merasa nyaman dengan Gracie, jadi dia merasa bebas aja nowel Gracie.
"Please deh, Vic, gw nggak kenal dia, getu loh!" dengus Gracie.
(Bukannya mau diskriminatif ya, tapi Gracie memang nggak pernah gaul sama bedinde-bedinde teman-temannya.)
Jadi delik pertama di sini, Gracie merasa diperlakukan tak pantas oleh seorang pembantu rumah tangga yang terlalu sok akrab.
Dan delik ini nggak cuman berhenti di situ.
"Dan bokong itu adalah private parts!" tukas Gracie marah-marah. "Kita aja kalo nggak sengaja nyenggol boob-nya orang lain kan kita selalu bilang sori!"
Oh ya? Gw mengerutkan kening. Gw nggak pernah mengucapkan itu setiap kali gw rebutan belanja bandeng presto yang lagi diobral. Kalo gw harus meladeni somasi ibu-ibu yang nggak sengaja gw sikut boob-nya yang ukuran 38C itu, dan mensomasi balik ibu-ibu yang nyenggol onderdil gw, bisa-bisa hari gw nggak akan pernah selesai. Tapi apakah itu tanda bahwa kita nggak cukup peduli kalo onderdil kita terlecehkan oleh sesama jenis? Apakah keamanan boob kalah penting ketimbang bandeng presto?
Lalu gw bilang, mungkin si asisten pribadi tidak mengira bahwa nepuk bokong itu juga sama haramnya dengan nowel Nona Ceria atau meremas boob. Pada dasarnya pelecehan seksual sangat tergantung pada asumsi individu mengenai norma kesopanan.
Gracie ngamuk lagi menegaskan delik keduanya. "Nepuk bokong orang itu tidak sopan!" tegasnya. Lalu dia minta gw nulis ini di blog gw.
Gw bisa aja nyuruh Gracie buat mukul balik bokong si asisten pribadi, tapi kita terlampau terpelajar untuk melakukan hal itu. (Ternyata, jadi orang terpelajar itu nggak melulu enak ya?)
Bokong adalah properti pribadi. Nggak boleh ditowel, ditepuk, apalagi dipukul. Nggak pandang bulu apakah yang nyenggol itu lawan jenis atau sesama jenis. Mari kita lindungi kesejahteraan bokong masing-masing dari tangan orang-orang yang nggak bertanggung jawab!