Petunjuk bahwa hutan bakau wisata ini memang betul-betul ada. Kalau Anda lihat rambu ini di sepanjang jalan, berbahagialah, berarti Anda berada di jalur yang benar. - Vicky Laurentina. |
Jalan setapak berupa jembatan kayu, merentang dari pintu masuk hutan sampai food court. - Vicky Laurentina. |
Saya, yang nggak takut kesasar dan justru makin penasaran, malah celingak-celinguk cari pangkalan ojek, pangkalan becak, warung rokok, atau apalah yang menandakan kehidupan. Saya mbatin, separah-parahnya nyasar, toh masih di Surabaya ini, kalo mentok buntu ya udah balik.
Perahu ini berkapasitas sekitar 20 orang, disetir oleh seorang nakhoda yang akan membawa kita melototin pinggirnya hutan bakau. - Eddy Fahmi. |
Saya duduk manis di tengah perahu, dengan HP di tangan siap memotret hutan. - Eddy Fahmi. |
Nama resminya ternyata Ekowisata Mangrove. Ada kantor pengelolanya, ada papan penunjuk jalan, dan lapangan parkir yang kira-kira muat untuk parkir bis. Masuk ke area hutan itu kudu jalan kaki, tapi ada semacam jalan setapak yang dibangun dari jembatan kayu.
Di bagian dalem hutan itu ada food court, pedagangnya banyak, jadi cukup mumpunilah buat jadi tempat makan siang. Dan ada musholla juga.
Pemandangan suguhan ketika kita nyusurin teluk. Burung bangau hinggap cari-cari makan. - Eddy Fahmi. |
Fotografer ini nggak henti-hentinya motret semua pohon. Untung dos-q nggak lupa motret saya. - Vicky Laurentina |
Akhir dari jalur bambu ini adalah pondok-pondok gazebo besar yang terletak persis di pesisir. Konon pondok-pondok ini sering dijadikan tempat hala(h) bil halal lho.. - Eddy Fahmi. |
Oh iya, saya tadinya sempet nyesel ke sini karena lupa bawa repellent, hahaha. Tapi sepanjang saya jogging di sini ternyata saya nggak digigit nyamuk seekor pun (aneh! Padahal saya paling dicintai sama nyamuk lho). Saya juga seneng di tiap tikungan hutan ternyata banyak musholla dari bambu, jadi pengunjung pun betah.
Di pondok ini kita bisa leha-leha sembari motret laut lepas. - Eddy Fahmi. |
Jalan setapak dari jalur bambu. - Eddy Fahmi. |
Tapi kelemahan utamanya memang dari akses. Jalan dari ring road sebagai jalan utama Surabaya sampek mencapai lapangan parkir hutan, memang bikin jiper karena sepi dan nyaris tanpa rambu penanda arah lokasi. Jalan aksesnya sendiri masih banyak yang dalam perbaikan. Jadi kalau mau ke sini, orangnya harus "niat" banget dan nggak boleh rewelan..
Tukang jalan-jalan tidak pernah lupa memaksa suaminya memotret dirinya. - Eddy Fahmi. |
Hutan ini cukup laris lho buat jadi lokasi prewed. Berapa kali saya lihat fotografer-fotografer mahal mamerin koleksi prewed mereka berlatar jalur-jalur bambu di sini. Cuman kalau ke sini jangan pake high heels yah. Sendal atau sepatu kets lebih cocok. Siap-siap kepanasan, air lautnya betul-betul bikin kulit jadi lembab. Tapi kalau Anda seneng foto-foto tema alam yang murah-meriah dan nggak kepingin jalan terlalu jauh dari rumah, bolehlah kemari.. :)