Wednesday, February 5, 2014

Jogging di Hutan Bakau

Petunjuk bahwa hutan bakau wisata ini
memang betul-betul ada.
Kalau Anda lihat rambu ini di sepanjang jalan,
berbahagialah,
berarti Anda berada di jalur yang benar.
- Vicky Laurentina.
Jadi..hutan bakau ini posisinya di Wonorejo, Surabaya sebelah timur. Perjalanan kami ke sana nggak jauh-jauh amat ternyata, sekitar dua kilo aja dari Ring Road Timur. (Yang bikin saya semakin merasa merugi, kenapa tinggal tiga tahun di Surabaya, tapi baru sekarang sempat ke sini?)

Jalan setapak berupa jembatan kayu,
merentang dari pintu masuk hutan sampai food court.
- Vicky Laurentina.
Meskipun sempat merasa keder juga, soalnya nyusurin jalan kok makin lama makin kerasa sempit dan pemandangan rawa makin jelas. My hunk ragu-ragu gitu nyetirnya, bolak-balik kebingungan sendiri, "Ini kita nggak nyasar ya?"
Saya, yang nggak takut kesasar dan justru makin penasaran, malah celingak-celinguk cari pangkalan ojek, pangkalan becak, warung rokok, atau apalah yang menandakan kehidupan. Saya mbatin, separah-parahnya nyasar, toh masih di Surabaya ini, kalo mentok buntu ya udah balik.


Perahu ini berkapasitas sekitar 20 orang,
disetir oleh seorang nakhoda
yang akan membawa kita melototin pinggirnya hutan bakau.
- Eddy Fahmi.
Akhirnya nemu warung rokok dan tanya-tanya, yang berlanjut dengan bapak warung bilang kita udah di jalur yang bener dan nyemangatin kita jalan terus di jalan yang sempit itu. Ketika saya lagi penasaran di mana ujung rawa ini, tahu-tahu saya lihat di kejauhan ada segerombolan mobil parkir, dan saya langsung optimis.

Saya duduk manis di tengah perahu,
dengan HP di tangan siap memotret hutan.
- Eddy Fahmi.
Eiaa..hutan bakau ekowisata itu ternyata beneran ada, Sodara-sodara! 



Nama resminya ternyata Ekowisata Mangrove. Ada kantor pengelolanya, ada papan penunjuk jalan, dan lapangan parkir yang kira-kira muat untuk parkir bis. Masuk ke area hutan itu kudu jalan kaki, tapi ada semacam jalan setapak yang dibangun dari jembatan kayu.

Di bagian dalem hutan itu ada food court, pedagangnya banyak, jadi cukup mumpunilah buat jadi tempat makan siang. Dan ada musholla juga.


Pemandangan suguhan ketika kita nyusurin teluk.
Burung bangau hinggap cari-cari makan.
- Eddy Fahmi.
Jualan utama dari hutan ini adalah jasa naik perahu motor nyusurin teluk. (Saya sebenernya merasa ini tanjung, kalau dibilang teluk kayaknya nggak segede gitu. Tapi biarin ah :p) Sepanjang berlayar, saya seneng banget motret-motret hutan ini, sementara my hunk terobsesi berusaha motret burung camar yang terbang rendah kejar-kejaran sama perahu.

Fotografer ini nggak henti-hentinya
motret semua pohon.
Untung dos-q nggak lupa motret saya.
- Vicky Laurentina
Setelah berlayar sekitar 30 menit, nakhoda akan markir perahunya di sebuah dermaga, dan dermaga ini menggiring kita ke jalur jogging track yang dibikin dari bambu. Jalur bambu ini menembus hutan bakau, dan di sini kita bisa lihat kiri kanan adalah pohon-pohon bakau yang mencengkeram tanah pantai Surabaya supaya nggak sampek erosi. Oh ya, pohon-pohonnya dipasangin papan nama lho, keliatan kalau pohon ini sumbangan dari perusahaan A atau sumbangan dari sekolah B. Keren ya gaya-gayaan corporate social responsibility lembaga-lembaga ini?
Akhir dari jalur bambu ini adalah pondok-pondok gazebo besar
yang terletak persis di pesisir.
Konon pondok-pondok ini sering dijadikan tempat hala(h) bil halal lho..
- Eddy Fahmi.

Oh iya, saya tadinya sempet nyesel ke sini karena lupa bawa repellent, hahaha. Tapi sepanjang saya jogging di sini ternyata saya nggak digigit nyamuk seekor pun (aneh! Padahal saya paling dicintai sama nyamuk lho). Saya juga seneng di tiap tikungan hutan ternyata banyak musholla dari bambu, jadi pengunjung pun betah.

Di pondok ini kita bisa leha-leha sembari motret laut lepas.
- Eddy Fahmi.
Sebetulnya kalau mau diolah betul-betul oleh pemerintah lokal, hutan bakau ini bisa jadi tempat wisata yang asyik banget. Kegiatan nyusurin pinggiran hutan dengan perahu yang bangkunya dihargain Rp 25k/orang itu bagus sekali, tapi akan lebih bagus lagi kalau perahunya siap dengan jaket pelampung untuk semua penumpang. (Nakhodanya ketawa kalau disinggung soal keamanan berlayar. Katanya, lautan teluk yang kami susurin itu dalemnya nggak sampek semeter..)

Jalan setapak dari jalur bambu.
- Eddy Fahmi.
SDM yang kerja di sana juga mungkin lebih bagus kalau dipoles dikit biar nampak profesional. Saya sempet ragu mau naik perahu, mengingat saya lihat penjaga-penjaga dermaganya lebih sibuk karaokean dangdut. Penumpang naik dan turun perahu sendiri, coz yang juru itung karcis lagi sibuk nonton sepakbola di tivi. Penumpang nampaknya sadar diri untuk naik perahu dengan tertib, coz mereka ngerti kalau mereka berebutan naik perahu secara brutal, perahu itu bisa kejungkal ke air.

Tapi kelemahan utamanya memang dari akses. Jalan dari ring road sebagai jalan utama Surabaya sampek mencapai lapangan parkir hutan, memang bikin jiper karena sepi dan nyaris tanpa rambu penanda arah lokasi. Jalan aksesnya sendiri masih banyak yang dalam perbaikan. Jadi kalau mau ke sini, orangnya harus "niat" banget dan nggak boleh rewelan..
Tukang jalan-jalan tidak pernah lupa memaksa
suaminya memotret dirinya.
- Eddy Fahmi.

Hutan ini cukup laris lho buat jadi lokasi prewed. Berapa kali saya lihat fotografer-fotografer mahal mamerin koleksi prewed mereka berlatar jalur-jalur bambu di sini. Cuman kalau ke sini jangan pake high heels yah. Sendal atau sepatu kets lebih cocok. Siap-siap kepanasan, air lautnya betul-betul bikin kulit jadi lembab. Tapi kalau Anda seneng foto-foto tema alam yang murah-meriah dan nggak kepingin jalan terlalu jauh dari rumah, bolehlah kemari.. :)